Harga Minyak Naik 2% Pekan Ini, Meroket Sepanjang Kuartal I

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
31 March 2019 09:22
Cuitan Trump Sudah Basi
Ilustrasi Pengeboran Minyak (REUTERS/Nick Oxford)
Namun kemudian harga minyak sempat anjlok lumayan dalam gara-gara cuitan Presiden Trump di Twitter. Untuk kesekian kalinya, Trump kesal karena dia menilai harga minyak sudah terlalu mahal dan itu mengganggu proses pemulihan ekonomi. 

"Sangat penting bagi OPEC untuk meningkatkan pasokan minyak. Pasar minyak sangat rapuh, harga sudah terlalu tinggi. Terima kasih!" cuit Trump. 


Akan tetapi efek dari cuitan ini tidak sebesar dan selama yang sebelumnya. Sebab, mungkin pelaku pasar sudah terbiasa melihat Trump tantrum di Twitter dan melihatnya sebagai hal yang basi. Sebagai gantinya, harga minyak kembali terangkat karena persepsi berkurangnya pasokan datang lagi. 


Lesatan harga minyak sedikit banyak mempengaruhi kinerja rupiah, yang sepanjang pekan ini melemah 0,53% di hadapan dolar AS. Kenaikan harga minyak bukan kabar baik buat rupiah.  

Sebab, kenaikan harga minyak akan membuat biaya impor komoditas ini semakin mahal. Sementara Indonesia harus terus mengimpor minyak untuk memenuhi kebutuhan dalamn negeri karena produksi yang belum memadai. 

Biaya impor minyak yang meningkat tentu memberikan tekanan kepada transaksi berjalan (current account). Jika defisit transaksi berjalan semakin lebar gara-gara impor minyak, maka rupiah akan rentan melemah karena fondasinya yang rapuh. 

Kenaikan harga minyak sepanjang pekan ini membuat sepanjang kuartal I-2019 harga minyak brent meroket 27,12% sementara light sweet melambung 32,44%. Ini menjadi kenaikan kuartalan tertinggi sejak kuartal II-2009 atau nyaris 10 tahun.



TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/prm)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular