
Laba Melesat, Saham Charoen Pokphand Mulai Bergerak
Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
02 April 2019 10:30

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) pada perdagangan pagi ini banyak mendapat sorotan investor, setelah pekan lalu kinerja sahamnya terkoreksi tajam karena tertekan sentimen penurunan harga jual daging ayam.
Pada perdagangan pagi ini, Selasa (2/4/2019), hari harga saham berkode CPIN ini naik 1,56% ke level Rp 6.500/saham. Volume perdagangan saham tercatat 2,18 juta saham senilai Rp 14,16 miliar saham.
Penguatan harga saham CPIN tersebut tampaknya merupakan respons atas kinerja keuangan perseroan yang melesat cukup tinggi pada 2018.
Tahun lalu, laba bersih mencapai Rp 4,55 triliun atau naik 82,11% year-on-year (YoY) dari tahun 2017 sebesar Rp 2,5 triliun.
Kinerja ini tentunya menguntungkan bagi investor yang menanamkan sahamnya di CPIN.
Dengan laba yang meroket, alhasil, laba per saham yang dapat didistribusikan oleh CPIN naik menjadi Rp 278/saham dari yang sebelumnya Rp 153/saham.
Pencapaian laba bersih perusahaan tidak terlepas dari peningkatan penjualan yang tumbuh 9,3% YoY menjadi Rp 53,96 triliun dari yang sebelumnya Rp 49,37 triliun.
Jika dirinci, sumber pendapatan terbesar perusahaan, yaitu penjualan pakan ternak, hanya berhasil tumbuh 6,28% YoY menjadi Rp 25,79 triliun, lebih rendah dari pertumbuhan tahun 2017 sebesar 8,61% YoY.
Selain itu, peningkatan pada penjualan ayam pedaging juga tidak sepesat di tahun 2017.
Penjualan ayam pedaging di tahun 2018 hanya naik 10,35% YoY menjadi Rp 15,78 triliun. Padahal di tahun 2017, penjualan ayam pedaging meroket hingga 136,9% YoY.
Akan tetapi, besar kemungkinan, meroketnya penjualan ayam pedaging pada tahun 2017 dikarenakan CPIN masih dalam tahap ekspansi bisnis besar-besaran untuk budi daya ayam pedaging melalui pembentukan jaringan peternak ayam. Alhasil pertumbuhan tahun 2017 bisa dikatakan outliers (anomali).
Lebih lanjut, tampaknya pertumbuhan penjualan CPIN tahun lalu lebih disokong oleh sektor usaha anak ayam sehari (day old chicks/DOC) yang naik signifikan sebesar 26,8% YoY menjadi Rp 6,23 triliun. Terlebih lagi, sektor usaha DOC juga memiliki margin laba kotor yang paling besar, yaitu 35,47%.
Selain itu, pencapaian laba bersih tahun lalu juga berhasil dicapai dengan menekan pos-pos pembiayaan, terutama total biaya produksi.
Simak ulaasan soal sengkarut data jumlah ayam di Indonesia
[Gambas:Video CNBC]
(hps/tas) Next Article Laba Charoen Pokphand di 2019 Turun 21% Jadi Rp 3,36 T
Pada perdagangan pagi ini, Selasa (2/4/2019), hari harga saham berkode CPIN ini naik 1,56% ke level Rp 6.500/saham. Volume perdagangan saham tercatat 2,18 juta saham senilai Rp 14,16 miliar saham.
Penguatan harga saham CPIN tersebut tampaknya merupakan respons atas kinerja keuangan perseroan yang melesat cukup tinggi pada 2018.
Kinerja ini tentunya menguntungkan bagi investor yang menanamkan sahamnya di CPIN.
Dengan laba yang meroket, alhasil, laba per saham yang dapat didistribusikan oleh CPIN naik menjadi Rp 278/saham dari yang sebelumnya Rp 153/saham.
Pencapaian laba bersih perusahaan tidak terlepas dari peningkatan penjualan yang tumbuh 9,3% YoY menjadi Rp 53,96 triliun dari yang sebelumnya Rp 49,37 triliun.
Jika dirinci, sumber pendapatan terbesar perusahaan, yaitu penjualan pakan ternak, hanya berhasil tumbuh 6,28% YoY menjadi Rp 25,79 triliun, lebih rendah dari pertumbuhan tahun 2017 sebesar 8,61% YoY.
Selain itu, peningkatan pada penjualan ayam pedaging juga tidak sepesat di tahun 2017.
Penjualan ayam pedaging di tahun 2018 hanya naik 10,35% YoY menjadi Rp 15,78 triliun. Padahal di tahun 2017, penjualan ayam pedaging meroket hingga 136,9% YoY.
Akan tetapi, besar kemungkinan, meroketnya penjualan ayam pedaging pada tahun 2017 dikarenakan CPIN masih dalam tahap ekspansi bisnis besar-besaran untuk budi daya ayam pedaging melalui pembentukan jaringan peternak ayam. Alhasil pertumbuhan tahun 2017 bisa dikatakan outliers (anomali).
Lebih lanjut, tampaknya pertumbuhan penjualan CPIN tahun lalu lebih disokong oleh sektor usaha anak ayam sehari (day old chicks/DOC) yang naik signifikan sebesar 26,8% YoY menjadi Rp 6,23 triliun. Terlebih lagi, sektor usaha DOC juga memiliki margin laba kotor yang paling besar, yaitu 35,47%.
Selain itu, pencapaian laba bersih tahun lalu juga berhasil dicapai dengan menekan pos-pos pembiayaan, terutama total biaya produksi.
Simak ulaasan soal sengkarut data jumlah ayam di Indonesia
[Gambas:Video CNBC]
(hps/tas) Next Article Laba Charoen Pokphand di 2019 Turun 21% Jadi Rp 3,36 T
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular