Berhasil Kabur dari Zona Merah, IHSG Ditutup Stagnan

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
20 March 2019 17:18
Berhasil Kabur dari Zona Merah, IHSG Ditutup Stagnan
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Dibuka menguat 0,10%, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan hari ini dengan penguatan tipis 0,04% ke level 6.482,71. IHSG nampaknya mencoba terus bertahan hari ini, pasalnya rebound ini terjadi di detik-detik terakhir perdagangan sesi 2 dimana IHSG sempat memasuki zonah merah.

Kinerja IHSG hanya senada dengan indeks Nikkei namun berlawanan dengan kinerja mayoritas bursa saham utama Benua Kuning yang juga ditransaksikan di zona merah: indeks Shanghai turun 0,01%, indeks Hang Seng turun 0,49%, dan indeks Straits Times turun 0,35%, sedangkan indeks Nikkei naik 0,20%.

Bursa saham Asia mengambil langkah defensif mengingat ketidakpastian damai dagang AS-China terus membayangi, karena China sepertinya menunjukkan sikap mundur.

"China mungkin mundur lagi dalam beberapa hal yang disepakati dalam dialog dagang. Kemudian pasar juga sedang menantikan pengumuman dari The Fed," ujar Bucky Hellwig, Senior Vice President di BB&T Wealth Management yang berbasis di Alabama, mengutip Reuters.

Pasalnya permintaan pihak Washington dirasa cukup berat bagi China jika Presiden AS Donald Trump belum benar-benar berjanji akan membatalkan tarif impor senilai US$ 250 miliar yang rencananya akan dibebankan kepada China per 1 Maret 2019.

China memandang AS terlalu egois karena menginginkan pengawasan yang sangat ketat terkait perlindungan hak kekayaan intelektual, penghapusan kewajiban transfer teknologi bagi investasi asing di China, nilai tukar yuan yang lebih mencerminkan fundamental dan mekanisme pasar, atau penghapusan subsidi di berbagai sendi perekonomian Negeri Tirai Bambu.

Pihak Trump juga meminta kenaikan pembelian China atas produk-produk AS, seperti produk pertanian dan komoditas energi yang dapat membantu untuk mengurangi defisit neraca perdagangan Amerika.

Jika negosiasi dagang ini semakin terlarut-larut, maka kemungkinan perang dagang terekskalasi menjadi semakin besar. Hari ini dampak perang dagang kembali terlihat dari pemerintahan China.

Melansir dari CNBC International, hutang China dengan denominasi Yuan meningkat hinga US$17,8 miliar, empat kali lipat lebih besar dibanding nilai yang dicatatkan pada tahun 2017. Nilai ini didapat berdasarkan laporan dari 2 Bank di China.

Semakin buruknya ekonomi China, yang merupakan negara dengan ekonomi ke-2 terbesar tentu menjadi sinyal buruk untuk pertumbuhan ekonomi dunia terutama kawasan Asia yang banyak menjual barangnya ke Negeri Panda.
Uni Eropa udah melakukan banyak hal untuk mengakomodasi Inggris terkait permohonannya untuk keluar dari Benua Biru.

"Tidak aka nada lagi re-negosiasi, negosiasi baru, maupun jaminan tambahan dari yang sebelumnya sudah diberikan ke Inggris. Kita sudah melakukan banyak hal untuk Inggris, tidak akan ada lagi setelah ini", ujar Kepala Komisi Uni Eropa Jean-Claude Juncker dikutip Reuters.

Pada tanggal 21 Maret, 27 negara Uni Eropa akan kembali berkumpul untuk membahas kelanjutan Brexit dan memutuskan apakah Bexit akan ditunda atau tetap dilakukan pada 29 Maret 2019.

Sejatinya Brussel setuju saja jika Inggris minta extra time. Namun harus jelas juga apa yang akan dilakukan oleh Inggris, bagaimana bisa menyelesaikan perdebatan di dalam negeri terutama meyakinkan parlemen. Sebab, sudah dua kali parlemen menolak proposal Brexit sehingga menimbulkan ketidakpastian.

Namun, justifikasi penundaan nampaknya akan sulit diberikan oleh Perdana Menteri Inggris Theresa May karena Parlemen Inggris yang tidak memperbolehkan pemungutan suara lanjutan atas proposal Brexit yang diajukan Perdana Menteri Theresa May. Alasannya, proposal tersebut tidak mengandung perubahan dari segi fundamental. Penguatan IHSG di detik-detik akhir perdagangan didukung oleh menguatnya indeks sektor keuangan yang naik 0,3% menjadi 1.248,01.

Emiten sektor perbankan yang mendukung kinerja IHSG adalah PT Bank Danamon Tbk/BDMN naik 3,37%; PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk/BJBR naik 3%; PT Bank Ina Perdana Tbk/BINA naik 2,74%

Indeks sektor keuangan menguat disokong oleh apreasiasi terhadap rupiah yang berjaya hingga akhir. Di perdagangan spot hari ini, rupiah sudah berhasil naik 0,32% ke level Rp 14.180/dollar AS.

Rupiah berhasil menguat karena memang sudah tertekan cukup lama. Sejak 26 Februari hingga 6 Maret, rupiah cenderung melemah dan depresiasinya mencapai 4,53%.

Pelemahan yang sudah dalam ini membuat rupiah menjadi murah dan menarik minat investor. Arus modal portofolio alias hot money pun berdatangan ke pasar keuangan Indonesia untuk membeli aset berbasis rupiah.

Tekanan terhadap dolarĀ juga nampaknya diakibatkanĀ ekspektasi investor bahwa Bank Sentral AS/The Fed mempertahankan suku bunga acuannya sangat tinggi.

Jerome 'Jay' Powell dan sejawat diperkirakan masih menahan suku bunga acuan di kisaran 2,25-2,5% dengan probabilitas mencapai 98,7%, mengutip CME Fedwatch. Tidak berhenti di situ, pelaku pasar juga memperkirakan akan ada lagi komentar bernada dovish yang membuat peluang kenaikan suku bunga acuan dalam waktu dekat semakin kecil.

Jika benar The Fed nantinya akan bersikap dovish bahkan hingga membuka peluang pemangkasan suku bunga acuan, tentu industri perbankan menjadi diuntungkan. Marjin bunga bersih/Net Interest Margin (NIM) mereka bisa dijaga supaya tidak tertekan seperti yang terjadi pada tahun 2018.

Penguatan rupiah juga membuat investor asing masih mencatatkan beli bersih di pasar reguler dengan nilai sebesar Rp 83,01 miliar.

Saham-saham yang paling banyak dikoleksi investor asing adalah: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 307,68 miliar), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 71,72 miliar), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 24,79 miliar), PT Waskita Beton Precast Tbk/WSBP (Rp 17,46 miliar), dan PT Ace Hardware Indonesia Tbk/ACES (Rp 17,12 miliar).
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular