
Lelang Obligasi AS, Straits Times Dibuka Melemah
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
28 March 2019 08:40

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Straits Times (STI) dibuka melemah tipis 0,05% ke level 3.196,83 pada perdagangan hari ini, Kamis (28/3/2019) seiring dengan keraguan investor masuk lebih dalam ke pasar saham Singapura.
Dari 30 saham yang menghuni indeks acuan bursa saham Singapura tersebut, sebanyak 11 mencatatkan kenaikan harga, 9 saham melemah, dan 10 saham tidak mencatatkan perubahan harga alias stagnan.
Pelaku pasar hari ini tampaknya memilih untuk bersikap sabar atau dovish dengan tidak terjun ke instrumen yang berisiko tinggi seperti saham. Apalagi Rabu kemarin, AS baru saja melelang obligasi tenor 2 tahun dan 5 tahun.
Untuk tenor 5 tahun, penawaran yang masuk mencapai US$ 96,29 miliar dan pemerintah AS memenangkan US$ 41 miliar. Sementara untuk tenor 2 tahun, penawaran yang masuk mencapai US$ 68 miliar dan yang dimenangkan sebesar US$ 18 miliar.
Tingginya aliran modal ke pasar obligasi membuat imbal hasil (yield) bergerak turun di hampir seluruh tenor. Nah, ini yang mengkhawatirkan karena yield tenor 3 bulan dan 10 tahun sama-sama turun, jarak keduanya semakin jauh.
Masih terjadi inversi, di mana yield untuk 3 bulan lebih tinggi ketimbang 10 tahun, dengan nilai masing-masing 2,4405 dan 2,3472. Inversi yang masih terjadi pada tenor 3 bulan dan tenor 10 tahun dipandang investor sebagai pertanda akan datangnya resesi di Negeri Paman Sam.
Sentimen lain, laba industri di China turun dalam sejak 2011 di dua bulan pertama tahun ini atau anjlok 14% sepanjang tahun ini. Data yang dirilis Selasa (26/3/2019) juga menunjukkan keyakinan konsumen terperosok untuk kali keempat dalam lima bulan terakhir.
Perlambatan ekonomi di China tentunya akan berdampak langsung pada pelemahan aktivitas ekonomi di Singapura. Pasalnya, Negeri Singa merupakan salah satu international-hub dengan fokus sebagai pusat perdagangan komoditas dan logistik.
Alhasil dengan penurunan permintaan China akan komoditas regional Asia akan berdampak pada melemahnya arus barang yang melewati Singapura.
Pada hari ini tidak ada rilis data ekonomi di Singapura.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/tas) Next Article Manufaktur Singapura Tertekan, Straits Times Melemah
Dari 30 saham yang menghuni indeks acuan bursa saham Singapura tersebut, sebanyak 11 mencatatkan kenaikan harga, 9 saham melemah, dan 10 saham tidak mencatatkan perubahan harga alias stagnan.
Pelaku pasar hari ini tampaknya memilih untuk bersikap sabar atau dovish dengan tidak terjun ke instrumen yang berisiko tinggi seperti saham. Apalagi Rabu kemarin, AS baru saja melelang obligasi tenor 2 tahun dan 5 tahun.
Untuk tenor 5 tahun, penawaran yang masuk mencapai US$ 96,29 miliar dan pemerintah AS memenangkan US$ 41 miliar. Sementara untuk tenor 2 tahun, penawaran yang masuk mencapai US$ 68 miliar dan yang dimenangkan sebesar US$ 18 miliar.
Tingginya aliran modal ke pasar obligasi membuat imbal hasil (yield) bergerak turun di hampir seluruh tenor. Nah, ini yang mengkhawatirkan karena yield tenor 3 bulan dan 10 tahun sama-sama turun, jarak keduanya semakin jauh.
Masih terjadi inversi, di mana yield untuk 3 bulan lebih tinggi ketimbang 10 tahun, dengan nilai masing-masing 2,4405 dan 2,3472. Inversi yang masih terjadi pada tenor 3 bulan dan tenor 10 tahun dipandang investor sebagai pertanda akan datangnya resesi di Negeri Paman Sam.
Sentimen lain, laba industri di China turun dalam sejak 2011 di dua bulan pertama tahun ini atau anjlok 14% sepanjang tahun ini. Data yang dirilis Selasa (26/3/2019) juga menunjukkan keyakinan konsumen terperosok untuk kali keempat dalam lima bulan terakhir.
Perlambatan ekonomi di China tentunya akan berdampak langsung pada pelemahan aktivitas ekonomi di Singapura. Pasalnya, Negeri Singa merupakan salah satu international-hub dengan fokus sebagai pusat perdagangan komoditas dan logistik.
Alhasil dengan penurunan permintaan China akan komoditas regional Asia akan berdampak pada melemahnya arus barang yang melewati Singapura.
Pada hari ini tidak ada rilis data ekonomi di Singapura.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/tas) Next Article Manufaktur Singapura Tertekan, Straits Times Melemah
Most Popular