Mantap! Rupiah Jadi yang Terbaik dari yang Terburuk

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
14 March 2019 16:53
Mantap! Rupiah Jadi yang Terbaik dari yang Terburuk
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah tipis hampir flat di perdagangan pasar spot hari ini. Meski terdepresiasi, nasib rupiah lebih baik ketimbang mayoritas mata uang Asia. 

Pada Kamis (14/3/2019), US$ 1 dihargai Rp 14.262 kala penutupan pasar spot. Rupiah melemah tipis 0,01% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Kala pembukaan pasar, rupiah masih menguat 0,21%. Hingga jelang tengah hari, rupiah masih bercokol di zona hijau dan bahkan sempat menjadi mata uang terbaik di Asia. Ini memunculkan harapan bahwa rupiah mampu finis di teritori apresiasi. 


Namun selepas tengah hari, rupiah mulai limbung. Apresiasi rupiah semakin tipis, habis, dan akhirnya melemah. Rupiah bertahan di zona merah hingga penutupan pasar, meski depresiasinya bisa dikurangi hingga nyaris flat. 


Berikut pergerakan kurs dolar AS terhadap rupiah sepanjang hari ini: 

 

Walau performa rupiah kurang apik, tetapi ternyata lebih baik dibandingkan para tetangganya. Dolar AS berhasil mendominasi Asia, tidak ada mata uang Benua Kuning yang selamat dari amukannya. Ya, seluruh mata uang utama Asia melemah di hadapan dolar AS tanpa kecuali. 

Mata uang dengan pelemahan terdalam adalah yen Jepang. Disusul oleh baht Thailand dan won Korea Selatan di posisi ketiga terbawah. 

Meski melemah 0,01%, rupiah (bersama dolar Hong Kong, dolar Taiwan, dan ringgit Malaysia) berhasil menjadi mata uang terbaik di Asia. Rupiah adalah yang terbaik dari yang terburuk.

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 16:16 WIB: 

 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Apa boleh buat, dolar AS memang tidak hanya perkasa di Asia tetapi juga di dunia. Pada pukul 16:19 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback secara relatif terhadap enam mata uang utama dunia) masih menguat 0,05%. 

Investor memburu dolar AS karena memang nilainya sudah murah. Dalam sepekan terakhir, Dollar Index anjlok 1,06%. Harga dolar AS yang sudah 'terdiskon' lumayan besar ini tentu menggoda investor untuk mengoleksinya. 



Ditambah lagi memang ada 'pelatuk' yang membuat investor berpaling ke pelukan mata uang Negeri Adidaya. Ada risiko yang tidak bisa dinafikan sehingga membuat investor sedikit banyak memilih bermain aman. 

Pertama, rilis ekonomi China yang kurang moncer. Pada Januari-Februari 2019, output industri naik 5,3% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Lebih lambat dibandingkan konsensus pasar yang dihimpun Reuters yang memperkirakan pertumbuhan 5,5%. Ini juga menjadi laju paling lemah sejak 2002. 

China adalah perekonomian terbesar di Asia, sang kepala naga. Kala kepala naga terjun ke air, maka seluruh tubuhnya lambat laun akan ikut terseret ke dalam air. 

Oleh karena itu, apa yang terjadi di China akan sangat menentukan nasib satu benua. Ketika ada masalah di China, pelaku pasar akan cenderung menjauh dari Asia. 

Alasan kedua, masih ada risiko damai dagang AS-China bisa batal. Presiden AS Donald Trump menyatakan dirinya tidak akan terburu-buru untuk membuat kesepakatan dagang dengan China.  

"(Perundingan) memang berjalan lancar, kita lihat saja kapan nanti tanggalnya (untuk membuat kesepakatan). Saya tidak buru-buru, akan bagus jika kita bisa mencapai kesepakatan yang baik. Kesepakatan itu harus menguntungkan kami, dan jika tidak maka kami tidak akan membuatnya. 

"Saya rasa Presiden Xi (Xi Jinping, Presiden China) tahu bahwa saya adalah tipe orang yang bisa pergi saat kesepakatan belum terjadi. Anda tahu selalu ada kemungkinan ke arah sana, dan beliau tentu tidak menginginkan itu," jelas Trump, mengutip Reuters. 

Gertakan Trump ini bisa membuat pasar cemas. Jangan-jangan Trump akan ngambek dan memilih walk-out seperti saat berdialog dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un di Vietnam akhir bulan lalu. Jika ini yang terjadi, maka ucapkanlah selamat tinggal kepada damai dagang AS-China. Malah bisa saja Washington dan Beijing kembali terlibat perang dagang, saling berlomba menaikkan bea masuk yang dampaknya menghambat arus perdagangan dan rantai pasok global. 


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular