
Era Japfa Berakhir! Pekan Ini Charoen Juaranya
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
15 March 2019 21:25

Jakarta, CNBC Indonesia - Sepanjang pekan ini, emiten dari sektor industri unggas tanah air banyak menarik perhatian pelaku pasar modal. Di awal pekan, saham PT Japfa Comfeed Tbk (JPFA) memimpin di top gainers, sekarang giliran PT Charoen Pokphand Indonesai Tbk (CPIN).
Mengacu data Bursa Efek Indonesia, selama 5 hari perdagangan sejak 11-15 Maret, harga saham CPIN berhasil tumbuh 14,69% menjadi Rp 8.000/sama dari Rp 6.975/saham.
Hari ini, Jumat (15/3/2019), investor asing bahkan ikut memburu saham CPIN dan berhasil membukukan nilai beli bersih (net buy) sebesar Rp 32,63 miliar. Bandingkan dengan JPFA yang hanya naik 6,45%.
Alhasil, CPIN menjadi saham yang super aktif di perdagangan bursa hari ini dengan mencatatkan jumlah transaksi hingga 23,42 juta unit saham. Padahal, rata-rata harian transaksi Charoen hanyalah 7,66 juta unit saham.
Sejatinya, kenaikan harga CPIN di Maret bukanlah hal yang biasa. Pasalnya, jika dilihat secara historis harga dalam 9 tahun terakhir, bulan Maret adalah periode yang baik bagi emiten yang dikendalikan Grup Charoen asal Thailand ini.
Selama 9 tahun, 7 tahun di antaranya selalu mencatatkan pertumbuhan harga saham setiap Maret jika dibandingkan Februari, sedangkan hanya dua kali harga sahamnya minus di Maret yakni 2014 dan 2015.
Berikut adalah tren pertumbuhan harga saham CPIN di Maret, dari 2010 hingga 2019.
Dari data tersebut, tampak bahwa pertumbuhan harga saham CPIN secara bulanan di Maret 2019 adalah yang tertinggi semenjak Maret 2013.
Melonjaknya harga saham CPIN sebetulnya juga didukung ekspektasi positif para investor terhadap fundamental perusahaan.
Pada 29 Maret mendatang, perusahaan akan mengumumkan pencapaian mereka selama tahun 2018, dan besar kemungkinan perusahaan akan membukukan pertumbuhan laba yang sangat oke.
Bagaimana tidak, sepanjang 9 bulan pertama tahun 2018, perusahaan sudah berhasil mencatatkan pertumbuhan laba bersih hingga 78,32% YoY atau sebesar Rp 3,46 triliun dari periode yang sama tahun 2017 yang hanya Rp 1,94 triliun.
Pada kuartal-IV diproyeksikan perolehan laba bersih perusahaan masih akan positif, mengingat indeks penjualan riil (IPR) sektor makanan, minuman dan tembakau pada Desember tahun lalu tumbuh 9,1% YoY mencapai 256,5 poin, lebih tinggi dibanding pertumbuhan Desember 2017 yang hanya 8,1% YoY.
Selain itu, investor juga yakin perusahaan dapat terus meningkatkan performa di kuartal-I 2019. Apalagi, pertumbuhan IPR sektor makanan, minuman dan tembakau pada Januari 2019 menyentuh 8,9 YoY, atau menjadi 232,6 poin.
Sebagai tambahan, proyeksi penguatan CPIN diperkirakan masih akan terus berlanjut pada pekan depan. Hal tersebut secara teknikal terlihat dari posisi harga saham saat ini yang masih bergerak di atas rata-rata harga selama 5 hari (Moving Average/MA5).
TIM RISET CNBC INDONESIA
Simak ulasan persaingan emiten di bisnis unggas.
[Gambas:Video CNBC]
(dwa/tas) Next Article Harga Anjlok 4%, Mahalkah Saham CPIN?
Mengacu data Bursa Efek Indonesia, selama 5 hari perdagangan sejak 11-15 Maret, harga saham CPIN berhasil tumbuh 14,69% menjadi Rp 8.000/sama dari Rp 6.975/saham.
Hari ini, Jumat (15/3/2019), investor asing bahkan ikut memburu saham CPIN dan berhasil membukukan nilai beli bersih (net buy) sebesar Rp 32,63 miliar. Bandingkan dengan JPFA yang hanya naik 6,45%.
Alhasil, CPIN menjadi saham yang super aktif di perdagangan bursa hari ini dengan mencatatkan jumlah transaksi hingga 23,42 juta unit saham. Padahal, rata-rata harian transaksi Charoen hanyalah 7,66 juta unit saham.
Sejatinya, kenaikan harga CPIN di Maret bukanlah hal yang biasa. Pasalnya, jika dilihat secara historis harga dalam 9 tahun terakhir, bulan Maret adalah periode yang baik bagi emiten yang dikendalikan Grup Charoen asal Thailand ini.
Selama 9 tahun, 7 tahun di antaranya selalu mencatatkan pertumbuhan harga saham setiap Maret jika dibandingkan Februari, sedangkan hanya dua kali harga sahamnya minus di Maret yakni 2014 dan 2015.
Berikut adalah tren pertumbuhan harga saham CPIN di Maret, dari 2010 hingga 2019.
Dari data tersebut, tampak bahwa pertumbuhan harga saham CPIN secara bulanan di Maret 2019 adalah yang tertinggi semenjak Maret 2013.
Melonjaknya harga saham CPIN sebetulnya juga didukung ekspektasi positif para investor terhadap fundamental perusahaan.
Pada 29 Maret mendatang, perusahaan akan mengumumkan pencapaian mereka selama tahun 2018, dan besar kemungkinan perusahaan akan membukukan pertumbuhan laba yang sangat oke.
Bagaimana tidak, sepanjang 9 bulan pertama tahun 2018, perusahaan sudah berhasil mencatatkan pertumbuhan laba bersih hingga 78,32% YoY atau sebesar Rp 3,46 triliun dari periode yang sama tahun 2017 yang hanya Rp 1,94 triliun.
Pada kuartal-IV diproyeksikan perolehan laba bersih perusahaan masih akan positif, mengingat indeks penjualan riil (IPR) sektor makanan, minuman dan tembakau pada Desember tahun lalu tumbuh 9,1% YoY mencapai 256,5 poin, lebih tinggi dibanding pertumbuhan Desember 2017 yang hanya 8,1% YoY.
Selain itu, investor juga yakin perusahaan dapat terus meningkatkan performa di kuartal-I 2019. Apalagi, pertumbuhan IPR sektor makanan, minuman dan tembakau pada Januari 2019 menyentuh 8,9 YoY, atau menjadi 232,6 poin.
Sebagai tambahan, proyeksi penguatan CPIN diperkirakan masih akan terus berlanjut pada pekan depan. Hal tersebut secara teknikal terlihat dari posisi harga saham saat ini yang masih bergerak di atas rata-rata harga selama 5 hari (Moving Average/MA5).
TIM RISET CNBC INDONESIA
Simak ulasan persaingan emiten di bisnis unggas.
[Gambas:Video CNBC]
(dwa/tas) Next Article Harga Anjlok 4%, Mahalkah Saham CPIN?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular