Rupiah Kini Terbaik Asia Tapi Harus Tetap Waspada, Ada Apa?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
14 March 2019 09:25
Rupiah Kini Terbaik Asia Tapi Harus Tetap Waspada, Ada Apa?
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) memang masih menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Namun rupiah perlu hati-hati, karena penguatannya menipis dan dolar AS menunjukkan tanda-tanda kebangkitan. 

Pada Kamis (14/3/2019) pukul 09:00 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.245. Rupiah menguat 0,11% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Meski masih menguat, tetapi apresiasi rupiah semakin terbatas. Kala pembukaan pasar, penguatan rupiah masih berada di kisaran 0,2%. 


Namun ada satu hal yang membanggakan. Benar bahwa penguatan rupiah tergerus, tetapi apresiasi 0,11% sudah cukup untuk membawa rupiah ke posisi puncak klasemen mata uang Asia. Rupiah naik satu peringkat dari posisi runner-up.


Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 09:05 WIB: 

 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Akan tetapi, rupiah tetap tidak bisa berleha-leha karena dolar AS masih bisa menyalip kapan saja. Dollar Index, yang mencerminkan posisi greenback terhadap mata uang utama dunia, sudah menguat 0,05% pada pukul 09:07 WIB. Dini hari tadi, indeks ini melemah sampai 0,4%. 

Sepertinya investor kembali melirik dolar AS yang sudah lumayan 'murah'. Dalam sepekan terakhir, Dollar Index sudah anjlok 1,09%. Saatnya kembali memborong dolar AS, mumpung nilainya sedang turun. 



Kembalinya investor ke pangkuan dolar AS menjadi alarm bagi rupiah cs di Asia. Kebangkitan dolar AS tentu akan disertai dengan tekanan mata uang Benua Kuning. 

Namun, rupiah masih bisa terjaga di zona hijau karena investor tetap berkenan masuk ke pasar keuangan Asia seiring rilis data ekonomi China yang ciamik. Pada Februari, penjualan ritel di Negeri Tirai Bambu tumbuh 8,2% year-on-year (YoY). Lebih baik dibandingkan konsensus pasar yang dihimpun Reuters yang memperkirakan pertumbuhan 8,1% YoY. 

Kemudian, pertumbuhan investasi di China pada Februari tercatat 6,1% YoY. Juga lebih baik ketimbang konsensus pasar yang memperkirakan di angka 6% YoY. 

China adalah perekonomian terbesar di Asia, sehingga geliat ekonomi di Negeri Panda akan membuat negara-negara lain ikut bergairah. Investor memberikan apresiasi dengan cara masuk ke pasar keuangan Asia. 

Tidak cuma di pasar valas, aliran modal masuk juga ikut memperkuat bursa saham. Pada pukul 09:15 WIB, indeks Nikkei 225 naik 0,62%, Hang Seng menguat 0,26%, dan Kospi bertambah 0,07%.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular