Mohon Maaf, No Happy Weekend Buat IHSG

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
05 April 2019 16:44
Mohon Maaf, <i>No Happy Weekend</i> Buat IHSG
Foto: Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Mengawali hari dengan penguatan sebesar 0,1% ke level 6.501,1, Indeks Harga Saham gabungan (IHSG) justru harus menutup perdagangan terakhir di pekan ini dengan pelemahan sebesar 0,32% ke level 6.474,02.

Saham-saham yang berkontribusi signifikan bagi pelemahan IHSG di antaranya: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (-0,72%), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (-1,63%), PT Gudang Garam Tbk/GGRM (-1,76%), PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk/INTP (-2,09%), dan PT Bank Danamon Indonesia Tbk/BDMN (-1,83%).

Tak ada happy weekend buat IHSG walaupun bursa saham utama kawasan Asia justru ditransaksikan menguat: indeks Nikkei naik 0,38%, indeks Straits Times naik 0,22%, dan indeks Kospi turun naik 0,14%. Sementara itu, perdagangan di bursa saham China dan Hong Kong diliburkan seiring dengan perayaan Qingming Festival.

Kabar gembira yang datang dari AS membawa bursa saham Benua Kuning menguat. Pada hari Kamis (4/4/2019) waktu setempat, Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa kesepakatan dagang dengan China sudah semakin mendekati penyelesaian dan dapat diumumkan sekitar empat pekan lagi.

Kala berbicara dengan wartawan di Gedung Putih di awal pertemuannya dengan Wakil Perdana Menteri China Liu He, Trump mengatakan bahwa sejumlah isu sulit dalam negosiasi dagang AS-China telah berhasil dipecahkan namun masih ada perbedaan yang perlu dijembatani.

"Perjanjian ini memiliki kesempatan yang sangat-sangat baik untuk terjadi. Saya rasa ini akan baik bagi kedua negara," kata Trump, dilansir dari Reuters.

Mantan taipan properti juga mengatakan akan bertemu Presiden China Xi Jinping bila perjanjian benar-benar bisa dituntaskan.

"Saya katakan kita akan tahu dalam empat pekan ke depan," kata Trump.

Dari pihak China, Liu He mengatakan adanya kemajuan yang sangat baik dalam pembicaraan dagang kedua negara karena adanya keterlibatan langsung dari Trump. Ia juga menambahkan bahwa meski masih ada beberapa isu yang belum disepakati, ia berharap kedua pihak akan mendapat hasil yang baik.

Memang, hawa damai dagang AS-China sudah menyeruak ketika China diketahui mengakui bahwa memang ada permasalahan terkait dengan perlindungan atas hak kekayaan intelektual dan pemaksaan transfer teknologi. Sebelumnya, China secara konsisten menolak mengakui bahwa masalah tersebut ada sehingga negosiasi menjadi berjalan lambat.

"Mereka akhirnya mengakui masalah ini untuk kali pertama. Sebelumnya mereka dalam pengingkaran," ujar Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow.

Sebagai informasi, negosiasi dagang yang digelar di Washington pada pekan ini merupakan lanjutan dari negosiasi pada pekan lalu yang digelar di Beijing. Pasca negosiasi selama 2 hari pada pekan lalu usai, China memutuskan untuk menunda kenaikan bea masuk atas produk otomotif dan suku cadang asal AS yang semestinya berlaku pada 2 April. Sejatinya, bea masuk atas produk tersebut akan naik dari 10% menjadi 25%, tetapi diputuskan ditunda.

Jika kesepakatan dagang AS-China bisa segera dicapai, laju perekonomian AS dan China diharapkan bisa lebih kencang. Pada bulan lalu, China telah resmi memangkas target pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2019 ke kisaran 6%-6,5%. Sebelumnya, target pertumbuhan ekonomi tahun 2019 dipatok di kisaran 6,5%.

Jika yang tercapai nantinya adalah pertumbuhan ekonomi di batas bawah (6%), maka bisa dikatakan bahwa perekonomian China mengalami hard landing. Damai dagang AS-China bisa menjadi kunci untuk membuat perekonomian China terlepas dari jeratan hard landing.
Selain China, AS juga merupakan negara besar lainnya yang mungkin mengalami hard landing pada tahun ini. Ekspektasi ini terjadi seiring dengan angka penciptaan lapangan kerja yang mengecewakan.

Untuk periode Februari 2019, pemerintah AS mencatat hanya tercipta 20.000 lapangan kerja di luar sektor pertanian, jauh di bawah ekspektasi yang sebanyak 180.000, seperti dilansir dari Forex Factory.

Untuk periode Maret 2019, angka penciptaan lapangan kerja sektor non-pertanian versi ADP diumumkan sebanyak 129.000 saja, jauh di bawah konsensus yang sebanyak 184.000, seperti dilansir dari Forex Factory.

Angka resmi penciptaan lapangan kerja AS baru akan diumumkan pada malam hari ini waktu Indonesia.

Sembari menantikan data resmi dari pemerintah AS, pelaku pasar nampaknya tak terlalu khawatir sehingga aksi beli di bursa saham regional bisa dilakukan. Pasalnya, Kemarin US Labor Department mengumumkan bahwa jumlah klaim tunjangan pengangguran untuk minggu yang berakhir pada 30 Maret turun sebanyak 10.000 menjadi 202.000. Angka tersebut lebih baik dibandingkan konsensus yang sebanyak 215.000, seperti dilansir dari Forex Factory.

Klaim tunjangan pengangguran untuk minggu yang berakhir pada 30 Maret juga menjadi yang terendah sejak awal Desember 1969 atau hampir 50 tahun. Sayang, IHSG harus pasrah mengakhiri pekan di zona merah lantaran investor melakukan aksi ambil untung. Dalam 2 hari perdagangan terakhir, IHSG terus menghijau dengan total kenaikan sebesar 0,65%. Memang tak besar-besar amat, namun sudah cukup untuk mendorong pelaku pasar melakukan aksi ambil untung.

Pelemahan IHSG sejatinya bisa bertambah dalam jika investor asing tak membukukan beli bersih. Per akhir sesi 2, investor asing membukukan beli bersih seilai Rp 310 miliar, menandai beli bersih selama 3 hari beruntun.

Penguatan rupiah mendorong investor asing untuk masuk ke bursa saham tanah air. Hingga sore hari, rupiah menguat 0,39% di pasar spot ke level Rp 14.120/dolar AS.

Dolar AS memang sedang loyo pada hari ini, ditunjukkan oleh indeks dolar AS yang terkoreksi sebesar 0,05%. Damai dagang AS-China yang kian dekat membuat dolar AS selaku safe haven dilego pelaku pasar.

Saham-saham yang banyak dikoleksi investor asing pada hari ini di antaranya: PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 457,7 miliar), PT Summarecon Agung Tbk/SMRA (Rp 44,1 miliar), PT Barito Pacific Tbk/BRPT (Rp 35,2 miliar), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 27,9 miliar), dan PT Astra International Tbk/ASII (Rp 25,8 miliar).

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular