
Ekspansi WIKA hingga Harga Saham KRAS, Simak Kabar Emiten Ini
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
26 March 2019 08:10

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi cukup tajam pada perdagangan Senin (25/3/2019). IHSG anjlok 1,75% pada perdagangan pertama di pekan ini ke level 6.411,25, sehingga tidak mampu lagi bertahan di level psikologis 6.500 sekaligus menandai capaian terendah sejak 13 Maret 2019 lalu.
Kinerja IHSG senada dengan bursa saham utama kawasan Asia yang ditransaksikan di zona merah: indeks Nikkei turun 3,01%, indeks Shanghai turun 1,97%, indeks Hang Seng turun 2,03%, indeks Straits Times turun 1,06%, dan indeks Kospi turun 1,92%.
Sentimen eksternal terkait resesi ekonomi yang mungkin dihadapi Amerika Serikat membuat pelaku pasar ketar-ketir, aksi jual pelaku pun tak terhindarkan.
Sinyal datangnya resesi di Negeri Paman datang dari pergerakan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS yang menunjukkan adanya inversi. Terjadinya inversi mencerminkan bahwa pelaku pasar melihat risiko yang tinggi dalam jangka pendek yang membuat mereka meminta yield yang tinggi sebagai kompensasi.
Ada beberapa peristiwa yang terjadi pada emiten-emiten dan layak disimak oleh investor sebelum perdagangan hari ini, Selasa (26/3/2019), dibuka.
1. Kontrak Baru Sudah Capai Rp 10 T, WIKA Bidik Pasar Afrika
PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) berhasil mengantongi nilai kontrak baru mencapai Rp 10,5 triliun hingga 25 Maret 2019. Nilai tersebut sudah 17% dari target kontrak baru sepanjang 2019 yang dipatok Rp 61,74 triliun.
Direktur Keuangan Wijaya Karya Ade Wahyu mengatakan perolehan kontrak baru tersebut diharapkan bisa menopang laba bersih di tiga bulan pertama ini naik 20% menjadi Rp 205,45 miliar, dari laba di periode yang sama tahun lalu senilai Rp 171,21 miliar.
"Untuk Q1 akan tumbuh pendapatan dan laba naik 20% dari kuartal pertama tahun lalu. Kalau kontrak ada Rp 10,5 triliun yang sudah kami peroleh di kuartal satu ini, mudah-mudahan masih ada 3, 4 atau 5 hari bisa bertambah," kata Ade, di Wika Tower, Jakarta, Senin (25/3).
2. BRI Akuisisi Danareksa Sekuritas dan Modal Ventura
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Suprajarto buka-bukaan alasan akuisisi modal ventura milik Bahana dan sebagian saham Danareksa Sekuritas.
Suprajarto mengatakan akuisisi modal ventura tersebut untuk mengembangkan platform fintech dan startup. "BRI sudah besar tidak bisa fokus menangani yang kecil makanya kami ambil," ujar Suprajarto dalam acara Closing Bell CNBC Indonesia TV, Senin (25/3/2019).
Suprajarto menambahkan alasan akuisisi saham Danareksa Sekuritas agar nasabah tidak perlu lagi pergi ke tempat lagi. Nasabah ritel bisa bertransaksi di jaringan BRI sementara nasabah korporasi bisa memanfaatkan BRI untuk melakukan initial public offering (IPO) dan menerbitkan obligasi.
3. Transfer Kuota, Indo Tambangraya Siap Penuhi DMO 25%
Manajemen emiten tambang batu bara, PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) menyatakan siap memenuhi kewajiban alokasi pasokan batu bara dalam negeri atau domestic market obligation (DMO) 25% tahun ini melalui transfer kuota batu bara.
Direktur Indo Tambangraya Jusnan Ruslan mengakui perseroan belum memenuhi kewajiban DMO pada tahun lalu. Sebab, penjualan perusahaan di dalam negeri baru mencapai 11,91% atau 2,8 juta ton dari seluruh total penjualan sebesar 23,5 juta ton.
"Tahun 2018 kan sesuai regulasi 25%, kami belum memenuhi DMO dari hasil penjualan. Tahun ini kami akan memenuhi penjualan [DMO] dan juga akan transfer kuota," ujar Jusnan usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di Grand Sheraton, Jakarta, Senin (25/3/2019).
4. Laris Jualan Air Minum, Laba Cleo Naik 26,09% Jadi Rp 63 M
Kinerja emiten produsen air minum Cleo, PT Sariguna Primatirta Tbk (CLEO) sepanjang tahun lalu tumbuh positif. Pendapatan CLEO bahkan melesat 35,21% year-on-year (YoY) menjadi Rp 831,10 miliar dari tahun sebelumnya Rp 614,68 miliar.
Data laporan keuangan menunjukkan, lini penjualan yang tumbuh signifikan adalah produk Cleo kemasan gelas yang naik hingga 66,76% YoY menjadi Rp 231,28 miliar.
Adapun penjualan kemasan botol yang naik 49,25% menjadi Rp 307,67 miliar dan kemasan galon yang tumbuh 22,45% menjadi Rp 289,26 miliar. Kedua lini baik kemasan botol maupun kemasan galon masih paling besar porsinya terhadap pendapatan.
5. Direksi Kena OTT KPK, Saham Krakatau Steel Langsung Amblas
Harga saham PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) langsung terjerembab pada perdagangan sesi I hari ini, Senin (25/3/2019) seiring dengan terjeratnya salah satu direksi perseroan di Komisi Pemberantasan Korupsi atas kasus suap.
Saham KRAS pada perdagangan hari ini pukul 09.54 WIB, minus 2,48% menjadi Rp 472/saham dengan nilai transaksi Rp 4,40 miliar dengan volume perdagangan 9,42 juta saham. Dalam sebulan terakhir saham KRAS minus 4,45% dan year to date masih naik hingga 20,41%.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada Jumat malam pekan lalu (22/3/2019) melakukan operasi tangkap tangan (OTT) terhadap salah seorang direktur Krakatau Steel. KPK menangkap Direktur Produksi dan Teknologi Wisnu Kuncoro di rumahnya di kawasan Bumi Serpong Damai (BSD) City, Tangerang Selatan, Jumat sore.
(prm) Next Article IHSG Ambles 10%, Ini 3 Saham Blue Chip Paling Buntung
Kinerja IHSG senada dengan bursa saham utama kawasan Asia yang ditransaksikan di zona merah: indeks Nikkei turun 3,01%, indeks Shanghai turun 1,97%, indeks Hang Seng turun 2,03%, indeks Straits Times turun 1,06%, dan indeks Kospi turun 1,92%.
Sentimen eksternal terkait resesi ekonomi yang mungkin dihadapi Amerika Serikat membuat pelaku pasar ketar-ketir, aksi jual pelaku pun tak terhindarkan.
Ada beberapa peristiwa yang terjadi pada emiten-emiten dan layak disimak oleh investor sebelum perdagangan hari ini, Selasa (26/3/2019), dibuka.
1. Kontrak Baru Sudah Capai Rp 10 T, WIKA Bidik Pasar Afrika
PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) berhasil mengantongi nilai kontrak baru mencapai Rp 10,5 triliun hingga 25 Maret 2019. Nilai tersebut sudah 17% dari target kontrak baru sepanjang 2019 yang dipatok Rp 61,74 triliun.
Direktur Keuangan Wijaya Karya Ade Wahyu mengatakan perolehan kontrak baru tersebut diharapkan bisa menopang laba bersih di tiga bulan pertama ini naik 20% menjadi Rp 205,45 miliar, dari laba di periode yang sama tahun lalu senilai Rp 171,21 miliar.
"Untuk Q1 akan tumbuh pendapatan dan laba naik 20% dari kuartal pertama tahun lalu. Kalau kontrak ada Rp 10,5 triliun yang sudah kami peroleh di kuartal satu ini, mudah-mudahan masih ada 3, 4 atau 5 hari bisa bertambah," kata Ade, di Wika Tower, Jakarta, Senin (25/3).
2. BRI Akuisisi Danareksa Sekuritas dan Modal Ventura
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Suprajarto buka-bukaan alasan akuisisi modal ventura milik Bahana dan sebagian saham Danareksa Sekuritas.
Suprajarto mengatakan akuisisi modal ventura tersebut untuk mengembangkan platform fintech dan startup. "BRI sudah besar tidak bisa fokus menangani yang kecil makanya kami ambil," ujar Suprajarto dalam acara Closing Bell CNBC Indonesia TV, Senin (25/3/2019).
Suprajarto menambahkan alasan akuisisi saham Danareksa Sekuritas agar nasabah tidak perlu lagi pergi ke tempat lagi. Nasabah ritel bisa bertransaksi di jaringan BRI sementara nasabah korporasi bisa memanfaatkan BRI untuk melakukan initial public offering (IPO) dan menerbitkan obligasi.
3. Transfer Kuota, Indo Tambangraya Siap Penuhi DMO 25%
Manajemen emiten tambang batu bara, PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) menyatakan siap memenuhi kewajiban alokasi pasokan batu bara dalam negeri atau domestic market obligation (DMO) 25% tahun ini melalui transfer kuota batu bara.
Direktur Indo Tambangraya Jusnan Ruslan mengakui perseroan belum memenuhi kewajiban DMO pada tahun lalu. Sebab, penjualan perusahaan di dalam negeri baru mencapai 11,91% atau 2,8 juta ton dari seluruh total penjualan sebesar 23,5 juta ton.
"Tahun 2018 kan sesuai regulasi 25%, kami belum memenuhi DMO dari hasil penjualan. Tahun ini kami akan memenuhi penjualan [DMO] dan juga akan transfer kuota," ujar Jusnan usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di Grand Sheraton, Jakarta, Senin (25/3/2019).
4. Laris Jualan Air Minum, Laba Cleo Naik 26,09% Jadi Rp 63 M
Kinerja emiten produsen air minum Cleo, PT Sariguna Primatirta Tbk (CLEO) sepanjang tahun lalu tumbuh positif. Pendapatan CLEO bahkan melesat 35,21% year-on-year (YoY) menjadi Rp 831,10 miliar dari tahun sebelumnya Rp 614,68 miliar.
Data laporan keuangan menunjukkan, lini penjualan yang tumbuh signifikan adalah produk Cleo kemasan gelas yang naik hingga 66,76% YoY menjadi Rp 231,28 miliar.
Adapun penjualan kemasan botol yang naik 49,25% menjadi Rp 307,67 miliar dan kemasan galon yang tumbuh 22,45% menjadi Rp 289,26 miliar. Kedua lini baik kemasan botol maupun kemasan galon masih paling besar porsinya terhadap pendapatan.
5. Direksi Kena OTT KPK, Saham Krakatau Steel Langsung Amblas
Harga saham PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) langsung terjerembab pada perdagangan sesi I hari ini, Senin (25/3/2019) seiring dengan terjeratnya salah satu direksi perseroan di Komisi Pemberantasan Korupsi atas kasus suap.
Saham KRAS pada perdagangan hari ini pukul 09.54 WIB, minus 2,48% menjadi Rp 472/saham dengan nilai transaksi Rp 4,40 miliar dengan volume perdagangan 9,42 juta saham. Dalam sebulan terakhir saham KRAS minus 4,45% dan year to date masih naik hingga 20,41%.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada Jumat malam pekan lalu (22/3/2019) melakukan operasi tangkap tangan (OTT) terhadap salah seorang direktur Krakatau Steel. KPK menangkap Direktur Produksi dan Teknologi Wisnu Kuncoro di rumahnya di kawasan Bumi Serpong Damai (BSD) City, Tangerang Selatan, Jumat sore.
(prm) Next Article IHSG Ambles 10%, Ini 3 Saham Blue Chip Paling Buntung
Most Popular