Brexit Kian Tak Jelas, IHSG Melemah Lagi

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
13 March 2019 10:11
Brexit Kian Tak Jelas, IHSG Melemah Lagi
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali perdagangan Rabu ini (13/3/2019) dengan pelemahan sebesar 0,17%.

Pada pukul 9:36 WIB, pelemahan IHSG sudah melebar menjadi 0,2% ke level 6.340,81. Jika terus melemah hingga akhir perdagangan, maka IHSG akan membukukan koreksi selama 4 hari berturut-turut.

Kinerja IHSG senada dengan bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan di zona merah: indeks Nikkei turun 1,21%, indeks Shanghai turun 0,67%, indeks Hang Seng turun 0,52%, indeks Straits Times turun 0,73%, dan indeks Kospi turun 0,85%.

Kisruh terkait proses perceraian Inggris dan Uni Eropa (Brexit) membuat pelaku pasar melepas saham-saham di Benua Kuning.


Pada Selasa (12/3/2019) waktu setempat atau Rabu (13/3/2019) waktu Indonesia, revisi proposal Brexit yang diajukan Perdana Menteri Inggris Theresa May ditolak oleh parlemen.

Seperti dilansir CNBC International, May kalah lantaran hanya terdapat 242 anggota parlemen yang mendukung proposalnya, sedangkan mayoritas atau 391 anggota parlemen menolak.

Ini jelas merupakan pukulan telak bagi May karena pada pemungutan suara pertama yang digelar bulan Januari, May juga kalah dengan skor 432 melawan 202.

Sebagai informasi, pada hari Senin (11/3/2019) May berhasil mengamankan revisi kesepakatan Brexit dengan Uni Eropa. Revisi yang dimaksud akan memberikan jaminan bahwa klausul backstop, jika diaktifkan, tak akan berlaku selamanya.

Namun, Jaksa Agung Inggris Geoffrey Cox tak sependapat. Menurut Cox, revisi kesepakatan Brexit tak memberikan kekuatan hukum bagi Inggris untuk keluar dari klausul backstop secara sepihak.


Backstop merupakan klausul yang akan diimplementasikan jika Inggris dan Uni Eropa tak bisa menyepakati kesepakatan dagang dalam masa transisi selama 21 bulan setelah Brexit resmi dimulai pada Maret 2019. Klausul ini dibuat untuk mencegah adanya hard border antara Irlandia Utara (yang merupakan bagian dari Inggris) dan Irlandia (yang merupakan anggota Uni Eropa).

Backstop menjadi masalah lantaran ada ketidakjelasan mengenai implementasinya. Bisa saja itu diterapkan selamanya walau nanti Inggris-Uni Eropa berhasil menyepakati kesepakatan dagang.

Dengan kembali ditolaknya proposal Brexit oleh parlemen, masa depan Inggris menjadi tak pasti. No-Deal Brexit alias perpisahan Inggris-Uni Eropa tanpa kesepakatan kini menjadi risiko yang nyata dan diperhitungkan oleh pelaku pasar.

Rilis data ekonomi Jepang yang mengecewakan menambah intensitas jual yang dilakukan investor di pasar saham.

Pada hari ini, pemesanan barang-barang mesin periode Januari 2019 diumumkan jatuh hingga 5,4% secara bulanan, jauh lebih dalam dibandingkan dengan konsensus yang memperkirakan penurunan sebesar 1,7% saja.

Mengingat posisi Jepang yang merupakan negara dengan nilai perekonomian terbesar ketiga di dunia, tekanan terhadap perekonomian Jepang tentu akan membawa dampak negatif bagi perekonomian negara-negara lain, termasuk Indonesia.


Ketidakjelasan mengenai perceraian Inggris dan Uni Eropa serta rilis data ekonomi Jepang yang mengecewakan membuat damai dagang AS-China yang kian terasa tak mampu mendikte pergerakan bursa saham regional.

Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer mengatakan bahwa AS dan China mungkin berada dalam minggu-minggu akhir dari negosiasi dagang.

“Harapan kami adalah kami berada dalam minggu-minggu akhir dari mencapai kesepakatan,” kata Lighthizer di hadapan Senate Finance Committee pada hari Selasa waktu setempat, dilansir dari Reuters.

Lighthizer juga mengungkapkan bahwa dirinya dijadwalkan untuk kembali melakukan pembicaraan melalui sambungan telepon dengan Wakil Perdana Menteri China Liu He pada hari ini.

Kemarin, Xinhua News Agency melaporkan bahwa Liu berbincang dengan Lighthizer dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin guna mendiskusikan negosiasi dagang lanjutan kedua negara, seperti dilansir dari Bloomberg.

Dalam perbincangannya tersebut, kedua belah pihak juga melakukan perbincangan mengenai penulisan kesepakatan dagang kedua negara.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular