Dimotori Asing, IHSG Coba Bertahan 3 Hari di Zona Hijau

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
30 April 2019 13:03
Dimotori Asing, IHSG Coba Bertahan 3 Hari di Zona Hijau
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Mengawali hari dengan penguatan sebesar 0,19% ke level 6.437,98, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil memperlebar penguatannya menjadi 0,21% per akhir sesi 1 ke level 6.439,47. Jika berhasil mempertahankan penguatannya hingga akhir perdagangan, maka IHSG akan membukukan penguatan selama 3 hari beruntun.

Saham-saham yang bekrontribusi signifikan bagi kenaikan IHSG di antaranya: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (+0,7%), PT Gudang Garam Tbk/GGRM (+2,19%), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (+0,94%), PT Indofood Sukses Makmur Tbk/INDF (+5,45%), dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk/ICBP (+4,84%).

IHSG melaju dengan nyaman di zona hijau kala mayoritas bursa saham utama kawasan Asia ditransaksikan melemah: indeks Hang Seng turun 0,48%, indeks Straits Times turun 0,38%, dan indeks Kospi turun 0,48%.

Pelaku pasar was-was dalam menantikan perkembangan negosiasi dagang AS-China. Pada hari ini, delegasi AS dijadwalkan menggelar dialog dagang lanjutan dengan China di Beijing.

Delegasi AS akan dipimpin oleh Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin, sementara delegasi China akan dikomandoi oleh Wakil Perdana Menteri Liu He.

Melansir pemberitaan New York Times yang dikutip dari CNBC International, negosiasi dagang antara AS dan China disebut Mnuchin sudah memasuki tahap akhir.

"Saya rasa kedua belah pihak memiliki keinginan untuk mencapai sebuah kesepakatan," papar Mnuhcin. "Kami telah mencapi banyak kemajuan."

Namun, pernyataan defensif juga diungkapkan Mnuchin. Menurutnya, walaupun kedua negara sudah mendekati sebuah kesepakatan, kini negosiasi memasuki tahap di mana sebuah kesepakatan bisa diteken atau justru berakhir tanpa kesepakatan sama sekali.

"Kami berharap bahwa dalam 2 pertemuan di China dan (Washington) DC kami akan berada dalam suatu titik di mana kami dapat memberikan rekomendasi kepada presiden apakah kami dapat meneken kesepakatan atau tidak," papar Mnuchin ketika diwawancarai oleh Fox Business, seperti dilansir dari South China Morning Post.

Sejauh ini, AS telah mengenakan bea masuk baru bagi produk impor asal China senilai US$ 250 miliar, sementara China membalas dengan mengenakan bea masuk baru bagi produk impor asal AS senilai US$ 110 miliar.

Jika AS dan China justru gagal mencapai kesepakatan dagang, balas membalas bea masuk bisa semakin tereskalasi dan semakin menekan laju perekonomian kedua negara, yang pada akhirnya akan berdampak negatif kepada perekonomian dunia.
Pukulan lain bagi bursa saham Benua Kuning datang dari rilis data ekonomi China yang mengecewakan. Pada hari ini, Manufacturing PMI versi resmi pemerintah China periode April 2019 diumumkan di level 50,1, turun dari capaian periode Maret yang sebesar 50,5. Capaian pada bulan April juga berada di bawah konsensus yang sebesar 50,5, seperti dilansir dari Trading Economics.

Sejatinya, angka di atas 50 menunjukkan bahwa aktivitas manufaktur di China masih mencatatkan ekspansi jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Namun, ekspansinya tak sekencang ekspansi pada bulan Maret.

Lantas, kekhawatiran bahwa perekonomian China akan mengalami hard landing kembali mencuat. Sebagai informasi, pemerintah China telah resmi memangkas target pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2019 menjadi 6%-6,5%. Sebelumnya, target pertumbuhan ekonomi tahun 2019 dipatok di kisaran 6,5%. Pada tahun 2018, perekonomian China tumbuh hingga 6,6%.

Sebelumnya, kekhawatiran tersebut sempat sirna seiring dengan rilis angka pertumbuhan ekonomi yang menggembirakan. Untuk periode kuartal-I 2019, pertumbuhan ekonomi China diumumkan di level 6,4% YoY, mengalahkan konsensus yang sebesar 6,3% YoY, seperti dilansir dari Trading Economics.

Tak hanya China, hard landing juga dikhawatirkan terjadi kepada negara-negara kawasan Asia lainnya. Belum lama ini, produksi industri Jepang periode Maret 2019 (pembacaan awal) diumumkan jatuh 4,6% secara tahunan, jauh lebih dalam ketimbang konsensus yang memperkirakan penurunan sebesar 0,6% saja, seperti dilansir dari Trading Economics.

Tingkat pengangguran Jepang periode Maret 2019 diumumkan di level 2,5%, di atas konsensus yang sebesar 2,4%, seperti dilansir dari Trading Economics. Capaian tersebut juga melonjak dari posisi Februari yang sebesar 2,3%.

Beralih ke Korea Selatan, pembacaan awal atas angka pertumbuhan ekonomi periode kuartal-I 2019 diumumkan di level 1,8% YoY, jauh lebih rendah ketimbang konsensus yang sebesar 2,5% YoY, seperti dilansir dari Trading Economics. Investor asing datang menjadi juru selamat bagi pasar saham Indonesia. Per akhir sesi 1, investor asing membukukan beli bersih senilai Rp 74 miliar di pasar reguler.

Sejatinya, pergerakan rupiah sedang tak mendukung bagi investor asing untuk melakukan aksi beli. Hingga siang hari, rupiah melemah 0,21% di pasar spot ke level Rp 14.225/dolar AS. Kekhawatiran yang menyelimuti negosiasi dagang AS-China membuat pelaku pasar memilih untuk melepas rupiah dan mengalihkannya menjadi dolar AS selaku safe haven.

Nampaknya, investor asing melihat ruang untuk melakukan akumulasi pasca kemarin sudah membukukan jual bersih senilai Rp 336,7 miliar di pasar reguler.

Saham-saham yang banyak dikoleksi investor asing di pasar reguler pada hari ini di antaranya: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 77,2 miliar), PT Indofood Sukses Makmur Tbk/INDF (Rp 60,6 miliar), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk/ICBP (Rp 40,3 miliar), PT WIjaya Karya Tbk/WIKA (Rp 10,9 miliar), dan PT Bank mandiri Tbk/BMRI (R 9,2 miliar).

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular