
Gedung Putih Sebut Damai Dagang Positif, Bursa Asia Happy
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
15 November 2019 17:26

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham utama kawasan Asia mayoritas ditutup menguat pada perdagangan akhir pekan ini, Jumat (15/11/2019). Penguatan tersebut ditopang harapan damai dagang Amerika Serikat (AS) dan China, meskipun gelombang demonstrasi di Hong Kong masih belum mereda.
Data perdagangan menunjukkan, indeks Kospi ditutup melesat 1,07%, indeks Nikkei menguat 0,7%, indeks Straits Times naik tipis 0,07%, dan indeks Hang Seng cenderung stagnan dengan hanya naik 0,01%. Sedangkan indeks Shanghai anjlok 0,64%.
Pernyataan dari Gedung Putih pada Kamis kemarin (14/11/2019) mampu meredam kegelisahan pelaku pasar yang cemas atas kelanjutan kesepakatan dagang antara AS dan China.
Meski masih maju-mundur, tetapi sepertinya dua kekuatan ekonomi terbesar di planet bumi ini bakal segera menyepakati perjanjian damai dagang fase I.
"Kita sudah semakin dekat. Mood-nya cukup bagus," kata Lawrence 'Larry' Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, di acara Council on Foreign Relations di Washington, seperti diberitakan Reuters.
Kudlow menambahkan tim negosiator Washington dan Beijing terus melakukan komunikasi intensif melalui telepon. Pembicaraan berlangsung konstruktif sehingga kesepakatan damai dagang bisa dicapai dalam waktu dekat.
"Pasar ingin mempercayainya bahwa akan ada sebuah resolusi untuk isu ini, setidaknya minimal suatu bentuk genjatan senjata, meskipun memang pengalaman dari 18 bulan terakhir tidak memberi banyak alasan untuk merasa aman," ujar Shane Oliver, Kepala Ekonomi AMP Capital di Sydney, seperti dilansir Reuters.
Sebelumnya beberapa waktu lalu Presiden AS Donald Trump memberi sinyal yang campur aduk terkait hubungan dagang kedua negara.
Dalam pidatonya pada acara Economic Club di New York, Trump menyebut bahwa AS dan China akan segera mencapai kesepakatan dagang. Namun, jika hal tersebut gagal dicapai, maka Presiden ke-45 Negeri Adidaya tersebut mengancam akan menaikkan bea masuk untuk produk Made in China secara substansial.
Lebih lanjut, pelaku pasar di kawasan Asia tetap mencermati kondisi politik di Hong Kong.
Kemarin, di sela-sela acara KTT negara BRICS BRICS (Brazil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan) di Brasil, Presiden China XI Jinping meminta pendemo segera menghentikan kekerasan di wilayah bekas koloni Inggris tersebut.
Dalam kesempatan yang sama, Xi juga menggarisbawahi kalau Beijing mendukung penuh apa yang dilakukan polisi Hong Kong. Termasuk penggunaan kekerasan untuk menenangkan kota.
"Kami sangat mendukung polisi Hong Kong untuk mengambil tindakan tegas dalam menegakkan hukum dan pengadilan Hong Kong untuk menghukum sesuai dengan hukum yang berlaku atas kejahatan kekerasan yang terjadi," dilansir dari AFP.
Lebih lanjut, rilis final angka pertumbuhan ekonomi kuartal III-2019 mencatat kontraksi 3,2% secara kuartalan (QoQ), sesuai dengan angka pembacaan awal. Ini berarti Hong Kong resmi masuk jurang resesi untuk pertama kalinya sejak 2009.
Hong Kong resmi mengalami resesi karena sudah mencatatkan pertumbuhan ekonomi negatif dua kuartal berturut-turut. Seperti diketahui, pada kuartal II-2019, ekonomi Hong Kong terkontraksi 0,5% QoQ.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/tas) Next Article Walah! Ekonomi China Melambat Lagi, Bursa Asia Bermuram Durja
Data perdagangan menunjukkan, indeks Kospi ditutup melesat 1,07%, indeks Nikkei menguat 0,7%, indeks Straits Times naik tipis 0,07%, dan indeks Hang Seng cenderung stagnan dengan hanya naik 0,01%. Sedangkan indeks Shanghai anjlok 0,64%.
Pernyataan dari Gedung Putih pada Kamis kemarin (14/11/2019) mampu meredam kegelisahan pelaku pasar yang cemas atas kelanjutan kesepakatan dagang antara AS dan China.
"Kita sudah semakin dekat. Mood-nya cukup bagus," kata Lawrence 'Larry' Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, di acara Council on Foreign Relations di Washington, seperti diberitakan Reuters.
![]() |
Kudlow menambahkan tim negosiator Washington dan Beijing terus melakukan komunikasi intensif melalui telepon. Pembicaraan berlangsung konstruktif sehingga kesepakatan damai dagang bisa dicapai dalam waktu dekat.
"Pasar ingin mempercayainya bahwa akan ada sebuah resolusi untuk isu ini, setidaknya minimal suatu bentuk genjatan senjata, meskipun memang pengalaman dari 18 bulan terakhir tidak memberi banyak alasan untuk merasa aman," ujar Shane Oliver, Kepala Ekonomi AMP Capital di Sydney, seperti dilansir Reuters.
Sebelumnya beberapa waktu lalu Presiden AS Donald Trump memberi sinyal yang campur aduk terkait hubungan dagang kedua negara.
Dalam pidatonya pada acara Economic Club di New York, Trump menyebut bahwa AS dan China akan segera mencapai kesepakatan dagang. Namun, jika hal tersebut gagal dicapai, maka Presiden ke-45 Negeri Adidaya tersebut mengancam akan menaikkan bea masuk untuk produk Made in China secara substansial.
Lebih lanjut, pelaku pasar di kawasan Asia tetap mencermati kondisi politik di Hong Kong.
Kemarin, di sela-sela acara KTT negara BRICS BRICS (Brazil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan) di Brasil, Presiden China XI Jinping meminta pendemo segera menghentikan kekerasan di wilayah bekas koloni Inggris tersebut.
Dalam kesempatan yang sama, Xi juga menggarisbawahi kalau Beijing mendukung penuh apa yang dilakukan polisi Hong Kong. Termasuk penggunaan kekerasan untuk menenangkan kota.
"Kami sangat mendukung polisi Hong Kong untuk mengambil tindakan tegas dalam menegakkan hukum dan pengadilan Hong Kong untuk menghukum sesuai dengan hukum yang berlaku atas kejahatan kekerasan yang terjadi," dilansir dari AFP.
Lebih lanjut, rilis final angka pertumbuhan ekonomi kuartal III-2019 mencatat kontraksi 3,2% secara kuartalan (QoQ), sesuai dengan angka pembacaan awal. Ini berarti Hong Kong resmi masuk jurang resesi untuk pertama kalinya sejak 2009.
Hong Kong resmi mengalami resesi karena sudah mencatatkan pertumbuhan ekonomi negatif dua kuartal berturut-turut. Seperti diketahui, pada kuartal II-2019, ekonomi Hong Kong terkontraksi 0,5% QoQ.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/tas) Next Article Walah! Ekonomi China Melambat Lagi, Bursa Asia Bermuram Durja
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular