Duh! Kabar dari Eropa Bawa Harga CPO Kembali Anjlok

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
14 March 2019 13:17
Hingga pukul 12:45 WIB, harga CPO kontrak Mei di Bursa Derivatives Malaysia Exchange anjlok 1,63% ke posisi MYR 2.057/ton
Foto: Petani Sawit
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) kembali terjun pada perdagangan hari Rabu ini (13/3/2019).

Hingga pukul 12:45 WIB, harga CPO kontrak Mei di Bursa Derivatives Malaysia Exchange anjlok 1,63% ke posisi MYR 2.057/ton, yang merupakan titik terendah sejak pertengahan Desember 2018 silam.

Padahal pada perdagangan kemarin (12/3/2019), harga komoditas agrikultur andalan Indonesia dan Malaysia ini juga amblas 1,18% dan merupakan pelemahan hari ke-6. Sedangkan sejak awal tahun, sudah terpangkas 3,02%.



Permintaan minyak sawit global diprediksi terkontraksi untuk pertama kali sejak dua dekade lalu pada tahun panen 2019/2020.

"Saat ini pasokan minyak sawit di negara-negara konsumen utama, seperti India dan China sudah tercukupi. Itulah mengapa kamu melihat adanya tekana pada harga," ujar pialang yang berbasis di Singapura, mengutip Reuters.

Berdasarkan keterangan dari B.V. Mehta, Direktur Eksekutif Solvent Extractors Association of India yang dilansir dari Reuters, produksi rapeseed akan menyentuh rekor 8 juta ton pada tahun ini.

Akibatnya, ketersediaan minyak rapeseed domestik India akan meningkat lebih dari 1,5 juta ton yang akan menyerap lebih banyak permintaan dari dalam negeri.

Selain itu, perkembangan damai dagang Amerika Serikat (AS)-China berpotensi menurunkan permintaan minyak sawit dari China. Pasalnya, dengan adanya kesepakatan dagang, kemungkinan besar China akan membeli lebih banyak kedelai asal Negeri Paman Sam. Alhasil, posisi minyak sawit, yang merupakan substitusi dari minyak kedelai akan tergantikan, setidaknya sebagian.

Teranyar, pada hari Rabu kemarin (13/3/2019) Komisi Eropa menyimpulkan bahwa budidaya sawit menyebabkan deforestasi yang berlebihan dan penggunaannya sebagai bahan bakar kendaraan harus dihapuskan, mengutip Reuters.

Berdasarkan rancangan peraturan yang dikeluarkan oleh komisi tersebut, minyak sawit diklasifikasikan sebagai produk yang "tidak berkelanjutan". Ini tentu saja akan mengancam posisi minyak sawit di Uni Eropa. Pasalnya sekitar 50% dari minyak sawit yang masuk ke Uni Eropa digunakan sebagai bahan baku pembuatan biodisel.

Seperti yang telah diketahui sebelumnya, Undang-Undang energi terbarukan Uni Eropa telah membatasi penggunaan tanaman pangan yang "tidak berkelanjutan" untuk biodiesel mulai tahun 2019, dan mengarah pada pelarangan sepenuhnya pada tahun 2030.

"Negara-negara Eropa bisa memperketat impor minyak sawit," kata pialang di Kuala Lumpur yang biasa memasok minyak sawit ke Eropa, mengutip Reuters. "importir tampaknya akan enggan untuk mengambil risiko."

TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/gus) Next Article Inventori Masih Penuh, Harga CPO Terendah Dalam 1 Minggu

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular