Turun Lagi, Euro Dekati Level Terendah dalam 21 Bulan

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
02 April 2019 12:10
Mata uang euro kembali melemah di perdagangan sesi Asia Selasa (2/4/19).
Foto: Mata uang Euro (REUTERS/Benoit Tessier)
Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang euro kembali melemah di perdagangan sesi Asia, Selasa (2/4/19), dan mendekati level terendah dalam 21 bulan yang pernah disentuh pada 7 Maret lalu.

Pada pukul 11:24 WIB, euro diperdagangkan di kisaran US$ 1,1195 atau melemah 0,14%.

Pada perdagangan Senin (2/4/19) kemarin, euro sebenarnya berpeluang menguat. Sebelum perdagangan sesi AS Senin dibuka, euro terus mendominasi dolar AS, namun keadaan berbalik setelah rilis data manufaktur AS bulan Maret yang lebih tinggi dari bulan sebelumnya.

Euro pun harus kembali ditekuk dolar dan membukukan penurunan lima hari perdagangan beruntun.


Selain data manufaktur AS, sebenarnya ada data lain yang membuat euro rentan dipukul mundur. Data tersebut yakni inflasi zona Eropa yang menunjukkan pelambatan. 

Eurostat pada Senin kemarin melaporkan inflasi di bulan Maret sebesar 1,4% (year-on-year), melambat dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 1,5%. Sementara inflasi inti lebih buruk lagi, turun menjadi 0,8% dari sebelumnya 1,0% dan menjadi yang terendah dalam 11 bulan terakhir.


Inflasi inti merupakan perhitungan inflasi yang tidak memasukkan beberapa sektor yang volatile di blok 19 negara tersebut, mulai dari makanan hingga energi.

Rilis data ini mengkonfirmasi pernyataan European Central Bank (ECB) yang mengatakan perekonomian zona Eropa sedang melambat, begitu juga inflasi.

Saat Gubernur ECB, Mario Draghi mengatakan hal tersebut tiga pekan lalu, euro langsung jeblok ke level terendah dalam 21 bulan terhadap dolar AS. Pelaku pasar tidak lagi melihat adanya kemungkinan ECB menaikkan suku bunga di kuartal-IV tahun ini.

Hal tersebut juga dikonfirmasi Mario Draghi yang menyatakan suku bunga rendah kemungkinan akan ditahan lebih lama untuk memacu perekonomian zona Euro.

ECB memiliki mandat untuk mencapai target inflasi sebesar 2,0%. Target tersebut sebenarnya telah tercapai pada tahun lalu, bahkan sempat mencapai angka 2,2% pada bulan Oktober. Namun setelahnya kondisi ekonomi global berubah, inflasi di zona Eropa terus melambat.

Semakin rendah angka inflasi, tentu mendorong ECB kemungkinan akan menahan suku bunga acuan 0,00% lebih lama lagi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/tas) Next Article Yield Obligasi AS Kembali Turun, Euro Dongkel Dolar

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular