
Nasib Rupiah: Kemarin Terkuat, Sekarang Terlemah di Asia
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
27 March 2019 08:32

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hari ini bergerak melemah di perdagangan pasar spot. Rupiah bergerak searah dengan hampir seluruh mata uang Asia, yang juga tidak berdaya di hadapan greenback.
Pada Rabu (27/3/2019), US$ 1 dibanderol Rp 14.170 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah 0,04% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Seiring perjalanan pasar, depresiasi rupiah kian dalam. Pada pukul 08:09 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.196 di mana rupiah melemah 0,22%. Dolar AS kembali mengendus aroma Rp 14.200.
Kemarin, rupiah mampu menguat 0,07% terhadap dolar AS. Meski penguatannya relatif tipis, rupiah mampu menjadi mata uang terbaik di Asia.
Namun pagi ini nasib rupiah tidak sebaik kemarin. Depresiasi 0,11% membuat rupiah menjadi mata uang terlemah di Benua Kuning. Dari posisi puncak, rupiah berbalik 180 derajat menjadi juru kunci.
Akan tetapi pelemahan rupiah menjadi termaklumkan kala melihat hampir seluruh mata uang utama Asia melemah. Hanya yen Jepang, won Korea Selatan, dolar Hong Kong, dan peso Filipina yang masih bisa menguat.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 08:10 WIB:
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Dolar AS memang sedang perkasa, tidak hanya di Asia tetapi juga secara global. Pada pukul 09:13 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,12%. Dalam sepekan terakhir, indeks ini melesat 1,14%.
Kekuatan dolar AS hari ini datang dari beberapa sisi. Pertama, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS bergerak naik. Berikut perkembangan yield obligasi AS berbagai tenor pada pukul 08:20 WIB:
Yield di pasar sekunder akan menjadi acuan dalam penentuan kupon di lelang pasar perdana. Jadwal lelang obligasi pemerintah AS yang terdekat adalah 27 dan 28 Maret waktu setempat. Jika yield di pasar sekunder naik, maka investor boleh berharap ada kupon yang menarik dalam lelang tersebut.
Bersiap-siap mengikuti lelang obligasi, investor pun kembali memburu dolar AS. Peningkatan permintaan membuat nilai mata uang ini menguat.
Faktor kedua adalah bisa jadi pelaku pasar memantau perkembangan Brexit. Pada Rabu waktu setempat, parlemen akan melakukan (lagi-lagi) voting untuk menentukan berbagai opsi Brexi.
Namun kini muncul pula suara-suara untuk mendukung proposal Brexit yang diajukan Perdana Menteri Theresa May. Padahal proposal itu telah ditolak dua kali. Sebab, menolak proposal pemerintah bisa membuat Brexit tidak terjadi sama sekali alias batal.
"Saya selalu percaya bahwa No-Deal Brexit (Inggris tidak mendapat kompensasi apa-apa dari perpisahan dengan Uni Eropa) lebih baik dibandingkan proposal yang diajukan Nyonya May. Namun ternyata proposal itu lebih baik ketimbang tidak ada Brexit," kata Jacob Rees-Mogg, Pemimpin Partai Konservatif di parlemen, mengutip Reuters.
Eks Menteri Luar Negeri Boris Johnson juga memiliki pandangan serupa. "Jika proposal pemerintah ditolak lagi, maka Inggris bisa jadi tidak meninggalkan Uni Eropa. Ini risikonya," kata Johnson, mengutip Daily Telegraph.
Brexit yang masih tidak jelas ujungnya ini berpotensi membuat pelaku pasar kembali wait and see. Investor yang cenderung bermain aman tentu bukan berita baik buat rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Pada Rabu (27/3/2019), US$ 1 dibanderol Rp 14.170 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah 0,04% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Seiring perjalanan pasar, depresiasi rupiah kian dalam. Pada pukul 08:09 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.196 di mana rupiah melemah 0,22%. Dolar AS kembali mengendus aroma Rp 14.200.
Kemarin, rupiah mampu menguat 0,07% terhadap dolar AS. Meski penguatannya relatif tipis, rupiah mampu menjadi mata uang terbaik di Asia.
Namun pagi ini nasib rupiah tidak sebaik kemarin. Depresiasi 0,11% membuat rupiah menjadi mata uang terlemah di Benua Kuning. Dari posisi puncak, rupiah berbalik 180 derajat menjadi juru kunci.
Akan tetapi pelemahan rupiah menjadi termaklumkan kala melihat hampir seluruh mata uang utama Asia melemah. Hanya yen Jepang, won Korea Selatan, dolar Hong Kong, dan peso Filipina yang masih bisa menguat.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 08:10 WIB:
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Dolar AS memang sedang perkasa, tidak hanya di Asia tetapi juga secara global. Pada pukul 09:13 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,12%. Dalam sepekan terakhir, indeks ini melesat 1,14%.
Kekuatan dolar AS hari ini datang dari beberapa sisi. Pertama, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS bergerak naik. Berikut perkembangan yield obligasi AS berbagai tenor pada pukul 08:20 WIB:
Yield di pasar sekunder akan menjadi acuan dalam penentuan kupon di lelang pasar perdana. Jadwal lelang obligasi pemerintah AS yang terdekat adalah 27 dan 28 Maret waktu setempat. Jika yield di pasar sekunder naik, maka investor boleh berharap ada kupon yang menarik dalam lelang tersebut.
Bersiap-siap mengikuti lelang obligasi, investor pun kembali memburu dolar AS. Peningkatan permintaan membuat nilai mata uang ini menguat.
Faktor kedua adalah bisa jadi pelaku pasar memantau perkembangan Brexit. Pada Rabu waktu setempat, parlemen akan melakukan (lagi-lagi) voting untuk menentukan berbagai opsi Brexi.
Namun kini muncul pula suara-suara untuk mendukung proposal Brexit yang diajukan Perdana Menteri Theresa May. Padahal proposal itu telah ditolak dua kali. Sebab, menolak proposal pemerintah bisa membuat Brexit tidak terjadi sama sekali alias batal.
"Saya selalu percaya bahwa No-Deal Brexit (Inggris tidak mendapat kompensasi apa-apa dari perpisahan dengan Uni Eropa) lebih baik dibandingkan proposal yang diajukan Nyonya May. Namun ternyata proposal itu lebih baik ketimbang tidak ada Brexit," kata Jacob Rees-Mogg, Pemimpin Partai Konservatif di parlemen, mengutip Reuters.
Eks Menteri Luar Negeri Boris Johnson juga memiliki pandangan serupa. "Jika proposal pemerintah ditolak lagi, maka Inggris bisa jadi tidak meninggalkan Uni Eropa. Ini risikonya," kata Johnson, mengutip Daily Telegraph.
Brexit yang masih tidak jelas ujungnya ini berpotensi membuat pelaku pasar kembali wait and see. Investor yang cenderung bermain aman tentu bukan berita baik buat rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular