
Asing Masih Serbu Obligasi Indonesia, Harga Mulai Turun
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
28 March 2019 20:18

Jakarta, CNBC Indonesia - Aliran dana investor asing ke pasar surat berharga negara (SBN) masih terus mengalir hingga kemarin, meskipun hari ini sentimen positif semakin menghilang dan membuat pasar terkoreksi.
Porsi investor di pasar SBN berdasarkan data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 961,63 triliun SBN, atau 38,75% dari total beredar Rp 2.481 triliun berdasarkan data per 27 Maret 2019.
Data Kemenkeu tersebut biasanya tertinggal (lagging) selama 1-4 hari dari hari aktual. Kepemilikan itu menjadi posisi tertinggi sepanjang masa dan porsinya tertinggi tahun ini, mengingat pada Januari tahun lalu persentase investor asing sempat melebihi 40%.
Angka kepemilikan per tanggal 27 Maret tersebut masih positif Rp 68,38 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Koreksi hari ini menjadi koreksi kompak pertama pada seluruh empat seri acuan setelah sentimen positif dari proyeksi perlambatan ekonomi AS mereda.
Kemarin, koreksi harga SBN terjadi secara parsial. Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield). Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun. Seri acuan yang paling melemah adalah FR0077 yang bertenor 5 tahun dengan kenaikan yield 6,8 basis poin (bps) menjadi 7,14%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Sumber: Refinitiv
Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih melemah.
Indeks tersebut turun 0,59 poin (0,24%) menjadi 246,22 dari posisi kemarin 246,81. Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 528 bps, melebar dari posisi kemarin 519 bps.
Yield US Treasury 10 tahun turun lagi hingga 2,37% dari posisi kemarin 2,41%. Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada seri 3 bulan-5 tahun, 2 tahun-5 tahun, dan 3 bulan-10 tahun.
Inversi pada tenor 3 bulan-10 tahun jarang terjadi, bahkan baru terjadi lagi pada Jumat pekan lalu setelah tidak terjadi lagi sejak 2007. Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.
Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Sumber: Refinitiv
Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan terjadi di Brasil, China, India, Filipina, dan Singapura. Di negara maju, penguatan terjadi di pasar bund Jerman dan gilt Inggris yang mengindikasikan masih terjadinya kontraksi di pasar keuangan Eropa sehingga obligasi Jerman yang dianggap sebagai salah satu instrumen paling aman, masih diburu hingga yield-nya turun menjadi minus.
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/roy) Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%
Porsi investor di pasar SBN berdasarkan data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 961,63 triliun SBN, atau 38,75% dari total beredar Rp 2.481 triliun berdasarkan data per 27 Maret 2019.
Data Kemenkeu tersebut biasanya tertinggal (lagging) selama 1-4 hari dari hari aktual. Kepemilikan itu menjadi posisi tertinggi sepanjang masa dan porsinya tertinggi tahun ini, mengingat pada Januari tahun lalu persentase investor asing sempat melebihi 40%.
Koreksi hari ini menjadi koreksi kompak pertama pada seluruh empat seri acuan setelah sentimen positif dari proyeksi perlambatan ekonomi AS mereda.
Kemarin, koreksi harga SBN terjadi secara parsial. Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield). Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun. Seri acuan yang paling melemah adalah FR0077 yang bertenor 5 tahun dengan kenaikan yield 6,8 basis poin (bps) menjadi 7,14%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Yield Obligasi Negara Acuan 28 Mar 2019 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 27 Mar 2019 (%) | Yield 28 Mar 2019 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 28 Mar'19 |
FR0077 | 5 tahun | 7.074 | 7.142 | 6.80 | 7.1321 |
FR0078 | 10 tahun | 7.622 | 7.659 | 3.70 | 7.6448 |
FR0068 | 15 tahun | 8.077 | 8.098 | 2.10 | 8.0814 |
FR0079 | 20 tahun | 8.121 | 8.162 | 4.10 | 8.1436 |
Avg movement | 4.18 |
Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih melemah.
Indeks tersebut turun 0,59 poin (0,24%) menjadi 246,22 dari posisi kemarin 246,81. Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 528 bps, melebar dari posisi kemarin 519 bps.
Inversi pada tenor 3 bulan-10 tahun jarang terjadi, bahkan baru terjadi lagi pada Jumat pekan lalu setelah tidak terjadi lagi sejak 2007. Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.
Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Yield US Treasury Acuan 28 Mar 2019 | |||||
Seri | Benchmark | Yield 27 Mar 2019 (%) | Yield 28 Mar 2019 (%) | Selisih (Inversi) | Satuan Inversi |
UST BILL 2019 | 3 Bulan | 2.442 | 2.435 | 3 bulan-5 tahun | 26 |
UST 2020 | 2 Tahun | 2.208 | 2.21 | 2 tahun-5 tahun | 3.5 |
UST 2021 | 3 Tahun | 2.145 | 2.148 | 3 tahun-5 tahun | -2.7 |
UST 2023 | 5 Tahun | 2.165 | 2.175 | 3 bulan-10 tahun | 6.3 |
UST 2028 | 10 Tahun | 2.372 | 2.372 | 2 tahun-10 tahun | -16.2 |
Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan terjadi di Brasil, China, India, Filipina, dan Singapura. Di negara maju, penguatan terjadi di pasar bund Jerman dan gilt Inggris yang mengindikasikan masih terjadinya kontraksi di pasar keuangan Eropa sehingga obligasi Jerman yang dianggap sebagai salah satu instrumen paling aman, masih diburu hingga yield-nya turun menjadi minus.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 27 Mar 2019 (%) | Yield 28 Mar 2019 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 9.36 | 9.18 | -18.00 |
China | 3.097 | 3.089 | -0.80 |
Jerman | -0.081 | -0.083 | -0.20 |
Perancis | 0.296 | 0.307 | 1.10 |
Inggris | 1.015 | 0.984 | -3.10 |
India | 7.327 | 7.323 | -0.40 |
Jepang | -0.093 | -0.085 | 0.80 |
Malaysia | 3.819 | 3.763 | -5.60 |
Filipina | 5.804 | 5.682 | -12.20 |
Rusia | 8.31 | 8.36 | 5.00 |
Singapura | 2.053 | 2.049 | -0.40 |
Thailand | 2.41 | 2.45 | 4.00 |
Amerika Serikat | 2.372 | 2.379 | 0.70 |
Afrika Selatan | 8.725 | 8.745 | 2.00 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/roy) Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular