Tertinggi Dalam 3 Pekan! Harga Emas Diangkat Sentimen Global

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
21 March 2019 14:04
Perekonomian Global Masih Belum Kondusif
Foto: Presiden AS Donald Trump bereaksi selama konferensi pers setelah pertemuan puncaknya dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, di JW Marriott Hotel di Hanoi, Vietnam 28 Februari 2019. (REUTERS / Jorge Silva)
Pada hari Selasa (19/3/2019) Bloomberg mengabarkan bahwa beberapa pejabat administratif AS dibuat cemas lantaran China enggan untuk memenuhi beberapa permintaan Washington.

Memang belum ada keterangan lebih lanjut perihal permintaan mana yang agaknya sulit untuk dikabulkan oleh China.

Tak lama setelahnya, kabar perihal rencana Perwakilan Dagang AS, Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan AS, Steven Mnuchin untuk bertandang ke Beijing pekan depan mencuat, mengutip Reuters. Wakil Perdana Menteri China, Liu He disebut-sebut akan kembali menggelar dialog dagang lanjutan dengan dua perwakilan AS tersebut.

Selanjutnya, hari ini Presiden AS, Donald Trump juga kembali melontarkan komentar yang membuat pelaku pasar grogi. Saat ditanya apakah ia akan menghapuskan tarif impornya terhadap China, Trump justru menyanggahnya.

"Kami tidak berbicara tentang menghapusnya (bea masuk). Kami berbicara tentang menundanya untuk jangka waktu yang cukup lama karena kami harus memastikan bahwa jika kami memiliki kesepakatan, maka China harus menjalankan itu."

Kalau sudah begini, akan makin sulit menerka ke mana arah damai dagang yang sudah lama didambakan. Potensi tak ada kesepakatan sama sekali masih ada, dan bila terjadi, perang dagang jilid II berpotensi kembali meletus.

Pasalnya, Gedung putih telah bermaklumat untuk menaikkan bea impor produk asal China senilai US$ 200 miliar menjadi 25% (dari yang semula 10%) bila tidak ada kesepakatan apapun.

Beralih ke Benua Biru, nasib Brexit juga masih belum menemui titik terang. Pada pertemuan Uni Eropa yang akan dilansungkan di Brussel pada hari Kamis (21/3/2019) waktu setempat akan menentukan perpanjangan waktu pelaksanaan Brexit.

Bila mengacu pada kesepakatan awal, sejatinya Inggris akan resmi angkat kaki dari Uni Eropa per tanggal 29 Maret pukul 23:00 waktu setempat. Namun kemarin Perdana Menteri Inggris, Theresa May sudah secara resmi meminta perpanjangan waktu hingga 30 Juni dalam sebuah surat resmi kepada Uni Eropa.

Sebenarnya, Brussel sudah membuka pintu perpanjangan waktu apabila London meminta. Akan tetapi permintaan tersebut harus disertai dengan suatu langkah kongkrit yang akan dilakukan di sepanjang waktu tambahan.

"Saya yakin perpanjangan waktu dimungkinkan. Namun dengan syarat ada perkembangan positif mengenai nasib proposal Brexit di parlemen," tegas Donald Tusk, Presiden Dewan Uni Eropa, dikutip dari Reuters.

Karena kondisi yang masih tak pasti, investor akan makin segan untuk agresif berinvestasi pada instrumen berisiko. Salah langkah bisa berakibat fatal. Tak ayal, kemilau emas makin memukau hari ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/gus)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular