Damai AS-China Berhembus, Asing Masuk Rp 306 M & IHSG Hijau

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
28 March 2019 16:54
Damai AS-China Berhembus, Asing Masuk Rp 306 M & IHSG Hijau
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta,CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan hari ini (28/3/2019), dengan finis di zona hijau dan menguat 0,56% di level 6.480,79.

Di lain pihak, kinerja mayoritas bursa saham utama kawasan Asia tetap bergerak bervariatif: indeks Straits Times naik 0,24%, indeks Hang Seng naik 0,16%, indeks Shanghai turun 0,92%, indeks Nikkei turun 1,61%, indeks Kospi turun 0,82%.

Pelaku pasar masih dihimpit dua sentimen besar hari ini, yaitu bayang-bayang resesi ekonomi AS dan perkembangan positif negosiasi dagang AS-China.

Bayang-bayang resesi AS masih terasa hawanya karena Rupiah masih mencatatkan pelemahan 0,33% pada penutupan perdagangan pasar spot.

Pelemahan rupiah masih terjadi juga hari ini karena inversi pada kurva imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 3 bulan dan tenor 10 tahun masih nampak.

Hingga berita ini dimuat, obligasi pemerintah AS tenor 3 bulan mencatatkan imbal hasil 2,4403 poin, sedangkan imbal hasil tenor 10 tahun ada di 2,3805 poin, berarti ada selisih 5,98 basis poin.

Fenomena inversi membatasi pelaku pasar karena inversi merupakan salah satu indikator dari potensi datangnya resesi. Pasalnya dalam 3 resesi terkahir yang terjadi di AS (1990, 2001, dan 2007), selalu terjadi inversi pada tenor 3 bulan dan 10 tahun yang sebelumnya didahului inversi pada tenor 3 dan 5 tahun. Berbicara mengenai inversi pada tenor 3 dan 5 tahun, hal ini sudah terjadi pada 3 Desember 2018 silam.

Resesi adalah penurunan aktivitas ekonomi yang sangat signifikan yang berlangsung selama lebih dari beberapa bulan. Sebuah perekonomian bisa dikatakan mengalami resesi jika pertumbuhan ekonominya negatif selama dua kuartal atau lebih berturut-turut.
Seperti yang diketahui, pada hari ini hingga besok (28-29 Maret), perwakilan dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin sedang berada di Beijing dan bertemu Wakil Perdana Menteri China Liu He untuk membahas kelanjutan negosiasi dagang antara kedua negara. Negosiasi lanjutan juga telah dijadwalkan pada awal bulan April di Washington.

Perkembangan terbaru menyebutkan bahwa negosiator China nampaknya benar-benar menginginkan kesepakatan dapat segera dirancang dengan lebih mendalam dan spesifik. Terlebih lagi, pihak Negeri Tiongkok menawarkan proposal yang lebih berani dibandingkan yang mereka tawarkan sebelumnya, dilansir Reuters.

Salah satu pejabat senior AS mengemukakan, "Mereka (China) berbicara mengenai pemaksaan transfer teknologi dalam koridor yang sebelumnya tak pernah ingin mereka bicarakan - baik dalam cakupan maupun detilnya, " dilansir Reuters.

Pejabat tersebut juga mengungkapkan bahwa para negosiator telah membuat kemajuan terkait dengan penulisan kesepakatan dagang kedua negara.

"Jika Anda melihat teks perjanjian hari ini dibandingkan dengan bulan lalu, kami telah bergerak maju hampir di keseluruhan aspek, meskipun belum sampai pada hasil akhir yang kami harapkan

Pertemuan hari ini diperkirakan membahas perjanjian di beberapa aspek termasuk transfer teknologi paksa, pencurian data lewat dunia maya, hak kekayaan intelektual, nilai tukar mata uang, hambatan non-tarif.

Perkembangan positif negosiasi dagang AS-China tentunya akan membantu mengangkat beban ekonomi yang dialami kedua negara.

Melansir data perekonomian terbaru, laba industri China mengalami penurunan terdalam sejak 2011 di dua bulan pertama tahun ini atau jatuh sekitar 14% sepanjang tahun 2019. Data yang dirilis hari Selasa (26/3/2019) juga menunjukkan indeks keyakinan konsumen terperosok untuk kali keempat dalam lima bulan terakhir, dilansir Trading Economics.

Sedangkan dari Negeri Paman Sam, indeks keyakinan konsumen bulan Maret hanya 124,1 lebih rendah dari konsensus pasar sebesar 132,1 poin. Selain itu, capaian jumlah hunian baru yang dibangun pada bulan Februari senilai 1,16 juta unit (yang disetahunkan/annualized). Perolehan itu juga dibawah konsensus pasar sebesar 1,22 juta unit.

Jika akhirnya perang dagang AS dan China dapat segera berakhir dalam waktu dekat, maka perekonomian kedua negara diprediksikan dapat kembali pulih.

Dimana pulihnya ekonomi AS dan China merupakan kabar yang menggembirakan bagi Indonesia, pasalnya kedua negara tersebut merupakan rekan dagang terbesar Indonesia.

Sentimen positif inilah yang membuat pelaku pasar, termasuk investor asing melakukan aksi beli bersih sebesar Rp 306,18 miliar.

Emiten-emiten yang diburu asing adalah PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 106,51 miliar), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Ro 68,75 miliar, PT Gudang Garam Tbk/GGRM (Rp 59,36 miliar), PT Barito Pacific Tbk/BRPT (Rp 58,88 miliar) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 55,1 miliar).


TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular