Berkat 'Uang Panas', Rupiah Dorong Dolar ke Bawah Rp 14.200

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
20 March 2019 14:34
Berkat 'Uang Panas', Rupiah Dorong Dolar ke Bawah Rp 14.200
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Bahkan dolar AS berhasil didorong ke bawah Rp 14.200.

Pada Rabu (20/3/2019) pukul 14:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.185. Rupiah menguat 0,28% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya dan menyentuh posisi terkuat sejak 7 Maret. 

Kala pembukaan pasar, rupiah menguat 0,1%. Selepas itu, penguatan rupiah tergerus dan bahkan sempat habis. 

Namun itu tidak lama karena rupiah mampu kembali masuk ke jalur hijau. Bahkan rupiah penguatan rupiah semakin mantap. 


Jika penguatan ini bertahan hingga penutupan pasar, maka rupiah akan menguat selama 4 hari beruntun. Andai kejadian, maka akan menjadi rantai penguatan terpanjang sejak 22-28 Januari lalu. 

 


Rupiah masuk kelompok elit mata uang Asia yang berhasil menguat terhadap dolar AS. Selain rupiah, anggota kelompok ini adalah rupee India dan ringgit Malaysia. 

Namun di antara 3 mata uang tersebut, rupiah bukan yang terkuat. Rupee menjadi mata uang terbaik Asia dan rupiah menyusul tepat di belakangnya. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 14:06 WIB: 

 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Rupiah berhasil menguat karena memang sudah tertekan cukup lama. Sejak 26 Februari hingga 6 Maret, rupiah cenderung melemah dan depresiasinya mencapai 4,53%. 

Pelemahan yang sudah dalam ini membuat rupiah menjadi murah dan menarik minat investor. Arus modal portofolio alias hot money pun berdatangan ke pasar keuangan Indonesia untuk membeli aset berbasis rupiah.

Di pasar saham, investor asing melakukan beli bersih Rp 75,56 miliar. Sedangkan di pasar obligasi, imbal hasil (yield) surat utang pemerintah seri acuan tenor 10 tahun turun 0,7 basis poin ke 7,727%, terendah sejak 10 Agustus 2018. Penurunan yield adalah pertanda harga instrumen ini sedang naik karena tingginya permintaan. 

 

Kebetulan kemarin pemerintah baru melelang 6 seri obligasi syariah (sukuk). Dari Rp 29,69 triliun penawaran yang masuk, pemerintah mengambil Rp 8,98 triliun di antaranya. 


Setelah lelang kemarin, arus modal sepertinya masih menyemut di pasar obligasi pemerintah. Investor juga bersemangat memburu surat utang pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyusul keputusan lembaga pemeringkat Fitch Ratings yang mempertahankan peringkat utang Indonesia di BBB dengan outlook stabil.  



TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular