
Asing Masuk Rp 170,5 M, Namun Gagal Selamatkan IHSG
Dwi Ayuningtyas & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
19 March 2019 17:09

Sektor barang konsumsi yang anjok hingga 1% menjadi sektor dengan kontribusi terbsar bagi pelemahan IHSG. Investor merealisasikan keuntungan yang sudah didapatkan seiring dengan kenaikan harga saham-saham konsumer yang sudah signifikan; terhitung dalam periode 12-18 Februari, indeks sektor barang konsumsi telah membukukan penguatan sebesar 1,51%.
Saham-saham konsumer menjadi buruan investor belakangan ini seiring dengan rilis data ekonomi yang menunjukkan kuatnya konsumsi masyarakat Indonesia. Pada awal bulan ini, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa pada bulan Februari terjadi deflasi sebesar 0,08% MoM, lebih dalam dibandingkan konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia yakni deflasi sebesar 0,05% MoM. Sementara itu, tingkat inflasi secara tahunan diumumkan di level 2,57%.
Sejatinya, deflasi bisa diinterpretasikan sebagai bukti dari lemahnya daya beli masyarakat Indonesia. Namun, deflasi pada bulan Februari praktis hanya disumbang oleh kelompok bahan makanan yang turun hingga 1,11% MoM. Sementara itu, enam komponen pembentuk inflasi lainnya membukukan kenaikan harga.
Lantas, secara keseluruhan investor melihat bahwa daya beli masyarakat Indonesia masih kuat. Penurunan tingkat harga pada kelompok bahan makanan lebih disebabkan oleh berlimpahnya pasokan atau distribusi yang baik.
Kemudian pada pekan lalu, Bank Indonesia (BI) merilis Survei Penjualan Eceran periode Januari 2019, menunjukkan bahwa penjualan barang-barang ritel tumbuh sebesar 9,4% YoY pada bulan Januari, jauh di atas capaian periode yang sama tahun lalu yakni pertumbuhan sebesar 3,7% YoY saja.
Lebih lanjut, angka sementara untuk pertumbuhan penjualan barang-barang ritel periode Februari 2019 berada di level 15,8% YoY, juga mengalahkan capaian periode yang sama tahun lalu yang sebesar 9,5% YoY.
Saham-saham barang konsumsi yang terkena aksi ambil untung diantaranya: PT Kimia Farma Tbk/KAEF (-1,61%), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk/ICBP (-0,72%), dan PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (-0,35%). (ank/hps)
Saham-saham konsumer menjadi buruan investor belakangan ini seiring dengan rilis data ekonomi yang menunjukkan kuatnya konsumsi masyarakat Indonesia. Pada awal bulan ini, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa pada bulan Februari terjadi deflasi sebesar 0,08% MoM, lebih dalam dibandingkan konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia yakni deflasi sebesar 0,05% MoM. Sementara itu, tingkat inflasi secara tahunan diumumkan di level 2,57%.
Sejatinya, deflasi bisa diinterpretasikan sebagai bukti dari lemahnya daya beli masyarakat Indonesia. Namun, deflasi pada bulan Februari praktis hanya disumbang oleh kelompok bahan makanan yang turun hingga 1,11% MoM. Sementara itu, enam komponen pembentuk inflasi lainnya membukukan kenaikan harga.
Kemudian pada pekan lalu, Bank Indonesia (BI) merilis Survei Penjualan Eceran periode Januari 2019, menunjukkan bahwa penjualan barang-barang ritel tumbuh sebesar 9,4% YoY pada bulan Januari, jauh di atas capaian periode yang sama tahun lalu yakni pertumbuhan sebesar 3,7% YoY saja.
Lebih lanjut, angka sementara untuk pertumbuhan penjualan barang-barang ritel periode Februari 2019 berada di level 15,8% YoY, juga mengalahkan capaian periode yang sama tahun lalu yang sebesar 9,5% YoY.
Saham-saham barang konsumsi yang terkena aksi ambil untung diantaranya: PT Kimia Farma Tbk/KAEF (-1,61%), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk/ICBP (-0,72%), dan PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (-0,35%). (ank/hps)
Next Page
Investor Asing Gagal Selamatkan IHSG
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular