Beda dengan Saham, Pasar Obligasi Ditutup Positif

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
05 April 2019 18:40
Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah ditutup menguat pada penghujung pekan ini akibat rilis data domestik yang positif. Positifnya pasar obligasi semakin membesar dibandingkan ketika menguat di awal perdagangan.

Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.  

Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).

 Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. 

Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun. Seri acuan yang paling menguat adalah FR0078 yang bertenor 10 tahun dengan penurunan yield 2,5 basis poin (bps) menjadi 7,56%. Besaran 100 bps setara dengan 1%. 

Tiga seri lain juga terkoreksi tetapi dengan besaran yang lebih kecil. Penguatan terjadi di tengah sentimen positif penguatan rupiah karena data inflasi yang terkendali dan prediksi terhadap defisit neraca berjalan (CAD) kuartal I-2019 yang bisa lebih baik daripada kuartal IV-2018.  

Yield Obligasi Negara Acuan 5 Apr'19
SeriJatuh tempoYield 4 Apr'19 (%)Yield 5 Apr'19 (%)Selisih (basis poin)Yield wajar IBPA 5 Apr'19
FR00775 tahun7.117.086-2.407.0380
FR007810 tahun7.5887.563-2.507.5289
FR006815 tahun8.0187.994-2.407.9708
FR007920 tahun8.1548.13-2.408.1077
Avg movement-2.42
Sumber: Refinitiv  

Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat.  

Indeks tersebut naik 0,17 poin (0,07%) menjadi 247,58 dari posisi kemarin 248,41. Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 502 bps, menyempit dari posisi kemarin 508 bps.  

Yield US Treasury 10 tahun naik hingga 2,53% dari posisi kemarin 2,5%. 

Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada tenor 3 bulan-5 tahun dan 2 tahun-5 tahun yang lumrah terjadi sejak perang dagang memanas Agustus tahun lalu. 

Saat ini, investor masih menunggu apakah inversi kembali lagi terjadi pada tenor 3 bulan-10 tahun yang dapat lebih mencerminka tekanan kekhawatiran oleh investor global. 

Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang. 

Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.

Yield US Treasury Acuan 4 Apr 2019  
SeriBenchmarkYield 4 Apr'19 (%)Yield 5 Apr'19 (%)Selisih (Inversi)Satuan Inversi
UST BILL 20193 Bulan2.4342.4273 bulan-5 tahun8.6
UST 20202 Tahun2.3392.3562 tahun-5 tahun1.5
UST 20213 Tahun2.2952.3143 tahun-5 tahun-2.7
UST 20235 Tahun2.3172.3413 bulan-10 tahun-10.8
UST 202810 Tahun2.512.5352 tahun-10 tahun-17.9
  Sumber: Refinitiv  

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 967,67 triliun SBN, atau 38,12% dari total beredar Rp 2.527 triliun berdasarkan data per 1 April.  

Angka kepemilikannya masih bertambah Rp 70,43 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.

Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan hanya dialami pasar Brasil, Filipina, Rusia, dan Afsel sedangkan koreksi masih terjadi di negara lain. 

Di negara maju, hampir seluruh pasar utama terkoreksi hari ini. Hal tersebut mencerminkan beralihnya investor dari pasar obligasi ke pasar ekuitas di negara maju karena tensi perang dagang yang sudah mendingin sejak awal bulan ini.  

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
NegaraYield 4 Apr'19 (%)Yield 5 Apr'19 (%)Selisih (basis poin)
Brasil9.018.93-8.00
China3.2423.2682.60
Jerman-0.0060.0121.80
Perancis0.3690.3791.00
Inggris1.0851.1324.70
India7.2717.346.90
Jepang-0.038-0.0281.00
Malaysia3.7493.7560.70
Filipina5.8965.855-4.10
Rusia8.418.39-2.00
Singapura2.0782.0931.50
Thailand2.472.481.00
Amerika Serikat2.512.5352.50
Afrika Selatan8.538.525-0.50
Sumber: Refinitiv  

TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular