Neraca Dagang RI Diramal Tekor, Rupiah Terlemah Kedua di Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
15 March 2019 08:20
Neraca Dagang RI Diramal Tekor, Rupiah Terlemah Kedua di Asia
Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Sepertinya investor mencemaskan data neraca perdagangan Indonesia yang akan dirilis tidak lama lagi. 

Pada Jumat (14/3/2019), US$ 1 dihargai Rp 14.280 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah 0,13% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Seiring perjalanan pasar, depresiasi rupiah semakin dalam. Pada pukul 08:07 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.290 di mana rupiah melemah 0,2%. Dolar AS semakin dekat dengan Rp 14.300. 

Kemarin, rupiah juga melemah 0,01% di hadapan dolar AS. Namun karena seluruh mata uang utama Asia juga melemah, rupiah menjadi yang terbaik di Benua Kuning. 


Pagi ini, mayoritas mata uang Asia justru menguat terhadap greenback. Oleh karena itu, rupiah menjadi salah satu mata uang terlemah kedua di Asia. 

Yuan China masih menjadi juru kunci di klasemen mata uang utama Asia, disusul oleh rupiah tepat di atasnya. Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 08:09 WIB: 




(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Faktor domestik sepertinya menjadi beban bagi langkah rupiah hari ini. Pada pukul 09:00 WIB, Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan merilis data perdagangan internasional periode Februari 2019. 

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor terkontraksi alias minus 4,26% year-on-year (YoY) dan impor naik tipis 0,4% YoY. Sementara neraca perdagangan diramal minus US$ 841 juta. 


Perlu dicatat bahwa apabila Februari kembali defisit maka neraca perdagangan Indonesia akan mengalami tekor selama 5 bulan beruntun. Ini akan menjadi rekor baru rentetan defisit terpanjang, sebelumnya maksimal hanya 4 bulan beruntun yang terjadi pada April-Juli 2013. 

Selain itu, yang juga patut menjadi catatan adalah nasib transaksi berjalan (current account) kuartal I-2019. Dengan neraca perdagangan yang defisit pada Januari, plus kemungkinan terulang pada Februari, maka sepertinya defisit transaksi berjalan akan tetap lebar. 

Pada kuartal IV-2018, defisit transaksi berjalan adalah 3,57% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Sebagai gambaran, saat itu neraca perdagangan tiga kali membukukan defisit. Sesuatu yang bisa terulang lagi pada kuartal I-2019. 

Transaksi berjalan adalah fondasi penting bagi stabilitas nilai tukar. Tanpa transaksi berjalan yang kuat, rupiah akan rawan terdepresiasi. 

Investor bisa saja menjadi enggan untuk mengoleksi aset berbasis rupiah, karena khawatir nilainya akan turun pada kemudian hari. Risiko aksi jual akan terus membayangi rupiah jika masalah di transaksi berjalan tidak kunjung dipecahkan. 


TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular