
Cetak Margin Lebih Besar, Laba INKP melesat 42,33%
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
29 March 2019 14:22

Jakarta, CNBC Indonesia - Salah satu emiten produsen kertas kenamaan tanah air, PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP), menorehkan kinerja yang menggembirakan tahun lalu. Pertumbuhan laba bersih perusahaan mengalahkan pertumbuhan penjualan.
Penjualan perusahaan naik 6,63% year-on-year (YoY), sedangkan laba bersih INKP melesat 42,33% YoY.
Laba bersih perusahaan tumbuh signifikan menjadi US$ 588,21 juta atau setara Rp 8,52 triliun (kurs Rp 14.481/US$). Dengan perolehan laba bersih tersebut, INKP berhasil mencatatkan marjin bersih lebih tinggi, di level 17,64% dibanding tahun 2017 yang hanya 13,21.
Umumnya, jika perusahaan berhasil mengantongi marjin yang lebih besar, berarti performa perusahaan semakin produktif dan efisien. Asumsi ini bisa terbantahkan ketika ada pencatatan one-off baik itu di pos pendapatan, atau pos pembiayaan.
Di tahun 2018, perusahaan membukukan penjualan sebesar menjadi US$ 3,33 miliar atau setara Rp 48,3 triliun dari yang sebelumnya US$ 3,13 miliar.
Peningkatan penjualan disokong oleh naiknya penjualan produk kertas budaya sebesar 20,07% menjadi US$ 1,25 miliar. sedangkan penjualan untuk produk pulp dan kertas industri lainnya relatif stabil masing-masing sebesar US$ 974,3 juta dan US$ 1,11 miliar.
Lebih lanjut, strategi perusahaan untuk mengantongi laba yang lebih besar besar kemungkinan berfokus pada penekanan biaya produksi dan penjualan.
Tahun lalu, meski penjualan meningkat, beban produksi INKP justru turun 1,5% YoY menjadi hanya US$ 2,21 miliar. Total beban produksi berhasil ditekan karena ada penurunan biaya pada pos bahan baku dan upah buruh langsung.
Selain itu, beban penjualan bahkan berhasil ditekan lebih dalam dengan memangkas ongkos angkut, sehingga total beban penjualan dapat turun 9,93% YoY menjadi US$ 153,05 juta.
Terlebih lagi, tidak seperti tahun 2017 yang mencatatkan rugi selisih kurs hingga US$ 29,3 juta, di tahun 2018 INKP justru membukukan aksi untung selisih kurs sebesar US$ 21,85 juta.
Dengan kinerja keuangan tahun 2018 yang 'topcer', INKP berhasil menyisihkan laba per saham dasar hingga US$ 0,08/lembar atau setara dengan Rp 1.593/lembar.
Di akhir periode tersebut total aset perusahaan naik menjadi US$ 8,75 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya US$ 7,63 miliar. Terdiri dari aset lancar 4,19 miliar dan aset tak lancar US$ 4,56 miliar.
Liabilitas perseroan pada 2018 naik menjadi US$ 4,98 miliar, dari akhir 2017 yang sebesar US$ 4,42 miliar. Dengan liabilitas jangka pendek senilai US$ 1,74 miliar dan liabilitas jangka panjang US$ 3,24 miliar.
Sementara nilai ekuitas di periode tersebut tercatat mencapai US$ 3,77 miliar.
Sebagai informasi tambahan, pelaku pasar nampaknya memberikan apresiasi rendah atas emiten INKP. Dengan nilai laba per saham sekitar Rp 1.593 dan harga saham emiten INKP sekitar Rp 8.750/lembar, nilai price-earning-ratio/PER hanya berada di kisaran 5,49 poin. Padahal PER industrinya di kisaran 43 poin (berdasar data statistik bursa bulan Februari).
Sebagai informasi PER adalah salah satu bentuk analisis fundamental perusahaan dengan cara membagi harga saham saat ini dengan keuntungan tahunan per saham.
Jadi PER dapat menggambarkan juga ekspektasi investor terhadap return (perolehan) emiten. PER emiten dikatakan tinggi (overvalued) jika nilainya lebih besar dibanding PER Industri, dan sebaliknya untuk PER rendah.
TIM RISET CNBC INDOENESIA.
(dwa/hps) Next Article Purinusa Terus Tambah Kepemilikan di Indah Kiat
Penjualan perusahaan naik 6,63% year-on-year (YoY), sedangkan laba bersih INKP melesat 42,33% YoY.
Laba bersih perusahaan tumbuh signifikan menjadi US$ 588,21 juta atau setara Rp 8,52 triliun (kurs Rp 14.481/US$). Dengan perolehan laba bersih tersebut, INKP berhasil mencatatkan marjin bersih lebih tinggi, di level 17,64% dibanding tahun 2017 yang hanya 13,21.
Umumnya, jika perusahaan berhasil mengantongi marjin yang lebih besar, berarti performa perusahaan semakin produktif dan efisien. Asumsi ini bisa terbantahkan ketika ada pencatatan one-off baik itu di pos pendapatan, atau pos pembiayaan.
Peningkatan penjualan disokong oleh naiknya penjualan produk kertas budaya sebesar 20,07% menjadi US$ 1,25 miliar. sedangkan penjualan untuk produk pulp dan kertas industri lainnya relatif stabil masing-masing sebesar US$ 974,3 juta dan US$ 1,11 miliar.
Lebih lanjut, strategi perusahaan untuk mengantongi laba yang lebih besar besar kemungkinan berfokus pada penekanan biaya produksi dan penjualan.
Tahun lalu, meski penjualan meningkat, beban produksi INKP justru turun 1,5% YoY menjadi hanya US$ 2,21 miliar. Total beban produksi berhasil ditekan karena ada penurunan biaya pada pos bahan baku dan upah buruh langsung.
Selain itu, beban penjualan bahkan berhasil ditekan lebih dalam dengan memangkas ongkos angkut, sehingga total beban penjualan dapat turun 9,93% YoY menjadi US$ 153,05 juta.
Terlebih lagi, tidak seperti tahun 2017 yang mencatatkan rugi selisih kurs hingga US$ 29,3 juta, di tahun 2018 INKP justru membukukan aksi untung selisih kurs sebesar US$ 21,85 juta.
Dengan kinerja keuangan tahun 2018 yang 'topcer', INKP berhasil menyisihkan laba per saham dasar hingga US$ 0,08/lembar atau setara dengan Rp 1.593/lembar.
Di akhir periode tersebut total aset perusahaan naik menjadi US$ 8,75 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya US$ 7,63 miliar. Terdiri dari aset lancar 4,19 miliar dan aset tak lancar US$ 4,56 miliar.
Liabilitas perseroan pada 2018 naik menjadi US$ 4,98 miliar, dari akhir 2017 yang sebesar US$ 4,42 miliar. Dengan liabilitas jangka pendek senilai US$ 1,74 miliar dan liabilitas jangka panjang US$ 3,24 miliar.
Sementara nilai ekuitas di periode tersebut tercatat mencapai US$ 3,77 miliar.
Sebagai informasi tambahan, pelaku pasar nampaknya memberikan apresiasi rendah atas emiten INKP. Dengan nilai laba per saham sekitar Rp 1.593 dan harga saham emiten INKP sekitar Rp 8.750/lembar, nilai price-earning-ratio/PER hanya berada di kisaran 5,49 poin. Padahal PER industrinya di kisaran 43 poin (berdasar data statistik bursa bulan Februari).
Sebagai informasi PER adalah salah satu bentuk analisis fundamental perusahaan dengan cara membagi harga saham saat ini dengan keuntungan tahunan per saham.
Jadi PER dapat menggambarkan juga ekspektasi investor terhadap return (perolehan) emiten. PER emiten dikatakan tinggi (overvalued) jika nilainya lebih besar dibanding PER Industri, dan sebaliknya untuk PER rendah.
TIM RISET CNBC INDOENESIA.
(dwa/hps) Next Article Purinusa Terus Tambah Kepemilikan di Indah Kiat
Most Popular