Ekspor Indonesia Loyo, Semua Gara-gara China dan AS!
Iswari Anggit Pramesti, CNBC Indonesia
15 March 2019 14:13

Jakarta, CNBC Indonesia - Melambatnya perekonomian global berdampak pada penurunan ekspor Indonesia. Pasalnya, negara-negara tujuan utama ekspor Indonesia mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi, sehingga permintaan (demand) menurun.
Hal ini dijelaskan oleh Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto, dalam konferensi pers terkait neraca dagang Bulan Februari ini, Jumat (15/3/2019).
"Ekspor non-migas kumulatif, periode Bulan Januari - Februari 2019, ke negara-negara rekan dagang utama seperti Tiongkok, Jepang, dan Amerika Serikat turun jika dibandingkan periode sama di tahun sebelumnya [year-on-year/yoy], masing-masing turun 18,07%, 15,87%, dan 1,60%."
Padahal ekspor Indonesia ketiga negara tersebut cukup besar, secara kumulatif mencapai 34,3% dari total ekspor.
Penurunan ekspor nonmigas ke Tiongkok, Jepang, dan AS juga terlihat jika dibandingkan antara Bulan Januari dengan Februari 2019 (month-to-month/mtm). Pada periode tersebut, penurunan ekspor nonmigas ke AS sebesar 15,79%, dari US$ 1,51 miliar menjadi US$ 1,27 miliar, ke Jepang juga turun 13,57%, dari US$ 1,19 miliar menjadi US$ 1,03 miliar, dan ke Tiongkok turun 11,07%, dari US$ 1,72 miliar menjadi US$ 1,53 miliar.
Menurut Suhariyanto, Indonesia perlu mencari pasar lain, sehingga meski terjadi perlambatan ekonomi, neraca perdagangannya masih seimbang, bahkan mencatatkan surplus yang lebih besar lagi.
"Iya ekspor secara keseluruhan kalau mtm turun karena jumlah hari di Bulan Februari kan lebih sedikit ketimbang Bulan Januari. Tapi juga karena secara global mengalami perlambatan ekonomi, negara-negara rekan dagang pertumbuhan ekonominya melambat."
"Ya ketergantungan kita ke sana [Tiongkok, Jepang, AS] besar, jadi masih ada PR mencari diversifikasi pasar," tandasnya.
(dru) Next Article BI: Jelang Tutup Tahun, Rupiah Terus Dapat Ujian
Hal ini dijelaskan oleh Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto, dalam konferensi pers terkait neraca dagang Bulan Februari ini, Jumat (15/3/2019).
"Ekspor non-migas kumulatif, periode Bulan Januari - Februari 2019, ke negara-negara rekan dagang utama seperti Tiongkok, Jepang, dan Amerika Serikat turun jika dibandingkan periode sama di tahun sebelumnya [year-on-year/yoy], masing-masing turun 18,07%, 15,87%, dan 1,60%."
![]() |
Penurunan ekspor nonmigas ke Tiongkok, Jepang, dan AS juga terlihat jika dibandingkan antara Bulan Januari dengan Februari 2019 (month-to-month/mtm). Pada periode tersebut, penurunan ekspor nonmigas ke AS sebesar 15,79%, dari US$ 1,51 miliar menjadi US$ 1,27 miliar, ke Jepang juga turun 13,57%, dari US$ 1,19 miliar menjadi US$ 1,03 miliar, dan ke Tiongkok turun 11,07%, dari US$ 1,72 miliar menjadi US$ 1,53 miliar.
Menurut Suhariyanto, Indonesia perlu mencari pasar lain, sehingga meski terjadi perlambatan ekonomi, neraca perdagangannya masih seimbang, bahkan mencatatkan surplus yang lebih besar lagi.
"Iya ekspor secara keseluruhan kalau mtm turun karena jumlah hari di Bulan Februari kan lebih sedikit ketimbang Bulan Januari. Tapi juga karena secara global mengalami perlambatan ekonomi, negara-negara rekan dagang pertumbuhan ekonominya melambat."
"Ya ketergantungan kita ke sana [Tiongkok, Jepang, AS] besar, jadi masih ada PR mencari diversifikasi pasar," tandasnya.
(dru) Next Article BI: Jelang Tutup Tahun, Rupiah Terus Dapat Ujian
Most Popular