
Kelabu di 2018, Mungkinkah Industri Sawit RI Bangkit di 2019?
14 March 2019 14:56

Tahun 2019 CPO masih belum pulih, jika dibandingkan dengan 2017. Pasalnya, kelebihan pasokan dan penurunan permintaan masih menghantui industri CPO dunia.
Reuters memperkirakan adanya kontraksi dari segi permintaan di pasar minyak sawit global sepanjang 2019-2020, sebagai dampak kenaikkan produksi domestik di India.
"Secara umum, ketersediaan minyak minyak masak di India akan lebih tinggi, dan akan mengurangi ketergantungan kami terhadap minyak impor," kata Athul Chaturvedi, Direktur Adani Wilmar Ltd, salah satu perusahaan minyak nabati terbesar di India. Berdasarkan keterangan dari B.V. Mehta, Direktur Eksekutif Solvent Extractors Association of India yang dilansir dari Reuters, produksi rapeseed akan menyentuh rekor 8 juta ton pada tahun ini. Akibatnya, ketersediaan minyak rapeseed domestik India akan meningkat lebih dari 1,5 juta ton yang akan menyerap lebih banyak permintaan dari dalam negeri.
Lebih lanjut, di Eropa, permintaan CPO juga diprediksi berkurang karena pengaruh dari kampanye negatif atas minyak sawit yang dikaitkan dengan deforestasi. "Negara-negara Eropa bisa memperketat impor minyak sawit," kata pialang di Kuala Lumpur yang biasa memasok minyak sawit ke Eropa, mengutip Reuters. "Importir tampaknya enggan mengambil risiko." Dengan demikian, melihat kondisi fundamental dunia yang kurang mendukung sepertinya masih belom dapat memulihkan industri minyak kelapa sawit tanah air.
Hal ini sangat disayangkan, karena akhir tahin 2018 pemerintah Indonesia sudah memperoleh berita gembira atas negosiasi bea masuk CPO ke India. India tarif impor CPO dar Indonesia trun menjadi 40% dari 44%, sedangkan olahannya turun dari 54% menjadi 50%. Namun tarif tersebut masih dirasa tinggi oleh Gapki (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia). Mari berharap, program pemerintah untuk meningkatkan produksi dan konsumsi biodiesel Indonesia dapat tercapai. Jika program ini berhasil, kelebihan pasokan kelapa sawit dapat diserap oleh konsumsi domestik.
Tim Riset CNBC Indonesia
(Dwi Ayuningtyas/gus)
Reuters memperkirakan adanya kontraksi dari segi permintaan di pasar minyak sawit global sepanjang 2019-2020, sebagai dampak kenaikkan produksi domestik di India.
"Secara umum, ketersediaan minyak minyak masak di India akan lebih tinggi, dan akan mengurangi ketergantungan kami terhadap minyak impor," kata Athul Chaturvedi, Direktur Adani Wilmar Ltd, salah satu perusahaan minyak nabati terbesar di India. Berdasarkan keterangan dari B.V. Mehta, Direktur Eksekutif Solvent Extractors Association of India yang dilansir dari Reuters, produksi rapeseed akan menyentuh rekor 8 juta ton pada tahun ini. Akibatnya, ketersediaan minyak rapeseed domestik India akan meningkat lebih dari 1,5 juta ton yang akan menyerap lebih banyak permintaan dari dalam negeri.
Lebih lanjut, di Eropa, permintaan CPO juga diprediksi berkurang karena pengaruh dari kampanye negatif atas minyak sawit yang dikaitkan dengan deforestasi. "Negara-negara Eropa bisa memperketat impor minyak sawit," kata pialang di Kuala Lumpur yang biasa memasok minyak sawit ke Eropa, mengutip Reuters. "Importir tampaknya enggan mengambil risiko." Dengan demikian, melihat kondisi fundamental dunia yang kurang mendukung sepertinya masih belom dapat memulihkan industri minyak kelapa sawit tanah air.
Hal ini sangat disayangkan, karena akhir tahin 2018 pemerintah Indonesia sudah memperoleh berita gembira atas negosiasi bea masuk CPO ke India. India tarif impor CPO dar Indonesia trun menjadi 40% dari 44%, sedangkan olahannya turun dari 54% menjadi 50%. Namun tarif tersebut masih dirasa tinggi oleh Gapki (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia). Mari berharap, program pemerintah untuk meningkatkan produksi dan konsumsi biodiesel Indonesia dapat tercapai. Jika program ini berhasil, kelebihan pasokan kelapa sawit dapat diserap oleh konsumsi domestik.
Tim Riset CNBC Indonesia
Pages
Most Popular