
Investor Domestik 'Ambil Alih' Perdagangan, IHSG Naik 0,37%
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
13 March 2019 17:02

Jakarta, CNBC Indonesia - Mengawali hari dengan pelemahan sebesar 0,17% dan sempat jatuh hingga 0,25%, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemudian berhasil membalikkan keadaan dan ditutup menguat 0,37% ke level 6.377,58.
IHSG berhasil menguat kala bursa saham utama kawasan Asia justru kompak melemah: indeks Nikkei turun 0,99%, indeks Shanghai anjlok 1,09%, indeks Hang Seng melemah 0,39%, indeks Straits Times terkoreksi 0,58%, dan indeks Kospi terpangkas 0,41%.
Tema besar pada perdagangan hari ini adalah Brexit alias keluarnya Inggris dari Uni Eropa. Kemarin (12/3/2019), revisi proposal Brexit yang diajukan Perdana Menteri Inggris Theresa May kembali ditolak secara oleh parlemen. Seperti dilansir CNBC International, hanya terdapat 242 anggota parlemen yang mendukung proposal dari May, sedangkan mayoritas atau 391 anggota parlemen menolak. Ini jelas merupakan pukulan telak bagi May karena pada pemungutan suara pertama yang digelar bulan Januari, May juga kalah dengan skor 432 melawan 202.
Memang, potensi bahwa perceraian Inggris dan Uni Eropa masih bisa berjalan dengan mulus terbilang besar. Pada hari ini, parlemen akan melakukan pemungutan suara terkait dengan apakah opsi No-Deal Brexit akan diambil. Jika opsi ini yang diambil, maka Inggris dan Uni Eropa akan berpisah tanpa kesepakatan apapun, memberikan pukulan yang sangat telak bagi perekonomian Inggris.
Namun, peluang dari terjadinya No-Deal Brexit terbilang kecil. Melansir CNBC International, diekspektasikan bahwa parlemen akan menolak opsi perpisahan secara kasar tersebut. Kemungkinan besar, yang akan terjadi adalah Inggris datang ke Uni Eropa untuk meminta mereka memundurkan tanggal resmi Brexit yang saat ini dijadwalkan pada 29 Maret.
Uni Eropa memang tak menutup pintu untuk memundurkan tanggal resmi Brexit. Dilansir dari Bloomberg, Juru Bicara dari Presiden Dewan Eropa (European Council) Donald Tusk mengatakan bahwa Uni Eropa akan mempertimbangkan segala permintaan dari Inggris terkait dengan penundaan Brexit namun diperlukan "alasan yang kredibel untuk kemungkinan perpanjangan dan durasinya."
Berbicara mengenai No-Deal Brexit, ada langkah proaktif yang diambil oleh pemerintah Inggris. Melalui kebijakan yang diumumkan hari ini dengan nama "Temporary Tariff Regime", Inggris tak akan mengenakan bea masuk untuk mayoritas barang yang masuk ke negaranya jika No-Deal Brexit terjadi.
Hal ini dilakukan guna melindungi pebisnis dan konsumen dari lonjakan harga yang begitu tinggi. Seperti yang diimplikasikan oleh namanya, kebijakan ini bersifat temporer yakni selama 12 bulan.
Melalui kebijakan ini, sebanyak 87% dari barang yang diimpor oleh Inggris (berdasarkan nilainya) akan mendapatkan akses bea masuk 0%.
Walaupun Brexit masih bisa dieksekusi dengan mulus, pelaku pasar saham kawasan Asia nampaknya lebih memilih untuk bermain aman. Mereka ingin melihat terlebih dahulu perkembangan yang ada sebelum melakukan aksi beli di pasar saham. Apalagi, bursa saham Asia sudah membukukan penguatan yang besar pada perdagangan kemarin, menyisakan ruang untuk melakukan ambil untung.
Pada perdagangan kemarin, indeks Nikkei melejit 1,79%, indeks Shanghai menguat 1,1%, indeks Hang Seng melesat 1,46%, indeks Straits Times naik 0,65%, dan indeks Kospi terapresiasi 0,89%.
IHSG berhasil menguat kala bursa saham utama kawasan Asia justru kompak melemah: indeks Nikkei turun 0,99%, indeks Shanghai anjlok 1,09%, indeks Hang Seng melemah 0,39%, indeks Straits Times terkoreksi 0,58%, dan indeks Kospi terpangkas 0,41%.
Tema besar pada perdagangan hari ini adalah Brexit alias keluarnya Inggris dari Uni Eropa. Kemarin (12/3/2019), revisi proposal Brexit yang diajukan Perdana Menteri Inggris Theresa May kembali ditolak secara oleh parlemen. Seperti dilansir CNBC International, hanya terdapat 242 anggota parlemen yang mendukung proposal dari May, sedangkan mayoritas atau 391 anggota parlemen menolak. Ini jelas merupakan pukulan telak bagi May karena pada pemungutan suara pertama yang digelar bulan Januari, May juga kalah dengan skor 432 melawan 202.
Namun, peluang dari terjadinya No-Deal Brexit terbilang kecil. Melansir CNBC International, diekspektasikan bahwa parlemen akan menolak opsi perpisahan secara kasar tersebut. Kemungkinan besar, yang akan terjadi adalah Inggris datang ke Uni Eropa untuk meminta mereka memundurkan tanggal resmi Brexit yang saat ini dijadwalkan pada 29 Maret.
Uni Eropa memang tak menutup pintu untuk memundurkan tanggal resmi Brexit. Dilansir dari Bloomberg, Juru Bicara dari Presiden Dewan Eropa (European Council) Donald Tusk mengatakan bahwa Uni Eropa akan mempertimbangkan segala permintaan dari Inggris terkait dengan penundaan Brexit namun diperlukan "alasan yang kredibel untuk kemungkinan perpanjangan dan durasinya."
Berbicara mengenai No-Deal Brexit, ada langkah proaktif yang diambil oleh pemerintah Inggris. Melalui kebijakan yang diumumkan hari ini dengan nama "Temporary Tariff Regime", Inggris tak akan mengenakan bea masuk untuk mayoritas barang yang masuk ke negaranya jika No-Deal Brexit terjadi.
Hal ini dilakukan guna melindungi pebisnis dan konsumen dari lonjakan harga yang begitu tinggi. Seperti yang diimplikasikan oleh namanya, kebijakan ini bersifat temporer yakni selama 12 bulan.
Melalui kebijakan ini, sebanyak 87% dari barang yang diimpor oleh Inggris (berdasarkan nilainya) akan mendapatkan akses bea masuk 0%.
Walaupun Brexit masih bisa dieksekusi dengan mulus, pelaku pasar saham kawasan Asia nampaknya lebih memilih untuk bermain aman. Mereka ingin melihat terlebih dahulu perkembangan yang ada sebelum melakukan aksi beli di pasar saham. Apalagi, bursa saham Asia sudah membukukan penguatan yang besar pada perdagangan kemarin, menyisakan ruang untuk melakukan ambil untung.
Pada perdagangan kemarin, indeks Nikkei melejit 1,79%, indeks Shanghai menguat 1,1%, indeks Hang Seng melesat 1,46%, indeks Straits Times naik 0,65%, dan indeks Kospi terapresiasi 0,89%.
Next Page
Sektor Barang Konsumsi Pimpin Laju IHSG
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular