
Asing Enggan Berhenti Jualan, IHSG Dekati Zona Merah
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
13 March 2019 15:32

Jakarta, CNBC Indonesia - Mengawali hari dengan pelemahan sebesar 0,17% dan sempat jatuh hingga 0,25%, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemudian berhasil membalikkan keadaan dan ditutup menguat tipis 0,06% per akhir sesi 1 ke level 6.357,74.
Namun di sesi 2 perdagangan Rabu ini (13/3/2019), IHSG terus bergerak mendekati zona merah. Hingga berita ini diturunkan, penguatan IHSG menjadi semakin tipis sebesar 0,01% ke level 6.354,55.
Aksi jual investor asing membuat IHSG kesulitan untuk mengokohkan diri di zona hijau. Investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 204,5 miliar di pasar saham tanah air. Jika bertahan hingga akhir perdagangan, maka investor asing resmi keluar dari pasar saham Indonesia selama 4 hari berturut-turut.
Sebanyak 5 besar saham yang dilepas investor asing pada perdagangan hari ini adalah PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 64,3 miliar), PT Astra International Tbk/ASII (Rp 46 miliar), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 38,3 miliar), PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk/INKP (Rp 29,5 miliar), dan PT United Tractors Tbk/UNTR (Rp 23,4 miliar).
Investor asing masih melakukan profit taking pada perdagangan hari ini. Memang, ruang bagi investor asing untuk melakukan aksi ambil untung masih ada.
Sepanjang tahun ini (hingga akhir perdagangan kemarin, 12/3/2019), investor asing telah membukukan beli bersih senilai Rp 10,5 triliun di pasar saham tanah air dan IHSG telah menguat 2,57% dalam periode tersebut.
Pelemahan rupiah dijadikan justifikasi oleh investor asing untuk terus keluar dari bursa saham Indonesia. Hingga berita ini diturunkan, rupiah melemah 0,11% di pasar spot ke level Rp 14.275/dolar AS.
Nasib rupiah senada dengan beberapa mata uang negara Asia lainnya yang juga loyo jika disandingkan dengan dolar AS: won melemah 0,46%, ringgit melemah 0,2%, dolar Singapura melemah 0,05%, dan yuan melemah 0,05%.
Kala rupiah melemah, apalagi secara signifikan, investor asing akan terdorong untuk melakukan aksi jual di pasar saham tanah air lantaran ada potensi kerugian kurs yang harus mereka tanggung.
Dolar AS selaku safe haven memang sedang menjadi incaran investor pada hari ini, seiring dengan ketidakpastian terkait proses perceraian Inggris dan Uni Eropa (Brexit).
Pada Selasa kemarin (12/3/2019) waktu setempat atau Rabu (13/3/2019) waktu Indonesia, revisi proposal Brexit yang diajukan Perdana Menteri Inggris Theresa May ditolak oleh parlemen.
Seperti dilansir CNBC International, hanya terdapat 242 anggota parlemen yang mendukung proposal dari May, sedangkan mayoritas atau 391 anggota parlemen menolak. Ini jelas merupakan pukulan telak bagi May karena pada pemungutan suara pertama yang digelar bulan Januari, May juga kalah dengan skor 432 melawan 202.
Dengan kembali ditolaknya proposal Brexit oleh parlemen, masa depan Inggris menjadi tak pasti. No-Deal Brexit alias perpisahan Inggris-Uni Eropa tanpa kesepakatan kini menjadi risiko yang nyata.
Hal tersebut bahkan diungkapkan langsung oleh Juru Bicara dari Presiden Dewan Eropa (European Council) Donald Tusk yang mengatakan bahwa hasil pemungutan suara teranyar di Inggris telah meningkatkan risiko keluarnya Inggris dari Uni Eropa tanpa kesepakatan apapun, seperti dilansir dari Bloomberg.
Dirinya menambahkan bahwa Uni Eropa akan mempertimbangkan segala permintaan dari Inggris terkait dengan penundaan Brexit namun diperlukan "alasan yang kredibel untuk kemungkinan perpanjangan dan durasinya."
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/tas) Next Article Andai Investor Asing Tak Kabur, Niscaya IHSG Lebih Oke
Namun di sesi 2 perdagangan Rabu ini (13/3/2019), IHSG terus bergerak mendekati zona merah. Hingga berita ini diturunkan, penguatan IHSG menjadi semakin tipis sebesar 0,01% ke level 6.354,55.
Aksi jual investor asing membuat IHSG kesulitan untuk mengokohkan diri di zona hijau. Investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 204,5 miliar di pasar saham tanah air. Jika bertahan hingga akhir perdagangan, maka investor asing resmi keluar dari pasar saham Indonesia selama 4 hari berturut-turut.
Investor asing masih melakukan profit taking pada perdagangan hari ini. Memang, ruang bagi investor asing untuk melakukan aksi ambil untung masih ada.
Sepanjang tahun ini (hingga akhir perdagangan kemarin, 12/3/2019), investor asing telah membukukan beli bersih senilai Rp 10,5 triliun di pasar saham tanah air dan IHSG telah menguat 2,57% dalam periode tersebut.
Pelemahan rupiah dijadikan justifikasi oleh investor asing untuk terus keluar dari bursa saham Indonesia. Hingga berita ini diturunkan, rupiah melemah 0,11% di pasar spot ke level Rp 14.275/dolar AS.
Nasib rupiah senada dengan beberapa mata uang negara Asia lainnya yang juga loyo jika disandingkan dengan dolar AS: won melemah 0,46%, ringgit melemah 0,2%, dolar Singapura melemah 0,05%, dan yuan melemah 0,05%.
Kala rupiah melemah, apalagi secara signifikan, investor asing akan terdorong untuk melakukan aksi jual di pasar saham tanah air lantaran ada potensi kerugian kurs yang harus mereka tanggung.
Dolar AS selaku safe haven memang sedang menjadi incaran investor pada hari ini, seiring dengan ketidakpastian terkait proses perceraian Inggris dan Uni Eropa (Brexit).
Pada Selasa kemarin (12/3/2019) waktu setempat atau Rabu (13/3/2019) waktu Indonesia, revisi proposal Brexit yang diajukan Perdana Menteri Inggris Theresa May ditolak oleh parlemen.
Seperti dilansir CNBC International, hanya terdapat 242 anggota parlemen yang mendukung proposal dari May, sedangkan mayoritas atau 391 anggota parlemen menolak. Ini jelas merupakan pukulan telak bagi May karena pada pemungutan suara pertama yang digelar bulan Januari, May juga kalah dengan skor 432 melawan 202.
Dengan kembali ditolaknya proposal Brexit oleh parlemen, masa depan Inggris menjadi tak pasti. No-Deal Brexit alias perpisahan Inggris-Uni Eropa tanpa kesepakatan kini menjadi risiko yang nyata.
Hal tersebut bahkan diungkapkan langsung oleh Juru Bicara dari Presiden Dewan Eropa (European Council) Donald Tusk yang mengatakan bahwa hasil pemungutan suara teranyar di Inggris telah meningkatkan risiko keluarnya Inggris dari Uni Eropa tanpa kesepakatan apapun, seperti dilansir dari Bloomberg.
Dirinya menambahkan bahwa Uni Eropa akan mempertimbangkan segala permintaan dari Inggris terkait dengan penundaan Brexit namun diperlukan "alasan yang kredibel untuk kemungkinan perpanjangan dan durasinya."
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/tas) Next Article Andai Investor Asing Tak Kabur, Niscaya IHSG Lebih Oke
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular