
Kinerja Masih Babak Belur, Saham KRAS Dihukum Pasar
Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
02 April 2019 11:43

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham emiten baja milik pemerintah, PT Krakatau Steel Tbk (KRAS), jatuh dalam setelah perseroan melaporkan kerugian Rp 1,06 triliun sepanjang 2018.
Investor tampak kurang senang dengan kinerja perusahaan baja terbesar nasional tersebut yang tak kunjung membaik dalam beberapa waktu terakhir.
Alhasil harga saham KRAS jelang penutupan perdagangan sesi I anjlok hingga 3,86% ke level harga Rp 448/saham. Volume penjualan kendaraan tercatat mencapai 16,74 miliar senilai Rp 7,58 miliar.
KRAS masih mencatatkan kerugian hingga US$ 74,81 juta atau setara dengan Rp 1,06 triliun (asumsi kurs Rp 14.200/US$) tahun lalu, meski berkurang dari kerugian tahun 2017 yang mencapai US$ 81,74 juta (Rp 1,16 triliun).
Data laporan keuangan KRAS menunjukkan, kerugian itu masih dicatatkan di tengah pendapatan perusahaan yang berhasil naik 20% menjadi menjadi US$ 1,73 miliar (Rp 24,70 triliun), naik tahun sebelumnya dari US$ 1,44 miliar (Rp 20,57 triliun).
Kerugian ini belum beranjak karena tahun lalu perusahaan masih mencatatkan beban pokok pendapatan yang membengkak menjadi US$ 1,58 miliar dari US$ 1,23 miliar, ditambah adanya rugi pelepasan aset dan bagian rugi dari entitas asosiasi dan ventura bersama.
Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengatakan pertumbuhan pendapatan ini karena adanya kenaikan harga jual produk baja domestik yang pasarnya mulai membaik.
Rata-rata harga jual produk HRC (Hot Rolled Coil) meningkat 10,03% menjadi US$ 657/ton, CRC (Cold Rolled Coil) naik 6,72% menjadi US$ 717/ton, dan Wire Rod meningkat 15,03% menjadi US$ 635/ton.
"Sentimen positif lainnya adalah keberhasilan dalam perpanjangan pengenaan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) terhadap produk HRC yang diimpor dari Chin, India, Rusia, Kazakhstan, Belarusia, Taiwan dan Thailand," kata Silmy dalam siaran persnya, Selasa (2/4).
(hps/tas) Next Article Disebut Erick Mau Bangkrut, KRAS Malah Cetak Laba Rp 1,06 T
Investor tampak kurang senang dengan kinerja perusahaan baja terbesar nasional tersebut yang tak kunjung membaik dalam beberapa waktu terakhir.
Alhasil harga saham KRAS jelang penutupan perdagangan sesi I anjlok hingga 3,86% ke level harga Rp 448/saham. Volume penjualan kendaraan tercatat mencapai 16,74 miliar senilai Rp 7,58 miliar.
KRAS masih mencatatkan kerugian hingga US$ 74,81 juta atau setara dengan Rp 1,06 triliun (asumsi kurs Rp 14.200/US$) tahun lalu, meski berkurang dari kerugian tahun 2017 yang mencapai US$ 81,74 juta (Rp 1,16 triliun).
Data laporan keuangan KRAS menunjukkan, kerugian itu masih dicatatkan di tengah pendapatan perusahaan yang berhasil naik 20% menjadi menjadi US$ 1,73 miliar (Rp 24,70 triliun), naik tahun sebelumnya dari US$ 1,44 miliar (Rp 20,57 triliun).
Kerugian ini belum beranjak karena tahun lalu perusahaan masih mencatatkan beban pokok pendapatan yang membengkak menjadi US$ 1,58 miliar dari US$ 1,23 miliar, ditambah adanya rugi pelepasan aset dan bagian rugi dari entitas asosiasi dan ventura bersama.
Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengatakan pertumbuhan pendapatan ini karena adanya kenaikan harga jual produk baja domestik yang pasarnya mulai membaik.
Rata-rata harga jual produk HRC (Hot Rolled Coil) meningkat 10,03% menjadi US$ 657/ton, CRC (Cold Rolled Coil) naik 6,72% menjadi US$ 717/ton, dan Wire Rod meningkat 15,03% menjadi US$ 635/ton.
"Sentimen positif lainnya adalah keberhasilan dalam perpanjangan pengenaan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) terhadap produk HRC yang diimpor dari Chin, India, Rusia, Kazakhstan, Belarusia, Taiwan dan Thailand," kata Silmy dalam siaran persnya, Selasa (2/4).
(hps/tas) Next Article Disebut Erick Mau Bangkrut, KRAS Malah Cetak Laba Rp 1,06 T
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular