
Sudah Kebanjiran Dana Asing, Sekarang IHSG Kena 'Getahnya'
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
12 March 2019 15:53

Jakarta, CNBC Indonesia - Dalam 2 hari perdagangan terakhir, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tak bisa memanfaatkan momentum yang datang dari penguatan bursa saham regional. Kemarin (11/3/2019), IHSG melemah 0,26% dan pada hari ini, IHSG melemah sebesar 0,36%.
Sebagai perbandingan, hingga berita ini diturunkan, indeks Nikkei diperdagangkan naik 1,79%, indeks Shanghai naik 1,1%, indeks Hang Seng naik 1,42%, indeks Straits Times naik 0,77%, dan indeks Kospi naik 0,89%.
Aksi ambil untung yang dilakukan investor asing menjadi momok bagi IHSG dalam 2 hari perdagangan terakhir. Kemarin, jual bersih investor asing mencapai Rp 558,6 miliar dan pada hari ini, nilainya adalah Rp 388,48 miliar.
Hal ini sejatinya bisa dimaklumi. Pasalnya, bursa saham Indonesia sudah dibanjiri aliran dana investor asing sejak awal tahun. Terhitung sepanjang tahun ini (hingga penutupan perdagangan kemarin), investor asing telah membukukan beli bersih senilai Rp 11,2 triliun di pasar saham tanah air dan IHSG telah menguat 2,78% dalam periode tersebut.
Investor asing begitu gencar melakukan aksi beli di pasar saham sejak awal tahun ini seiring dengan aksi jual besar-besaran yang sudah dilakukan pada tahun 2018. Sepanjang tahun lalu, sebanyak Rp 50,75 triliun dibawa keluar oleh investor asing dari pasar saham tanah air, seperti dilansir dari laman resmi Bursa Efek Indonesia (BEI).
Tim Riset CNBC Indonesia mengumpulkan data aliran modal investor asing di pasar saham secara tahunan melalui IDX Fact Book yang dipublikasikan oleh BEI. Data yang berhasil dikumpulkan adalah pada periode 2004-2017.
Dari data tersebut terlihat bahwa jual bersih pada tahun lalu merupakan yang terbesar dalam setidaknya 15 tahun. Selain itu, pasar saham Indonesia juga mengalami sesuatu yang sangat jarang atau mungkin belum pernah dialami sebelumnya: investor asing membukukan jual bersih selama dua tahun berturut-turut.
Prospek damai dagang AS-China yang kian nyata pasca Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping menyetujui gencatan senjata di Argentina pada akhir tahun lalu membuat investor asing seakan tak kenal lelah berbelanja di pasar saham tanah air pada tahun ini.
Namun memang, segala sesuatu yang berlebihan tidaklah baik. Sudah masuk kelewat banyak dalam waktu yang relatif singkat, kini waktunya investor asing mencairkan keuntungan yang sudah mereka dapatkan. Jika berbicara mengenai aktivitas investor asing di pasar keuangan tanah air, tentulah pergerakan rupiah menjadi sangat penting untuk diperhatikan. Kala rupiah melemah secara signifikan, investor asing akan terdorong untuk melakukan aksi jual lantaran ada potensi kerugian kurs yang harus mereka tanggung.
Sepanjang tahun ini, kinerja rupiah memang oke yakni menguat sebesar 0,8% di pasar spot melawan dolar AS.
Namun kedepannya, arah pergerakan rupiah bisa dibilang belum jelas. Ada risiko besar bernama defisit transaksi berjalan/Current Account Deficit (CAD) yang menghantui pergerakan mata uang Garuda.
Sepanjang bulan Januari, ekspor Indonesia tercatat turun sebesar 4,7% YoY, lebih dalam dari konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yakni penurunan sebesar 0,61% YoY. Sementara itu, impor terkoreksi 1,83% YoY, juga lebih dalam dibandingkan konsensus yang memperkirakan koreksi sebesar 0,785% YoY.
Alhasil, defisit neraca dagang bulan Januari adalah senilai US$ 1,16 miliar. Tim Riset CNBC Indonesia mengumpulkan data defisit neraca dagang Indonesia sepanjang bulan Januari. Data terjauh yang bisa dikumpulkan adalah untuk tahun 2008.
Ternyata, defisit neraca dagang periode Januari 2019 adalah yang terparah dalam setidaknya 12 tahun terakhir. Sebagai catatan, biasanya bulan Januari justru menghasilkan surplus. Dalam 12 tahun terakhir, hanya 4 kali neraca dagang membukukan defisit pada bulan Januari, sementara surplus tercatat sebanyak 8 kali.
Dengan defisit neraca dagang yang sudah begitu dalam sejak awal tahun, CAD bisa terus membengkak kedepannya. Sepanjang kuartal-IV 2018, CAD Indonesia tercatat senilai US$ 9,1 miliar atau 3,57% dari PDB, naik dari capaian kuartal-III 2018 yang sebesar 3,37% dari PDB. CAD pada kuartal-IV 2018 merupakan yang terparah sejak kuartal-II 2014.
Jika CAD terus membengkak, besar kemungkinan rupiah akan bergerak melemah.
Kekhawatiran terkait dengan pelemahan rupiah ikut memantik aksi jual investor asing di pasar saham yang kita lihat saat ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Asing Kabur, IHSG Memerah Meski Bursa Regional Hijau
Sebagai perbandingan, hingga berita ini diturunkan, indeks Nikkei diperdagangkan naik 1,79%, indeks Shanghai naik 1,1%, indeks Hang Seng naik 1,42%, indeks Straits Times naik 0,77%, dan indeks Kospi naik 0,89%.
Aksi ambil untung yang dilakukan investor asing menjadi momok bagi IHSG dalam 2 hari perdagangan terakhir. Kemarin, jual bersih investor asing mencapai Rp 558,6 miliar dan pada hari ini, nilainya adalah Rp 388,48 miliar.
Investor asing begitu gencar melakukan aksi beli di pasar saham sejak awal tahun ini seiring dengan aksi jual besar-besaran yang sudah dilakukan pada tahun 2018. Sepanjang tahun lalu, sebanyak Rp 50,75 triliun dibawa keluar oleh investor asing dari pasar saham tanah air, seperti dilansir dari laman resmi Bursa Efek Indonesia (BEI).
Tim Riset CNBC Indonesia mengumpulkan data aliran modal investor asing di pasar saham secara tahunan melalui IDX Fact Book yang dipublikasikan oleh BEI. Data yang berhasil dikumpulkan adalah pada periode 2004-2017.
Dari data tersebut terlihat bahwa jual bersih pada tahun lalu merupakan yang terbesar dalam setidaknya 15 tahun. Selain itu, pasar saham Indonesia juga mengalami sesuatu yang sangat jarang atau mungkin belum pernah dialami sebelumnya: investor asing membukukan jual bersih selama dua tahun berturut-turut.
Prospek damai dagang AS-China yang kian nyata pasca Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping menyetujui gencatan senjata di Argentina pada akhir tahun lalu membuat investor asing seakan tak kenal lelah berbelanja di pasar saham tanah air pada tahun ini.
Namun memang, segala sesuatu yang berlebihan tidaklah baik. Sudah masuk kelewat banyak dalam waktu yang relatif singkat, kini waktunya investor asing mencairkan keuntungan yang sudah mereka dapatkan. Jika berbicara mengenai aktivitas investor asing di pasar keuangan tanah air, tentulah pergerakan rupiah menjadi sangat penting untuk diperhatikan. Kala rupiah melemah secara signifikan, investor asing akan terdorong untuk melakukan aksi jual lantaran ada potensi kerugian kurs yang harus mereka tanggung.
Sepanjang tahun ini, kinerja rupiah memang oke yakni menguat sebesar 0,8% di pasar spot melawan dolar AS.
Namun kedepannya, arah pergerakan rupiah bisa dibilang belum jelas. Ada risiko besar bernama defisit transaksi berjalan/Current Account Deficit (CAD) yang menghantui pergerakan mata uang Garuda.
Sepanjang bulan Januari, ekspor Indonesia tercatat turun sebesar 4,7% YoY, lebih dalam dari konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yakni penurunan sebesar 0,61% YoY. Sementara itu, impor terkoreksi 1,83% YoY, juga lebih dalam dibandingkan konsensus yang memperkirakan koreksi sebesar 0,785% YoY.
Alhasil, defisit neraca dagang bulan Januari adalah senilai US$ 1,16 miliar. Tim Riset CNBC Indonesia mengumpulkan data defisit neraca dagang Indonesia sepanjang bulan Januari. Data terjauh yang bisa dikumpulkan adalah untuk tahun 2008.
Ternyata, defisit neraca dagang periode Januari 2019 adalah yang terparah dalam setidaknya 12 tahun terakhir. Sebagai catatan, biasanya bulan Januari justru menghasilkan surplus. Dalam 12 tahun terakhir, hanya 4 kali neraca dagang membukukan defisit pada bulan Januari, sementara surplus tercatat sebanyak 8 kali.
Dengan defisit neraca dagang yang sudah begitu dalam sejak awal tahun, CAD bisa terus membengkak kedepannya. Sepanjang kuartal-IV 2018, CAD Indonesia tercatat senilai US$ 9,1 miliar atau 3,57% dari PDB, naik dari capaian kuartal-III 2018 yang sebesar 3,37% dari PDB. CAD pada kuartal-IV 2018 merupakan yang terparah sejak kuartal-II 2014.
Jika CAD terus membengkak, besar kemungkinan rupiah akan bergerak melemah.
Kekhawatiran terkait dengan pelemahan rupiah ikut memantik aksi jual investor asing di pasar saham yang kita lihat saat ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Asing Kabur, IHSG Memerah Meski Bursa Regional Hijau
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular