Analisis Teknikal

Kondisi Pasar Kondusif, IHSG Berpotensi Menguat

Yazid Muamar, CNBC Indonesia
02 April 2019 07:58
Proyeksi IHSG hari ini menurut analisis teknikal.
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali perdagangan hari pertama April dengan kurang meyakinkan. IHSG melemah 0,255% ke level 6.452, Senin (1/4/2019). 

Tim Riset CNBC Indonesia memperkirakan IHSG akan bergerak menguat pada hari ini, Selasa (2/4/2019).


Kondisi pasar saham Amerika Serikat (AS) pagi tadi di tutup dengan ceria. Tiga indeks utama Wall Street AS rata-rata menguat: Dow Jones melesat 1,27%, S&P 500 melejit 1,16%, dan Nasdaq terangkat 1,29%.

Perkembangan pasar obligasi pemerintah AS sudah lebih baik. inversi yield pada obligasi pemerintah AS tenor 3 bulan dan 10 tahun sudah tidak terjadi, bahkan angkanya semakin melebar. Pada pukul 04:10 WIB yield 3 bulan berada di 2,3858% sementara yield 10 tahun tercatat 2,5027%.

Hawa dari perang dagang antara AS-China juga semakin mengendur. China menunda pemberlakuan bea masuk produk otomotif dan suku cadang asal AS. Sedianya tarif bea masuk produk ini akan berlaku 2 April naik dari 10% menjadi 25%, tetapi batal demi hubungan Washington-Beijing yang semakin mesra.

Dari dalam negeri, sentimen positif dari rilis data inflasi oleh Badan Pusat Statistik (BPS) belum mampu mengangkat IHSG ke zona hijau. BPS kemarin mengumumkan inflasi bulan Maret sebesar 0,11% MtM, sedangkan inflasi tahunan sebesar 2,48% YoY.


Bursa lebih didominasi aksi profit taking para pelaku pasar dengan sasaran sektor infrastruktur, sektor finansial dan sektor konsumer. Ketiganya menyumbang 23 poin pelemahan bagi IHSG.

Secara teknikal, IHSG masih menunjukkan tanda-tanda konsolidasi cenderung stagnan. Meskipun demikian, potensi menghijau masih bisa terjadi karena IHSG masih bergerak di antara rata-rata nilainya dalam lima hari terakhir (moving average/MA5).

Sumber: Refinitiv
Secara momentum, ruang penguatan IHSG masih terbuka, mengingat IHSG belum memasuki wilayah jenuh belinya (overbought) jika mengacu pada indikator teknikal Stochastic Slow (SS) yang digunakan untuk mengukur tingkat kejenuhan pasar.

IHSG berpotensi bergerak naik untuk menguji level 6.500, level tersebut merupakan level penghalang kenaikan terdekat (resistance).

TIM RISET CNBC INDONESIA


(yam/prm) Next Article Siap-Siap, IHSG Berpotensi Cetak Reli

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular