
'Hantu' Resesi AS Belum Hilang, IHSG Tetap Bisa Naik
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
26 March 2019 16:56

Dua sektor utama yang menyebabkan IHSG anjlok kemarin yakni jasa keuangan dan barang konsumsi kini justru berbalik menjadi sektor dengan kontribusi terbesar bagi kenaikan IHSG. Indeks sektor jasa keuangan ditutup menguat 0,89%, sementara indeks sektor barang konsumsi melesat 1,2%.
Selain karena koreksi yang sudah dalam, saham-saham sektor jasa keuangan diburu lantaran rupiah bisa membukukan penguatan. Hingga akhir perdagangan, rupiah menguat 0,07% di pasar spot ke level Rp 14.165/dolar AS.
Penguatan dolar AS yang sudah signifikan membuatnya dilepas investor. Dalam periode 21-25 Maret, indeks dolar AS sudah menguat sebesar 0,84%.
Secara fundamental, rupiah memang memiliki bensin untuk menguat lantaran ada optimisme bahwa defisit transaksi berjalan/Current Account Deficit (CAD) bisa ditekan pada tahun ini. Pasalnya, jika ditotal neraca dagang Indonesia hanya membukukan defisit senilai US$ 734 juta dalam dua bulan pertama tahun ini, lebih rendah dibandingkan defisit pada dua bulan pertama tahun 2018 yang mencapai US$ 809 juta.
Bahkan, pada Februari 2019 neraca dagang Indonesia sudah bisa membukukan surplus yakni senilai US$ 330 juta. Pada bulan januari, neraca dagang Indonesia membukukan defisit senilai US$ 1,06 miliar.
Kala rupiah menguat, kekhawatiran mengenai naiknya rasio kredit bermasalah/Non-Performing Loan (NPL) dari bank-bank di tanah air menjadi memudar.
Saham-saham sektor jasa keuangan yang diburu investor pada perdagangan hari ini di antaranya: PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (+2,08%), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (+1,5%), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (+1,35%), dan PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (+0,28%).
Sementara itu, saham-saham barang konsumsi yang diburu investor di antaranya: PT Gudang Garam Tbk/GGRM (+2,93%), PT Indofood Sukses Makmur Tbk/INDF (+1,85%), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk/ICBP (+1,6%), dan PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (+0,47%). (ank/hps)
Selain karena koreksi yang sudah dalam, saham-saham sektor jasa keuangan diburu lantaran rupiah bisa membukukan penguatan. Hingga akhir perdagangan, rupiah menguat 0,07% di pasar spot ke level Rp 14.165/dolar AS.
Penguatan dolar AS yang sudah signifikan membuatnya dilepas investor. Dalam periode 21-25 Maret, indeks dolar AS sudah menguat sebesar 0,84%.
Bahkan, pada Februari 2019 neraca dagang Indonesia sudah bisa membukukan surplus yakni senilai US$ 330 juta. Pada bulan januari, neraca dagang Indonesia membukukan defisit senilai US$ 1,06 miliar.
Kala rupiah menguat, kekhawatiran mengenai naiknya rasio kredit bermasalah/Non-Performing Loan (NPL) dari bank-bank di tanah air menjadi memudar.
Saham-saham sektor jasa keuangan yang diburu investor pada perdagangan hari ini di antaranya: PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (+2,08%), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (+1,5%), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (+1,35%), dan PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (+0,28%).
Sementara itu, saham-saham barang konsumsi yang diburu investor di antaranya: PT Gudang Garam Tbk/GGRM (+2,93%), PT Indofood Sukses Makmur Tbk/INDF (+1,85%), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk/ICBP (+1,6%), dan PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (+0,47%). (ank/hps)
Next Page
Investor Asing Pegang Peranan Penting
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular