Laba Tumbuh 18%, Bagaimana Penjualan ROTI di Filipina?

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
14 March 2019 17:57
Laba Tumbuh 18%, Bagaimana Penjualan ROTI di Filipina?
Foto: CNN Indonesia/Safir Makki
Jakarta, CNBC Indonesia - "Sari roti, roti sari roti". Pemilik jingle tersebut, PT Nippon Indosari Corporindo Tbk (ROTI), tahun lalu berhasil membukukan pertumbuhan laba bersih sebesar 18,29% secara year-on-year (YoY) menjadi Ro 172,29 miliar dari Rp 145,98 miliar di tahun 2017.

Kenaikan laba bersih anak usaha Grup Salim tersebut, disokong lonjakan pendapatan usaha yang tumbuh 26,31% YoY menjadi Rp 2,77 triliun dari tahun 2017 yang hanya sebesar Rp 2,49 triliun.

Lalu, jika ditelaah lebih dalam, usaha ROTI yang tumbuh paling signifikan tahun adalah penjualan kue. Kue buatan ROTI mencatatkan penjualan hingga Rp 120 miliar di tahun 2018, tumbuh 49.79% YoY.

Pasalnya, tahun 2018, masyarakat Indonesia memang mengkonsumsi roti ini lebih banyak dibanding tahun 2017. Hasil survei konsumsi tahunan yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik menuliskan bahwa konsumsi kue orang Indonesia tumbuh sekitar 6% YoY.

Lebih lanjut, penjualan tahun 2018 masih tetap didominasi oleh penjualan roti tawar dan roti manis yang tumbuh masing-masing sebesar 11,52% YoY dan 5,05% YoY. Penjualan roti tawar tahun lalu mencapai Rp 2,09 triliun, sedangkan roti manis senilai Rp 1,14 triliun.

Tidak hanya itu, pendapatan keuangan perusahaan juga tumbuh lebih dari dua kali lipat, menjadi Rp 67,71 miliar dari tahun 2017 yang hanya Rp 28,11 miliar. Pendapatan keuangan ROTI merupakan perolehan bunga yang diterima perusahaan atas investasi dari deposito berjangka.

Pertumbuhan pendapatan keuangan tahun lalu bisa jadi diperoleh dari kenaikan uang jaminan yang timbul sehubungan dengan perjanjian dengan distributor dan agen. Uang jaminan lalu ditempatkan sebagai deposito berjangka oleh perusahaan. Pada tahun 2018, perusahaan memperoleh uang jaminan sebesar Rp 547,48 miliar, naik sekitar 11%.
Pada 18 Februari 2016, Sari Roti dan Monde Nissin Corporation (MNC) mendirikan Sarimonde Foods Corporation (SMFC) di Filipina dengan kepemilikan saham masing-masng 55% (untuk ROTI) dan 45% (untuk MNC). SMFC merupakan perusahaan yang bergerak di industri pabrikasi dan distribusi roti.

SMFC selanjutnya pada 23 Desember 2016, mengakuisisi seluruh saham All Fit & Popular Foods, Inc (AFPI) yang merupakan pemilik merek dagang "Walter Health Nutrition Breads (Walter Bread)." Walter Bread adalah perusahaan roti asal Filipina dengan pengalaman lebih dari 33 tahun dan fokus untuk menjual roti tinggi serat, rendah lemak dan rendah kolesterol.

Di Q3 2018, Perusahaan optimis bahwa lini produksi di Filipina dapat memberikan kontribusi pendapatan hingga 5% untuk tahun 2018. Sayangnya, SMFC hanya mencatatkan pendapatan usaha sebesar Rp 100,31 miliar atau setara hanya 3,63% YoY dari total pendapatan usaha ROTI.

Belum lagi, SMFC malah mencatatkan kerugian hingga Rp 95,33 miliar, naik signifikan dari kerugian tahun 2017 yang hanya Rp 23,59 miliar. Lonjakan kerugian SMFC besar kemungkinan karena ROTI masih fokus untuk memperluas distribusi dan penambahan gerai di Filipina, sehingga perusahaan harus bersedia mencatatkan kerugian atas beban operasional. Obligasi berkelanjutan ROTI Tahap 1 tahun 2013, tahun lalu jatuh tempo, sehingga perusahaan harus melunasi utang obligasi senilai Rp 500 miliar.

Utang obligasi tersebut, adalah obligasi yang diterbitkan pada tahun 2013 yang memperoleh peringkat IdAA-" dari Pefindo (Pemeringkat Efek Indonesia)" dengan tenor 5 tahun dan tingkat bunga tetap 8%. Obligasi tersebut diterbitkan untuk ekspansi usaha dan pembayaran hutang emiten ke BCA.

Pelunasan obligasi tersebut, berdampak pada menurunnya total likuiditas perusahaan senilai 15,09% YoY menjadi Rp 1,48 triliun dari Rp 1,74 triliun di tahun 2017.

Di lain sisi,meskipun aset tetap ROTI tumbuh 12% YoY menjadi Rp 2,52 triliun, tapi total aset perusahaan mengalami pertumbuhan negatif 3,64% menjadi Rp 4,39 triliun dari 4,56 triliun di tahun 2017.

Penurunan di total aset, dikarenakan kas dan setara kas perusahaan mencatatkan pertumbuhan negatif hingga 31,69% YoY menjadi Rp 1,29 triliun.
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular