
Rupiah Kini Terbaik Asia Tapi Harus Tetap Waspada, Ada Apa?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
14 March 2019 09:25

Akan tetapi, rupiah tetap tidak bisa berleha-leha karena dolar AS masih bisa menyalip kapan saja. Dollar Index, yang mencerminkan posisi greenback terhadap mata uang utama dunia, sudah menguat 0,05% pada pukul 09:07 WIB. Dini hari tadi, indeks ini melemah sampai 0,4%.
Sepertinya investor kembali melirik dolar AS yang sudah lumayan 'murah'. Dalam sepekan terakhir, Dollar Index sudah anjlok 1,09%. Saatnya kembali memborong dolar AS, mumpung nilainya sedang turun.
Kembalinya investor ke pangkuan dolar AS menjadi alarm bagi rupiah cs di Asia. Kebangkitan dolar AS tentu akan disertai dengan tekanan mata uang Benua Kuning.
Namun, rupiah masih bisa terjaga di zona hijau karena investor tetap berkenan masuk ke pasar keuangan Asia seiring rilis data ekonomi China yang ciamik. Pada Februari, penjualan ritel di Negeri Tirai Bambu tumbuh 8,2% year-on-year (YoY). Lebih baik dibandingkan konsensus pasar yang dihimpun Reuters yang memperkirakan pertumbuhan 8,1% YoY.
Kemudian, pertumbuhan investasi di China pada Februari tercatat 6,1% YoY. Juga lebih baik ketimbang konsensus pasar yang memperkirakan di angka 6% YoY.
China adalah perekonomian terbesar di Asia, sehingga geliat ekonomi di Negeri Panda akan membuat negara-negara lain ikut bergairah. Investor memberikan apresiasi dengan cara masuk ke pasar keuangan Asia.
Tidak cuma di pasar valas, aliran modal masuk juga ikut memperkuat bursa saham. Pada pukul 09:15 WIB, indeks Nikkei 225 naik 0,62%, Hang Seng menguat 0,26%, dan Kospi bertambah 0,07%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Sepertinya investor kembali melirik dolar AS yang sudah lumayan 'murah'. Dalam sepekan terakhir, Dollar Index sudah anjlok 1,09%. Saatnya kembali memborong dolar AS, mumpung nilainya sedang turun.
Namun, rupiah masih bisa terjaga di zona hijau karena investor tetap berkenan masuk ke pasar keuangan Asia seiring rilis data ekonomi China yang ciamik. Pada Februari, penjualan ritel di Negeri Tirai Bambu tumbuh 8,2% year-on-year (YoY). Lebih baik dibandingkan konsensus pasar yang dihimpun Reuters yang memperkirakan pertumbuhan 8,1% YoY.
Kemudian, pertumbuhan investasi di China pada Februari tercatat 6,1% YoY. Juga lebih baik ketimbang konsensus pasar yang memperkirakan di angka 6% YoY.
China adalah perekonomian terbesar di Asia, sehingga geliat ekonomi di Negeri Panda akan membuat negara-negara lain ikut bergairah. Investor memberikan apresiasi dengan cara masuk ke pasar keuangan Asia.
Tidak cuma di pasar valas, aliran modal masuk juga ikut memperkuat bursa saham. Pada pukul 09:15 WIB, indeks Nikkei 225 naik 0,62%, Hang Seng menguat 0,26%, dan Kospi bertambah 0,07%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular