
BI: Jelang Tutup Tahun, Rupiah Terus Dapat Ujian
Iswari Anggit, CNBC Indonesia
11 December 2018 19:04

Jakarta, CNBC Indonesia - MeskiĀ Amerika Serikat dan China memutuskan untuk menghentikan sejenak perang dagang, tidak berarti tekanan terhadap perekonomian global juga terhenti.
Padahal, kondisi perekonomian global sangat berpengaruh terhadap stabilitas nilai tukar mata uang suatu negara, apalagi negara emerging market (negara berkembang).
Kepala Departemen Pengelolaan MoneterĀ Bank Indonesia (BI) Nanang Hendarsah mengungkapkan ada beberapa faktor lain yang juga memberikan tekanan terhadap perekonomian global.
"Menjelang akhir tahun ini stabilitas [nilai tukar] rupiah kembali mendapat ujian, karena meningkatnya ketidakpastian terkait prospek ekonomi global, [seperti] meningkatnya kembali tensi sengketa dagang, proses penyelesaian Brexit yang masih penuh tantangan, serta mundurnya Gubernur Bank Sentral India," jelas Nanang pada CNBC Indonesia, Selasa (11/12/2018).
Nanang mengungkapkan, faktor-faktor tersebut tentu bisa berdampak buruk pada nilai tukar rupiah.
"Perkembangan ini menyebabkan seluruh mata uang Asia melemah, termasuk Rupee India yang paling besar pelemahannya," ungkap Nanang.
Untuk menjaga agar nilai tukar rupiah tetap bertahan di tengah kondisi perekonomian global yang penuh tekanan, diakui Nanang, Bank Indonesia sudah menyiapkan strategi. Bank Indonesia akan melakukan intervensi terhadap DNDF [Domestic Non Deliverable Forward] di pasar spot dan intervensi dalam bentuk pembelian SBN [Surat Belanja Negara] di pasar sekunder.
Mengintervensi berarti membatasi pembelian, dengan demikian diharapkan nilai tukar rupiah bisa terjaga.
"Bank Indonesia membuka lelang DNDF dari pukul 15.30 WIB sampai 16.00 WIB. Langkah yang ditempuh Bank Indonesia diperlukan untuk memastikan nilai tukar rupiah tidak melemah terlalu tajam," kata Nanang.
"Rupiah sempat melemah di sesi siang ke Rp 14.660/US$ atau melemah -0.68%, [kemudian] kembali menguat di penutupan ke Rp 14.590/US$. Hampir seluruh mata uang Asia ditutup melemah," sambungnya.
(dru) Next Article Berubah! Ini Ramalan Terbaru BI Soal Situasi AS
Padahal, kondisi perekonomian global sangat berpengaruh terhadap stabilitas nilai tukar mata uang suatu negara, apalagi negara emerging market (negara berkembang).
Kepala Departemen Pengelolaan MoneterĀ Bank Indonesia (BI) Nanang Hendarsah mengungkapkan ada beberapa faktor lain yang juga memberikan tekanan terhadap perekonomian global.
![]() |
"Menjelang akhir tahun ini stabilitas [nilai tukar] rupiah kembali mendapat ujian, karena meningkatnya ketidakpastian terkait prospek ekonomi global, [seperti] meningkatnya kembali tensi sengketa dagang, proses penyelesaian Brexit yang masih penuh tantangan, serta mundurnya Gubernur Bank Sentral India," jelas Nanang pada CNBC Indonesia, Selasa (11/12/2018).
Nanang mengungkapkan, faktor-faktor tersebut tentu bisa berdampak buruk pada nilai tukar rupiah.
"Perkembangan ini menyebabkan seluruh mata uang Asia melemah, termasuk Rupee India yang paling besar pelemahannya," ungkap Nanang.
Untuk menjaga agar nilai tukar rupiah tetap bertahan di tengah kondisi perekonomian global yang penuh tekanan, diakui Nanang, Bank Indonesia sudah menyiapkan strategi. Bank Indonesia akan melakukan intervensi terhadap DNDF [Domestic Non Deliverable Forward] di pasar spot dan intervensi dalam bentuk pembelian SBN [Surat Belanja Negara] di pasar sekunder.
Mengintervensi berarti membatasi pembelian, dengan demikian diharapkan nilai tukar rupiah bisa terjaga.
"Bank Indonesia membuka lelang DNDF dari pukul 15.30 WIB sampai 16.00 WIB. Langkah yang ditempuh Bank Indonesia diperlukan untuk memastikan nilai tukar rupiah tidak melemah terlalu tajam," kata Nanang.
"Rupiah sempat melemah di sesi siang ke Rp 14.660/US$ atau melemah -0.68%, [kemudian] kembali menguat di penutupan ke Rp 14.590/US$. Hampir seluruh mata uang Asia ditutup melemah," sambungnya.
(dru) Next Article Berubah! Ini Ramalan Terbaru BI Soal Situasi AS
Most Popular