
Investor Asing Akhirnya Kembali, IHSG Menguat 0,6%
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
15 March 2019 12:37

Jakarta, CNBC Indonesia - Dibuka menguat 0,11% ke level 6.420,18, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memperlebar penguatannya menjadi 0,6% per akhir sesi 1 ke level 6.451,86.
Kinerja IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan di zona hijau: indeks Nikkei naik 1,01%, indeks Shanghai naik 1,54%, indeks Hang Seng naik 0,95%, indeks Straits Times naik 0,29%, dan indeks Kospi naik 0,55%.
Perkembangan terkait proses Brexit yang kondusif berhasil memantik aksi beli di bursa saham Benua Kuning. Kemarin (14/3/2019) waktu setempat, parlemen sepakat untuk memundurkan tanggal resmi Brexit yang saat ini dijadwalkan pada 29 Maret. Sebanyak 412 anggota parlemen mendukung opsi tersebut, sementara sebanyak 202 menolak.
Jika kesepakatan Brexit yang diajukan May bisa diloloskan di parlemen sebelum 20 Maret, maka Perdana Menteri Inggris Theresa May akan meminta Uni Eropa untuk memundurkan tanggal resmi Brexit menjadi 30 Juni. Namun jika tak ada kesepakatan hingga 20 Maret, May mengatakan bahwa dirinya akan meminta perpanjangan waktu yang lebih lama.
Dengan hasil pemungutan suara tersebut, kemungkinan bahwa Inggris akan meninggalkan Uni Eropa secara mulus menjadi lebih besar. Apalagi, sebelumnya Presiden Dewan Eropa Donald Tusk mengatakan bahwa dirinya akan meminta kepada 27 negara anggota Uni Eropa lainnya untuk membuka pintu untuk perpanjangan waktu yang lama bagi Inggris.
"Dalam kunjungan saya menjelang EUCO (European Convention), saya akan meminta kepada 27 negara Uni Eropa untuk membuka diri terhadap perpanjangan yang lama jika Inggris merasa perlu untuk memikirkan kembali strategi Brexit-nya dan menciptakan konsensus," cuit Tusk melalui akun Twitter @eucopresident.
Sebagai informasi, pada hari Rabu (13/3/2019) waktu setempat parlemen Inggris telah menolak opsi No-Deal Brexit. Dalam pemungutan suara, sebanyak 321 anggota parlemen menolak opsi perpisahan secara kasar tersebut, sementara sebanyak 278 memberikan dukungannya.
Sudah No-Deal Brexit bisa dihindari, kini peluang Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa secara mulus menjadi lebih besar. Wajar jika appetite investor untuk memburu instrumen berisiko seperti saham menjadi bangkit. Neraca dagang Indonesia yang secara mengejutkan mencatatkan surplus membuat investor kian gencar melakukan aksi beli di pasar saham tanah air. Pada hari ini, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa ekspor periode Februari 2019 terkontraksi 11,33% secara tahunan, lebih dalam dari konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yakni kontraksi sebesar 4,26%.
Impor diumumkan anjlok hingga 13,98% YoY, berbanding terbalik dengan konsensus yang mengekspektasikan kenaikan sebesar 0,4% YoY. Alhasil, neraca dagang membukukan surplus senilai US$ 330 juta, jauh lebih baik dari ekspektasi yakni defisit senilai US$ 841 juta.
Dengan neraca dagang yang justru membukukan surplus, ada harapan bahwa defisit transaksi berjalan/Current Account Deficit (CAD) bisa ditekan kedepannya. Sebagai informasi, sepanjang kuartal-IV 2018, CAD Indonesia tercatat senilai US$ 9,1 miliar atau 3,57% dari PDB, naik dari capaian kuartal-III 2018 yang sebesar 3,37% dari PDB. CAD pada kuartal-IV 2018 merupakan yang terparah sejak kuartal-II 2014.
Dengan begitu, ada optimisme bahwa rupiah bisa membukukan penguatan melawan dolar AS. Wajar jika instrumen berbasis rupiah seperti saham diburu oleh investor pada hari ini. Optimisme bahwa rupiah akan menguat kedepannya memantik aksi beli atas saham-saham bank BUKU 4, mendorong indeks sektor jasa keuangan menguat 0,8% dan menjadikannya sektor dengan kontribusi terbesar bagi penguatan IHSG.
Per akhir sesi 1, harga saham PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) naik 1,78%, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) naik 1,69%, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) naik 1,29%, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) naik 1,08%, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik 0,46%.
Kala rupiah menguat, tentu risiko naiknya rasio kredit bermasalah/Non-Performing Loan (NPL) akan menjadi berkurang.
Selain terbukti ampuh dalam mendorong aksi beli atas saham-saham bank BUKU 4, ekspektasi terkait penguatan rupiah juga berhasil mendorong investor asing untuk kembali masuk ke pasar saham dalam negeri.
Membukukan jual bersih dalam 5 hari perdagangan terakhir, investor asing membukukan beli bersih senilai Rp 114,2 miliar di pasar saham tanah air per akhir sesi 1. Wajar jika investor asing mau kembali melirik pasar saham Indonesia. Selain karena capital gain, mereka bisa meraup keuntungan dari selisih kurs kala rupiah menguat nanti.
5 besar saham yang diburu investor asing hingga akhir sesi 1 adalah: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 125,2 miliar), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 46,2 miliar), PT Indika Energy Tbk/INDY (Rp 45,3 miliar), PT Barito Pacific Tbk/BRPT (Rp 16,9 miliar), dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk/PGAS (Rp 15,2 miliar).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Sepekan Ini, IHSG Anteng di Zona Merah
Kinerja IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan di zona hijau: indeks Nikkei naik 1,01%, indeks Shanghai naik 1,54%, indeks Hang Seng naik 0,95%, indeks Straits Times naik 0,29%, dan indeks Kospi naik 0,55%.
Perkembangan terkait proses Brexit yang kondusif berhasil memantik aksi beli di bursa saham Benua Kuning. Kemarin (14/3/2019) waktu setempat, parlemen sepakat untuk memundurkan tanggal resmi Brexit yang saat ini dijadwalkan pada 29 Maret. Sebanyak 412 anggota parlemen mendukung opsi tersebut, sementara sebanyak 202 menolak.
Dengan hasil pemungutan suara tersebut, kemungkinan bahwa Inggris akan meninggalkan Uni Eropa secara mulus menjadi lebih besar. Apalagi, sebelumnya Presiden Dewan Eropa Donald Tusk mengatakan bahwa dirinya akan meminta kepada 27 negara anggota Uni Eropa lainnya untuk membuka pintu untuk perpanjangan waktu yang lama bagi Inggris.
"Dalam kunjungan saya menjelang EUCO (European Convention), saya akan meminta kepada 27 negara Uni Eropa untuk membuka diri terhadap perpanjangan yang lama jika Inggris merasa perlu untuk memikirkan kembali strategi Brexit-nya dan menciptakan konsensus," cuit Tusk melalui akun Twitter @eucopresident.
Sebagai informasi, pada hari Rabu (13/3/2019) waktu setempat parlemen Inggris telah menolak opsi No-Deal Brexit. Dalam pemungutan suara, sebanyak 321 anggota parlemen menolak opsi perpisahan secara kasar tersebut, sementara sebanyak 278 memberikan dukungannya.
Sudah No-Deal Brexit bisa dihindari, kini peluang Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa secara mulus menjadi lebih besar. Wajar jika appetite investor untuk memburu instrumen berisiko seperti saham menjadi bangkit. Neraca dagang Indonesia yang secara mengejutkan mencatatkan surplus membuat investor kian gencar melakukan aksi beli di pasar saham tanah air. Pada hari ini, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa ekspor periode Februari 2019 terkontraksi 11,33% secara tahunan, lebih dalam dari konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yakni kontraksi sebesar 4,26%.
Impor diumumkan anjlok hingga 13,98% YoY, berbanding terbalik dengan konsensus yang mengekspektasikan kenaikan sebesar 0,4% YoY. Alhasil, neraca dagang membukukan surplus senilai US$ 330 juta, jauh lebih baik dari ekspektasi yakni defisit senilai US$ 841 juta.
Dengan neraca dagang yang justru membukukan surplus, ada harapan bahwa defisit transaksi berjalan/Current Account Deficit (CAD) bisa ditekan kedepannya. Sebagai informasi, sepanjang kuartal-IV 2018, CAD Indonesia tercatat senilai US$ 9,1 miliar atau 3,57% dari PDB, naik dari capaian kuartal-III 2018 yang sebesar 3,37% dari PDB. CAD pada kuartal-IV 2018 merupakan yang terparah sejak kuartal-II 2014.
Dengan begitu, ada optimisme bahwa rupiah bisa membukukan penguatan melawan dolar AS. Wajar jika instrumen berbasis rupiah seperti saham diburu oleh investor pada hari ini. Optimisme bahwa rupiah akan menguat kedepannya memantik aksi beli atas saham-saham bank BUKU 4, mendorong indeks sektor jasa keuangan menguat 0,8% dan menjadikannya sektor dengan kontribusi terbesar bagi penguatan IHSG.
Per akhir sesi 1, harga saham PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) naik 1,78%, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) naik 1,69%, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) naik 1,29%, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) naik 1,08%, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik 0,46%.
Kala rupiah menguat, tentu risiko naiknya rasio kredit bermasalah/Non-Performing Loan (NPL) akan menjadi berkurang.
Selain terbukti ampuh dalam mendorong aksi beli atas saham-saham bank BUKU 4, ekspektasi terkait penguatan rupiah juga berhasil mendorong investor asing untuk kembali masuk ke pasar saham dalam negeri.
Membukukan jual bersih dalam 5 hari perdagangan terakhir, investor asing membukukan beli bersih senilai Rp 114,2 miliar di pasar saham tanah air per akhir sesi 1. Wajar jika investor asing mau kembali melirik pasar saham Indonesia. Selain karena capital gain, mereka bisa meraup keuntungan dari selisih kurs kala rupiah menguat nanti.
5 besar saham yang diburu investor asing hingga akhir sesi 1 adalah: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 125,2 miliar), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 46,2 miliar), PT Indika Energy Tbk/INDY (Rp 45,3 miliar), PT Barito Pacific Tbk/BRPT (Rp 16,9 miliar), dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk/PGAS (Rp 15,2 miliar).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Sepekan Ini, IHSG Anteng di Zona Merah
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular