
Keputusan The Fed Bikin Bursa Asia Bersemangat
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
22 March 2019 09:43

Jakarta, CNBC Indonesia - Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham utama kawasan Asia kompak bergairah pada pembukaan perdagangan hari ini: indeks Nikkei naik 0,48%, indeks Kospi naik 0,36%, indeks Hang Seng naik 0,35%, indeks Straits Times naik 0,15%, indeks IHSG naik 0,14%, namun indeks Shanghai tetap kalem tanpa pertumbuhan.
Pelaku pasar tetap bergairah untuk berburu instrumen di bursa Benua Kuning setelah Bank Sentral AS/The Fed akhirnya memutuskan untuk tidak menaikkan suku bunga acuannya bahkan diproyeksikan hingga akhir tahun.
The Fed juga mengindikasikan akan mengakhiri normalisasi neracanya pada September mendatang. Ini artinya The Fed akan mulai menyuntikan kembali dananya untuk menyokong pertumbuhan perekonomian AS.
Pelaku pasar pun menghembuskan nafas lega. Satu faktor risiko sudah bisa dicoret dari daftar yaitu arah kebijakan moneter Negeri Paman Sam. Sikap (stance) posisi The Fed yang kalem alias dovish membuat dolar AS sulit menguat tajam seperti tahun lalu, sehingga mata uang negara lain punya ruang untuk menguat.
Lebih lanjut, perekonomian jika perekonomian AS dapat kembali bergairah tentunya sangat menguntungkan kawasan Asia, karena pulihnya AS berarti peningkatan permintaan produk dari Benua Kuning.
Namun, investor masih harus waspada dan tetap memantau perkembangan negosiasi dagang AS-China.
Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa tarif impor terhadap produk-produk China dapat tetap diterapkan untuk jangka waktu yang panjang, dilansir Reuters.
"Kami tidak berbicara untuk menghapusnya (tarif impor ke China). Kami bicara tentang mempertahankannya untuk jangka waktu yang lama karena kami harus memastikan bahwa China mengikuti kesepakatan, dan menerapkannya", ujar Trump.
Sedangkan dari pihak pemerintahan Xi Jinping berusaha untuk mengakomodasi permintaan Trump, terutama terkait penambahan permintaan atas produk komoditas AS dari sektor energi dan pertanian (kedelai).
Akan tetapi, beberapa analis mengatakan bahwa pihak Xi Jinping kemungkinan besar akan enggan untuk menyetujui permintaan produk AS yang nantinya akan melemahkan kekuatan partai Komunis.
Salah satu permintaan Negeri Paman Sam adalah penghilangan subsidi pemerintah ke perusahaan-perusahaan domestik, sehingga perdagangan benar-benar mengikuti mekanisme pasar. Namun, jika ini dilakukan China, maka partai komunis akan kehilangan kekuatannya untuk mengontrol perusahaan raksasa China, dilansir dari Straits Times.
Jika akhirnya pada pertemuan 28-29 Maret pekan depan tidak menghasilkan perkembangan positif dan negosiasi semakin berlarut-larut, tentunya pelaku pasar harus siaga dan bisa langsung menarik rem investasinya dan mundur perlahan dari Benua Kuning.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Yeay! Bursa Saham Asia Berdansa di Akhir Pekan
Pelaku pasar tetap bergairah untuk berburu instrumen di bursa Benua Kuning setelah Bank Sentral AS/The Fed akhirnya memutuskan untuk tidak menaikkan suku bunga acuannya bahkan diproyeksikan hingga akhir tahun.
The Fed juga mengindikasikan akan mengakhiri normalisasi neracanya pada September mendatang. Ini artinya The Fed akan mulai menyuntikan kembali dananya untuk menyokong pertumbuhan perekonomian AS.
Lebih lanjut, perekonomian jika perekonomian AS dapat kembali bergairah tentunya sangat menguntungkan kawasan Asia, karena pulihnya AS berarti peningkatan permintaan produk dari Benua Kuning.
Namun, investor masih harus waspada dan tetap memantau perkembangan negosiasi dagang AS-China.
Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa tarif impor terhadap produk-produk China dapat tetap diterapkan untuk jangka waktu yang panjang, dilansir Reuters.
"Kami tidak berbicara untuk menghapusnya (tarif impor ke China). Kami bicara tentang mempertahankannya untuk jangka waktu yang lama karena kami harus memastikan bahwa China mengikuti kesepakatan, dan menerapkannya", ujar Trump.
Sedangkan dari pihak pemerintahan Xi Jinping berusaha untuk mengakomodasi permintaan Trump, terutama terkait penambahan permintaan atas produk komoditas AS dari sektor energi dan pertanian (kedelai).
Akan tetapi, beberapa analis mengatakan bahwa pihak Xi Jinping kemungkinan besar akan enggan untuk menyetujui permintaan produk AS yang nantinya akan melemahkan kekuatan partai Komunis.
Salah satu permintaan Negeri Paman Sam adalah penghilangan subsidi pemerintah ke perusahaan-perusahaan domestik, sehingga perdagangan benar-benar mengikuti mekanisme pasar. Namun, jika ini dilakukan China, maka partai komunis akan kehilangan kekuatannya untuk mengontrol perusahaan raksasa China, dilansir dari Straits Times.
Jika akhirnya pada pertemuan 28-29 Maret pekan depan tidak menghasilkan perkembangan positif dan negosiasi semakin berlarut-larut, tentunya pelaku pasar harus siaga dan bisa langsung menarik rem investasinya dan mundur perlahan dari Benua Kuning.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Yeay! Bursa Saham Asia Berdansa di Akhir Pekan
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular