Tak Ada Ampun, Dolar AS Sapu Bersih Asia!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
14 March 2019 12:41
Tak Ada Ampun, Dolar AS Sapu Bersih Asia!
Ilustrasi Dolar AS dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kini melemah setelah sempat perkasa pada pagi hari. Rupiah tidak mampu melawan keperkasaan dolar AS yang menguat terhadap seluruh mata uang utama Asia. 

Pada Kamis (14/3/2019) pukul 12:00 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.270. Rupiah melemah 0,07% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Padahal kala pembukaan pasar, rupiah masih mampu menguat 0,21%. Namun memang selepas itu penguatan rupiah terus menipis, habis, dan akhirnya melemah. 


Berikut pergerakan kurs dolar AS terhadap rupiah hingga tengah hari ini: 



Memang situasinya agak sulit buat rupiah. Bukan apa-apa, dolar AS terlalu perkasa. Keperkasaan ini ditunjukkan dengan cara menundukkan seluruh mata uang utama Benua Kuning tanpa kecuali. Sapu bersih, tidak ada yang bisa menguat di hadapan greenback. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 12:14 WIB: 

 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Tidak cuma di Asia, penguatan dolar AS semakin mantap di level global. Pada pukul 12:17 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang Asia) menguat 0,1%. Padahal dini hari tadi, indeks ini masih terkoreksi 0,4%. 

Investor kembali melirik dolar AS karena nilainya memang sudah murah. Dalam sepekan terakhir, Dollar Index sudah anjlok 1,05%. Dolar AS yang sudah 'terdiskon' ini tentu menjadi menarik untuk dikoleksi. 

Selain itu, ada kemungkinan investor mulai ragu untuk masuk ke pasar keuangan Asia karena data ekonomi China yang kurang oke. Pada Januari-Februari 2019, output industri naik 5,3% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Lebih lambat dibandingkan konsensus pasar yang dihimpun Reuters yang memperkirakan pertumbuhan 5,5%. Ini juga menjadi laju paling lemah sejak 2002. 

China adalah perekonomian terbesar di Asia, sang kepala naga. Kala kepala naga terjun ke air, maka seluruh tubuhnya lambat laun akan ikut terseret ke dalam air. Perlambatan ekonomi di China yang semakin nyata akan berdampak ke negara-negara lain di Asia termasuk Indonesia. Menurut kajian Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), setiap 1% perlambatan ekonomi China akan menurunkan pertumbuhan ekonomi Indonesia 0,72%. 

Oleh karena itu, apa yang terjadi di China akan sangat menentukan nasib satu benua. Ketika ada masalah di China, pelaku pasar akan cenderung menjauh dari Asia.  


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular