Top Losers

Inilah Penyebab Saham SIMA dan JAYA Boncos Sepekan Ini

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
30 March 2019 15:20
Inilah Penyebab Saham SIMA dan JAYA Boncos Sepekan Ini
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Mengiringi koreksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang pekan, saham PT Armada Berjaya Trans Tbk yang baru tercatat (listing) bulan lalu anjlok dan masuk di jajaran top loser (paling rugi) mingguan, bulanan, maupun tahun berjalan. Saham PT Siwani Makmur Tbk masih memimpin dari sisi penurunan harga saham.

Selama sepekan, saham berkode JAYA ini masuk dalam sepuluh besar top loser sepekan ini, yang kali ini didominasi oleh saham-saham sektor perdagangan dan jasa. Armada Berjaya sendiri adalah saham sektor infrastruktur dan transportasi.



Saham emiten perdagangan PT Siwani Makmur Tbk (SIMA) tercatat menjadi saham paling tertekan harganya sepanjang pekan ini, dengan koreksi sebesar 41,7%, diikuti saham emiten properti PT Indonesia Pondasi Raya Tbk (IDPR) sebesar 31,6%.

Siwani Makmur pada Rabu (27/3/2019) melaporkan neraca keuangan 2018, di mana pendapatan terkoreksi 20% menjadi Rp 3 miliar, sementara rugi bersih membengkak hingga 1.351% menjadi Rp 13,2 miliar dari angka kerugian pada periode yang sama sebelumnya senilai Rp 9,8 juta.

Lonjakan kerugian itu dipicu oleh menggelembungnya beban bunga pinjaman dari sebelumnya nol, menjadi Rp 7,9 miliar. Mengapa demikian? Karena perseroan baru saja mendapatkan fasilitas kredit dari PT Bank Mayapada International Tbk dengan nilai maksimum Rp 75 miliar.

Tak tanggung-tanggung, bunganya mencapai 15% dan baru dibebankan pada tahun 2018, setelah pada tahun 2017 dikenakan bunga 14%. Hanya saja, bunga tahun 2017 belum dikenakan dan baru dibebankan pada tahun 2018. Sementara itu, beban lain-lain membengkak dari Rp 38,7 juta menjadi Rp 7,9 miliar akibat penghapusan piutang dan kalah investasi.

Di sisi lain, saham IPDR yang tercatat di bursa pada 10 Desember 2015 ini pendapatannya juga terpangkas 21,8% menjadi Rp920,1 miliar, sehingga laba bersih tersisa hanya Rp 31,18 miliar, anjlok 72,7% dibandingkan dengan posisi sebelumnya Rp 114,26 miliar.

NEXT

Ibarat pohon kecil yang tetiba menjulang tinggi, saham Armada Berjaya pun tak kuat dihembus angin kencang di atas sana. Sebagaimana diketahui, saham JAYA menguat 50% di hari pertama perdagangannya pada Kamis (21/2/2019), hingga menyentuh batas atas kenaikan harga yang diizinkan (auto reject).

Ketika sudah terlalu tinggi, angin pun semakin kuat menerpa sehingga perlu akar valuasi yang cukup bagi harga saham perseroan. Inilah yang tidak ditemukan di JAYA sehingga saham perseroan pun duduk di posisi ke-9 top loser sepekan ini, dengan koreksi sebesar 20,4%, diikuti saham PT Japfa Comfeed Tbk (JPFA) yang turun 20,2%.

Berbeda dari saham-saham boncos lainnya, saham JAYA terbilang unik karena juga masuk ke jajaran top loser bulanan dan bahkan tahun berjalan. Jika dihitung selama sebulan, saham ini masuk di posisi teratas top loser. Demikian juga selama tahun berjalan di urutan lima top loser.



Kemarin, saham perseroan ditutup pada level Rp 137/unit atau melemah 2,14%. Angka itu jauh dibandingkan dengan harga pada saat penawaran perdana (initial public offering/ IPO) pada 21 Februari di level Rp 288 per saham.

Didirikan dengan nama PT Armada Beton pada tahun 2012, perseroan menjalankan kegiatan usaha di bidang angkutan barang umum, yang mencakup usaha pengangkutan barang dengan kendaraan bermotor lebih dari satu jenis barang, seperti angkutan truk, pikap dan kontainer.

Selain itu, perseroan juga memiliki beberapa kegiatan usaha penunjang berupa jasa pengurusan transportasi (freight forwarding), angkutan multimoda, serta pergudangan dan penyimpanan.



Jika dilihat secara tahun berjalan, saham PT Marga Abhinaya Abadi Tbk (MABA) yang juga bergerak di bidang jasa dan perdagangan memimpin jajaran top losers, dengan penurunan harga sebesar 72,3%.

TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular