Rupiah Memang Melemah, Tapi...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
25 March 2019 16:55
Rupiah Masih Melemah, Tapi Agak Membaik
Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Rupiah masih tertekan karena sentimen domestik dan eksternal. Dari sisi domestik, rupiah rentan terserang ambil untung (profit taking) karena sudah menjalani reli pekan lalu.

Selama seminggu kemarin, rupiah menguat 0,67% di hadapan dolar AS. Bahkan rupiah sempat menguat 5 hari beruntun. Oleh karena itu, rupiah rawan terkena koreksi teknikal.

Selain itu, rupiah juga tertekan akibat tingginya kebutuhan valas korporasi. Biasanya korporasi punya kewajiban membayar dividen atau utang pada akhir kuartal I. Rupiah pun banyak dijual untuk ditukarkan ke valas sehingga mata uang Tanah Air melemah.

Namun ada beberapa hal yang membuat rupiah sedikit tertolong. Pertama, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS sudah tidak lagi mengalami inversi.

Pada pukul 16:21 WIB, yield surat utang pemerintah AS tenor 3 bulan berada di 2,4525%. Sementara untuk tenor panjang 10 tahun adalah 2,4656%. Normal, yield jangka panjang lebih tinggi ketimbang jangka pendek.

Sejak akhir pekan lalu, terjadi inversi (yield tenor pendek lebih tinggi dibandingkan jangka panjang) di dua tenor ini. Inversi menandakan kemungkinan akan terjadi resesi setidaknya dalam 18 bulan ke depan. Sebab, investor meminta ‘jaminan’ yang lebih tinggi untuk obligasi jangka pendek yang artinya risiko akan lebih besar dalam waktu dekat.

Isu ini menjadi sentimen yang mendominasi pasar. Kekhawatiran terhadap resesi di AS membuat investor mencari aman dan meninggalkan pasar keuangan negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.


Inversi yang sekarang sudah tidak terjadi memang mungkin hanya dinamika sesaat, tetapi sudah cukup melegakan pelaku pasar. Apabila situasi normal terus terjaga, maka semoga AS bisa terhindar dari bahaya resesi.


Kedua, ada kemungkinan Bank Indonesia (BI) mengawal ketat pergerakan rupiah. Nanang Hendarsah, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI, mengatakan salah satu instrumen menjaga rupiah adalah melalui pasar Domestic Non-Deliverable Forwards (DNDF).

“Instrumen DNDF memang masih perlu upaya pendalaman, pengembangan, tapi sangat membantu dalam mendukung kestabilan nilai tukar rupiah," kata Nanang.

 
TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular