
Neraca Dagang Surplus, IHSG Melenggang di Zona Hijau
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
15 March 2019 09:53

Di sisi lain, perkembangan negosiasi dagang AS-China yang kurang kondusif membatasi aksi beli yang dilakukan investor. Tiga orang sumber mengatakan bahwa pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping batal dilakukan akhir bulan ini, seperti dilansir dari Bloomberg.
Menurut salah seorang dari sumber tersebut, kalau jadi digelar pun, pertemuan antara Trump dan Xi baru akan terjadi pada akhir bulan April.
Mundurnya pertemuan antara Trump dan Xi tersebut mengindikasikan bahwa negosiasi dagang kedua negara berjalan dengan alot. Memang, Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer belum lama ini mengatakan bahwa isu-isu krusial belum mampu dipecahkan. Salah satu isu krusial yang dimaksud adalah terkait dengan perlindungan hak kekayaan intelektual.
Kemudian, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin juga mengungkapkan bahwa masih ada banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.
"Kami bekerja keras untuk mencapai kesepakatan secepat mungkin. Ada dokumen lebih dari 150 halaman yang sedang kami kerjakan. Masih banyak pekerjaan, tetapi kami senang dengan perkembangan yang terjadi sampai saat ini," kata Mnuchin, mengutip Reuters.
Jika kedua negara tak kunjung mencapai kesepakatan, maka perang dagang antar keduanya justru akan tereskalasi. Balas membalas bea masuk akan semakin parah dan dipastikan semakin menekan laju perekonomian masing-masing.
Sejauh ini, perang dagang yang berkecamuk terlihat jelas sudah menyakiti perekonomian masing-masing. Di China misalnya, sepanjang Januari-Februari 2019 produksi industri tercatat hanya tumbuh sebesar 5,3% YoY, lebih rendah dari konsensus yang sebesar 5,5%, seperti dilansir dari Trading Economics. Pertumbuhan tersebut menjadi yang terlambat dalam 17 tahun, seperti dilansir dari CNBC International.
Lemahnya produksi industri lantas kian memberi indikasi bahwa perekonomian China akan mengalami hard landing pada tahun ini. Jika perang dagang justru tereskalasi, perekonomian China akan semakin merana.
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/ank)
Menurut salah seorang dari sumber tersebut, kalau jadi digelar pun, pertemuan antara Trump dan Xi baru akan terjadi pada akhir bulan April.
Mundurnya pertemuan antara Trump dan Xi tersebut mengindikasikan bahwa negosiasi dagang kedua negara berjalan dengan alot. Memang, Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer belum lama ini mengatakan bahwa isu-isu krusial belum mampu dipecahkan. Salah satu isu krusial yang dimaksud adalah terkait dengan perlindungan hak kekayaan intelektual.
"Kami bekerja keras untuk mencapai kesepakatan secepat mungkin. Ada dokumen lebih dari 150 halaman yang sedang kami kerjakan. Masih banyak pekerjaan, tetapi kami senang dengan perkembangan yang terjadi sampai saat ini," kata Mnuchin, mengutip Reuters.
Jika kedua negara tak kunjung mencapai kesepakatan, maka perang dagang antar keduanya justru akan tereskalasi. Balas membalas bea masuk akan semakin parah dan dipastikan semakin menekan laju perekonomian masing-masing.
Sejauh ini, perang dagang yang berkecamuk terlihat jelas sudah menyakiti perekonomian masing-masing. Di China misalnya, sepanjang Januari-Februari 2019 produksi industri tercatat hanya tumbuh sebesar 5,3% YoY, lebih rendah dari konsensus yang sebesar 5,5%, seperti dilansir dari Trading Economics. Pertumbuhan tersebut menjadi yang terlambat dalam 17 tahun, seperti dilansir dari CNBC International.
Lemahnya produksi industri lantas kian memberi indikasi bahwa perekonomian China akan mengalami hard landing pada tahun ini. Jika perang dagang justru tereskalasi, perekonomian China akan semakin merana.
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/ank)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular