Rupiah Jadi Raja di 5 Benua!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
05 April 2019 14:43
Rupiah Jadi Raja di 5 Benua!
Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Akhir pekan ini sepertinya bakal indah buat rupiah. Mata uang Tanah Air berhasil menjadi raja sehari dengan menundukkan berbagai mata uang utama dari seluruh benua. 

Terhadap dolar Amerika Serikat (AS), rupiah menguat 0,35% pada pukul 14:00 WIB, Jumat (5/4/2019). Dolar AS dibanderol Rp 14.125. 

Seiring perjalanan pasar, apresiasi rupiah agak menipis. Pada pukul 14:14 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.130 di mana rupiah menguat 0,32%. Namun sepertinya jalan rupiah untuk menguat 5 hari beruntun di hadapan dolar AS sangat terbuka.


Tidak cuma di hadapan dolar AS, rupiah pun menguat terhadap mata uang utama Benua Amerika. Dari dolar Kanada sampai real Brasil melemah di hadapan rupiah. 

Berikut perkembangan nilai tukar mata uang Benua Merah terhadap rupiah pada pukul 14:15 WIB: 

 

Menyeberangi Samudera Atlantik ke Benua Eropa, rupiah masih digdaya. Rupiah berhasil menguat terhadap tiga mata uang utama Benua Biru yaitu euro, poundsterling Inggris, dan franc Swiss.  

Berikut perkembangan nilai tukar mata uang utama Eropa terhadap rupiah pada pukul 14:17 WIB: 

 

Beralih ke kandang sendiri di Asia, keperkasaan rupiah masih belum terbendung. Di hadapan yen Jepang sampai peso Filipina, rupiah berjaya. Semua dilibas tanpa kecuali. 

Berikut perkembangan nilai tukar mata uang Asia terhadap rupiah pada pukul 14:18 WIB: 

 

Lalu ke Benua Australia dan Oseania. Lagi-lagi rupiah menguat terhadap mata uang utama di wilayah ini, dolar Australia dan dolar Selandia Baru. Pada pukul 14:23 WIB, rupiah menguat 0,14% terhadap aussie dan 0,15% terhadap kiwi. 

Terakhir di Benua Afrika, rupiah berhasil terapresiasi 0,04% terhadap rand Afrika Selatan. Kemudian terhadap naira Nigeria, rupiah menguat signifikan yaitu 2,85%. Terakhir di hadapan pound Mesir, rupiah menguat 0,32%. 

Oleh karena itu, rupiah sah menjadi raja mata uang dunia hari ini. Seluruh mata uang utama dunia di 5 benua berhasil ditaklukkan. 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Sepertinya sentimen domestik masih menjadi 'doping' keperkasaan rupiah. Pertama, tekanan terhadap rupiah sudah berkurang karena kebutuhan valas korporasi jauh berkurang. 

Jelang akhir kuartal I, kebutuhan valas korporasi sangat tinggi karena harus menyetor dividen dan membayar utang sehingga rupiah pun tertekan. Kini tekanan itu sudah terangkat, dan rupiah punya ruang untuk 'bernafas'. 

Kedua, arus modal masih mengalir deras ke pasar keuangan Indonesia terutama masuk ke obligasi pemerintah. Pada pukul 14:32 WIB, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah seri acuan tenor 10 tahun turun 3,4 basis poin (bps). Penurunan yield adalah pertanda harga obligasi sedang naik karena tingginya permintaan. 

Inflasi domestik yang 'santai' membuat surat utang pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) begitu menarik. Per Maret, inflasi tercatat 2,48% year-on-year (YoY) atau laju paling lambat sejak November 2009. 

Saat ini yield obligasi pemerintah tenor 10 tahun ada di 7,554%. Dengan inflasi di 2,48%, maka keuntungan riil yang didapat investor masih lumayan menggiurkan yaitu 5,07%.

Jadi tidak heran investor (terutama asing) masih menggemari surat utang pemerintah. Per 1 April 2019, kepemilikan investor di Surat Berharga Negara (SBN) mencapai Rp 963,67 triliun, naik 7,85% dibandingkan posisi awal tahun. Dalam periode yang sama tahun sebelumnya, kenaikan kepemilikan investor asing hanya 2,9%.


TIM TISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular