
Neraca Dagang RI Diramal Tekor, Rupiah Terlemah Kedua di Asia
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
15 March 2019 08:20

Faktor domestik sepertinya menjadi beban bagi langkah rupiah hari ini. Pada pukul 09:00 WIB, Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan merilis data perdagangan internasional periode Februari 2019.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor terkontraksi alias minus 4,26% year-on-year (YoY) dan impor naik tipis 0,4% YoY. Sementara neraca perdagangan diramal minus US$ 841 juta.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor terkontraksi alias minus 4,26% year-on-year (YoY) dan impor naik tipis 0,4% YoY. Sementara neraca perdagangan diramal minus US$ 841 juta.
Perlu dicatat bahwa apabila Februari kembali defisit maka neraca perdagangan Indonesia akan mengalami tekor selama 5 bulan beruntun. Ini akan menjadi rekor baru rentetan defisit terpanjang, sebelumnya maksimal hanya 4 bulan beruntun yang terjadi pada April-Juli 2013.
Selain itu, yang juga patut menjadi catatan adalah nasib transaksi berjalan (current account) kuartal I-2019. Dengan neraca perdagangan yang defisit pada Januari, plus kemungkinan terulang pada Februari, maka sepertinya defisit transaksi berjalan akan tetap lebar.
Pada kuartal IV-2018, defisit transaksi berjalan adalah 3,57% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Sebagai gambaran, saat itu neraca perdagangan tiga kali membukukan defisit. Sesuatu yang bisa terulang lagi pada kuartal I-2019.
Transaksi berjalan adalah fondasi penting bagi stabilitas nilai tukar. Tanpa transaksi berjalan yang kuat, rupiah akan rawan terdepresiasi.
Investor bisa saja menjadi enggan untuk mengoleksi aset berbasis rupiah, karena khawatir nilainya akan turun pada kemudian hari. Risiko aksi jual akan terus membayangi rupiah jika masalah di transaksi berjalan tidak kunjung dipecahkan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pada kuartal IV-2018, defisit transaksi berjalan adalah 3,57% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Sebagai gambaran, saat itu neraca perdagangan tiga kali membukukan defisit. Sesuatu yang bisa terulang lagi pada kuartal I-2019.
Transaksi berjalan adalah fondasi penting bagi stabilitas nilai tukar. Tanpa transaksi berjalan yang kuat, rupiah akan rawan terdepresiasi.
Investor bisa saja menjadi enggan untuk mengoleksi aset berbasis rupiah, karena khawatir nilainya akan turun pada kemudian hari. Risiko aksi jual akan terus membayangi rupiah jika masalah di transaksi berjalan tidak kunjung dipecahkan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular