Dihajar Profit Taking di Akhir Pekan, IHSG Hampir Amsyong

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
06 April 2019 10:44
Dihajar Profit Taking di Akhir Pekan, IHSG Hampir Amsyong
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Berbeda dengan rupiah yang menjadi runner-up di Benua Kuning, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) justru kebalikanya dengan menduduki posisi nomor 3 terbawah dibandingkan bursa utama kawasan Asia.

Sepanjang pekan ini, IHSG tumbuh relatif stagnan dengan penguatan tipis sebesar 0,08%.

Jawara pekan ini dipimpin oleh indeks negeri Tiongkok, yaitu Shanghai yang menguat hingga 5,04%, disusul Straits Times yang naik 3,42%, indeks Kospi naik 3,22%, indeks Hang Seng naik 3,05%. Lebih rincinya, tabel di bawah ini merangkum capaian imbal hasil bursa kawasan Asia.



IHSG gagal mengikuti jejak rekannya karena pada penutupan perdagangan bursa Jumat (5/4/2019), IHSG dilanda aksi ambil untung (profit taking).

Saham-saham yang berkontribusi signifikan bagi pelemahan IHSG di antaranya: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (-0,72%), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (-1,63%), PT Gudang Garam Tbk/GGRM (-1,76%), PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk/INTP (-2,09%), dan PT Bank Danamon Indonesia Tbk/BDMN (-1,83%).

Akan tetapi, dikarenakan arus modal masuk di bursa tanah air cukup tinggi menahan penurunan yang lebih dalam. Selama sepekan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) membukukan aksi beli bersih investor asing hingga Rp 2,12 triliun.

Sedangkan emiten-emiten yang pada perdagangan Jumat banyak diburu asing diantaranya PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 457,72 miliar), PT Summarecon Agung Tbk/SMRA (Rp 44,08 miliar), PT Barito Pacific Tbk/BRPT (Rp 35,21 miliar). PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 27,9 miliar), dan PT Astra International Tbk/ASII (Rp 25,8 miliar).
Dalam seminggu belakangan ini, bursa saham Asia berhasil menguat karena didorong sentimen positif negosiasi dagang antara AS-China yang semakin menunjukkan tanda akan mengakhiri perang tarif yang sudah berlangsung kurang lebih 9 bulan.

Sejak Rabu (3/4/2019) waktu setempat, perwakilan dagang AS-China kembali menggelar dialog dagang di Washington. AS diwakili oleh Menteri Keuangan Steven Mnuchin dan Kepala Perwakilan Dagang Robert Lighthizer, sedangkan China diwakili oleh Wakil Perdana Menteri Liu He.

Sebelum melanjutkan dialog dagang, pemerintahan Negeri Panda sudah menunjukkan itikad baik dengan memutuskan untuk menunda penggunaan bea impor tambahan terhadap kendaraan-kendaraan dan suku cadang dari AS yang semestinya berlaku pada 2 April. Sejatinya tarif produk tersebut akan naik dari 10% menjadi 25%, tetapi diputuskan ditunda.

Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow menyampaikan bahwa perkembangan negosiasi berjalan dengan sangat baik dan untuk pertama kalinya China mengakui bahwa memang terdapat masalah terkait perlindungan atas hak kekayaan intelektual dan pemaksaan transfer teknologi, dilansir Reuters.

"Mereka akhirnya mengakui masalah ini untuk kali pertama. Sebelumnya mereka dalam pengingkaran," ujar Kudlow.

Lebih lanjut, pada hari Kamis (4/4/2019) waktu setempat, Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa kesepakatan dagang dengan China sudah semakin mendekati penyelesaian dan dapat diumumkan sekitar empat pekan lagi.

"Jika kita memiliki kesepakatan, maka akan ada KTT (Konferensi Tingkat Tinggi). Saya katakan, kita akan tahu dalam empat minggu ke depan," ujar Trump dilansir CNBC International.

Terlebih lagi, rilis data ketenagakerjaan Negeri Paman Sam juga semakin membakar semangat investor untuk berburu aset beresiko. US Labor Department mengumumkan, jumlah klaim tunjangan pengangguran pada pekan yang berakhir 30 Maret turun 10.000 menjadi 202.000.

Ini menjadi klaim terendah sejak awal Desember 1969 atau hampir 50 tahun, dilansir Forex Factory.

Dengan bahan bakar tersebut, pelaku pasar pun sumringah, karena damai dagang AS-China dan data tenaga kerja yang baik semakin menandakan bahwa hard landing ekonomi kedua negara semakin kecil. Tidak ada lagi main aman, investor kembali rajin memburu aset-aset berisiko di negara berkembang Asia.

IHSG Bisa 6.900 di Akhir Tahun
[Gambas:Video CNBC]


TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular