
Jokowi Vs Prabowo, Mana yang Baik untuk Pasar Saham?
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
07 April 2019 15:48

Namun, kinclongnya performa IHSG dalam 3 tahun pemilu terakhir (2004, 2009, dan 2014) didukung oleh sebuah kesamaan: hasil pemilihan presiden sesuai dengan proyeksi dari mayoritas lembaga survei.
Melansir pemberitaan Detik News tertanggal 11 Mei 2004, Lembaga Survei Indonesia (LSI) memproyeksikan SBY-Kalla memenangkan pertarungan.
Untuk pemilihan presiden tahun 2009, survei dari Strategic Indonesia menunjukkan bahwa elektabilitas SBY-Boediono adalah sebesar 46,86%, lebih tinggi ketimbang elektabilitas Jusuf Kalla-Wiranto dan Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto yang masing-masing sebesar 32,46% dan 20,34%, seperti dilansir dari pemberitaan Detik News tertanggal 6 Juli 2009.
Beralih ke pilpes 2014, hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting menunjukkan bahwa 47,6% responden mendukung duet Joko Widodo-Jusuf Kalla, sementara 44,9% menjagokan duet Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, seperti dilansir dari pemberitaan Detik News tertanggal 8 Juli 2014.
Untuk pilpres kali ini, Lembaga Indikator Politik Indonesia belum lama ini merilis survei terbaru soal tingkat elektabilitas antara calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Hasilnya, Joko Widodo-Ma'ruf Amin masih unggul dengan persentase pemilih 55,4%, sementara Prabowo Subianto-Sandiaga Uno sebesar 37,4%.
"Responden yang menjawab tidak tahu atau belum menentukan pilihan (undecided) sebanyak 7,2 persen," tulis hasil survei Indikator Politik Indonesia, dikutip CNBC Indonesia, Rabu (3/4/2019).
Jika pasangan nomor urut 01 yakni Joko Widodo-Ma'ruf Amin berhasil memenangkan pilpres nantinya, pelaku pasar saham bisa bersuka cita. Pasalnya, kemungkinan besar IHSG akan melesat seperti yang sudah dibuktikan oleh sejarah.
Untuk pasangan nomor urut 02 yakni Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, kemenangan mereka sebenarnya tak dapat dikatakan akan menjadi petaka bagi pasar saham tanah air. Namun memang, arah pergerakan IHSG akan sulit ditebak jika pasangan ini yang menang. Pasalnya, semenjak posisi presiden dan wakil presiden diserahkan untuk dipilih oleh rakyat, pemenangnya selalu yang dijagokan oleh mayoritas lembaga survei.
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/dru)
Melansir pemberitaan Detik News tertanggal 11 Mei 2004, Lembaga Survei Indonesia (LSI) memproyeksikan SBY-Kalla memenangkan pertarungan.
Untuk pemilihan presiden tahun 2009, survei dari Strategic Indonesia menunjukkan bahwa elektabilitas SBY-Boediono adalah sebesar 46,86%, lebih tinggi ketimbang elektabilitas Jusuf Kalla-Wiranto dan Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto yang masing-masing sebesar 32,46% dan 20,34%, seperti dilansir dari pemberitaan Detik News tertanggal 6 Juli 2009.
Untuk pilpres kali ini, Lembaga Indikator Politik Indonesia belum lama ini merilis survei terbaru soal tingkat elektabilitas antara calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Hasilnya, Joko Widodo-Ma'ruf Amin masih unggul dengan persentase pemilih 55,4%, sementara Prabowo Subianto-Sandiaga Uno sebesar 37,4%.
"Responden yang menjawab tidak tahu atau belum menentukan pilihan (undecided) sebanyak 7,2 persen," tulis hasil survei Indikator Politik Indonesia, dikutip CNBC Indonesia, Rabu (3/4/2019).
Jika pasangan nomor urut 01 yakni Joko Widodo-Ma'ruf Amin berhasil memenangkan pilpres nantinya, pelaku pasar saham bisa bersuka cita. Pasalnya, kemungkinan besar IHSG akan melesat seperti yang sudah dibuktikan oleh sejarah.
Untuk pasangan nomor urut 02 yakni Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, kemenangan mereka sebenarnya tak dapat dikatakan akan menjadi petaka bagi pasar saham tanah air. Namun memang, arah pergerakan IHSG akan sulit ditebak jika pasangan ini yang menang. Pasalnya, semenjak posisi presiden dan wakil presiden diserahkan untuk dipilih oleh rakyat, pemenangnya selalu yang dijagokan oleh mayoritas lembaga survei.
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/dru)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular