
Nasib Rupiah: Kemarin Terkuat, Sekarang Terlemah di Asia
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
27 March 2019 08:32

Dolar AS memang sedang perkasa, tidak hanya di Asia tetapi juga secara global. Pada pukul 09:13 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,12%. Dalam sepekan terakhir, indeks ini melesat 1,14%.
Kekuatan dolar AS hari ini datang dari beberapa sisi. Pertama, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS bergerak naik. Berikut perkembangan yield obligasi AS berbagai tenor pada pukul 08:20 WIB:
Yield di pasar sekunder akan menjadi acuan dalam penentuan kupon di lelang pasar perdana. Jadwal lelang obligasi pemerintah AS yang terdekat adalah 27 dan 28 Maret waktu setempat. Jika yield di pasar sekunder naik, maka investor boleh berharap ada kupon yang menarik dalam lelang tersebut.
Bersiap-siap mengikuti lelang obligasi, investor pun kembali memburu dolar AS. Peningkatan permintaan membuat nilai mata uang ini menguat.
Faktor kedua adalah bisa jadi pelaku pasar memantau perkembangan Brexit. Pada Rabu waktu setempat, parlemen akan melakukan (lagi-lagi) voting untuk menentukan berbagai opsi Brexi.
Namun kini muncul pula suara-suara untuk mendukung proposal Brexit yang diajukan Perdana Menteri Theresa May. Padahal proposal itu telah ditolak dua kali. Sebab, menolak proposal pemerintah bisa membuat Brexit tidak terjadi sama sekali alias batal.
"Saya selalu percaya bahwa No-Deal Brexit (Inggris tidak mendapat kompensasi apa-apa dari perpisahan dengan Uni Eropa) lebih baik dibandingkan proposal yang diajukan Nyonya May. Namun ternyata proposal itu lebih baik ketimbang tidak ada Brexit," kata Jacob Rees-Mogg, Pemimpin Partai Konservatif di parlemen, mengutip Reuters.
Eks Menteri Luar Negeri Boris Johnson juga memiliki pandangan serupa. "Jika proposal pemerintah ditolak lagi, maka Inggris bisa jadi tidak meninggalkan Uni Eropa. Ini risikonya," kata Johnson, mengutip Daily Telegraph.
Brexit yang masih tidak jelas ujungnya ini berpotensi membuat pelaku pasar kembali wait and see. Investor yang cenderung bermain aman tentu bukan berita baik buat rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Kekuatan dolar AS hari ini datang dari beberapa sisi. Pertama, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS bergerak naik. Berikut perkembangan yield obligasi AS berbagai tenor pada pukul 08:20 WIB:
Yield di pasar sekunder akan menjadi acuan dalam penentuan kupon di lelang pasar perdana. Jadwal lelang obligasi pemerintah AS yang terdekat adalah 27 dan 28 Maret waktu setempat. Jika yield di pasar sekunder naik, maka investor boleh berharap ada kupon yang menarik dalam lelang tersebut.
Bersiap-siap mengikuti lelang obligasi, investor pun kembali memburu dolar AS. Peningkatan permintaan membuat nilai mata uang ini menguat.
Faktor kedua adalah bisa jadi pelaku pasar memantau perkembangan Brexit. Pada Rabu waktu setempat, parlemen akan melakukan (lagi-lagi) voting untuk menentukan berbagai opsi Brexi.
Namun kini muncul pula suara-suara untuk mendukung proposal Brexit yang diajukan Perdana Menteri Theresa May. Padahal proposal itu telah ditolak dua kali. Sebab, menolak proposal pemerintah bisa membuat Brexit tidak terjadi sama sekali alias batal.
"Saya selalu percaya bahwa No-Deal Brexit (Inggris tidak mendapat kompensasi apa-apa dari perpisahan dengan Uni Eropa) lebih baik dibandingkan proposal yang diajukan Nyonya May. Namun ternyata proposal itu lebih baik ketimbang tidak ada Brexit," kata Jacob Rees-Mogg, Pemimpin Partai Konservatif di parlemen, mengutip Reuters.
Eks Menteri Luar Negeri Boris Johnson juga memiliki pandangan serupa. "Jika proposal pemerintah ditolak lagi, maka Inggris bisa jadi tidak meninggalkan Uni Eropa. Ini risikonya," kata Johnson, mengutip Daily Telegraph.
Brexit yang masih tidak jelas ujungnya ini berpotensi membuat pelaku pasar kembali wait and see. Investor yang cenderung bermain aman tentu bukan berita baik buat rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular