Cinderella Story A La Rupiah

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
11 March 2019 16:50
<i>Cinderella Story</i> A La Rupiah
Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berhasil menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Penguatan ini menjadi oasis penyegar bagi rupiah, yang sedang mengalami periode sulit. 

Pada Senin (11/3/2018), US$ 1 dibanderol Rp 14.285 kala penutupan pasar. Rupiah menguat 0,14% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu. 

Kala pembukaan pasar spot, rupiah dibanderol Rp 14.305/US$. Rupiah belum menguat, tapi juga tidak melemah alias stagnan. 

I
tu tidak bertahan lama karena sejurus kemudian rupiah langsung melemah. Bahkan depresiasi rupiah sempat mencapai 0,2%. 


Namun jelang tengah hari, peruntungan rupiah membaik. Depresiasi rupiah terus menipis dan akhirnya mampu menyeberang ke zona hijau. Rupiah pun bertahan di sana sampai penutupan pasar.

Apresiasi ini menjadi penyegar bagi rupiah. Sebelum hari ini, rupiah melemah 6 kali dalam 7 hari perdagangan terakhir. Selama 8 hari perdagangan baru 2 kali rupiah berakhir menguat, termasuk hari ini. 

 

Rupiah berada di jalur yang sama dengan mayoritas mata uang Asia, yang mampu menguat terhadap dolar AS. Namun rupiah benar-benar spesial. 

Tadi pagi, rupiah menjadi mata uang terlemah di Asia. Namun saat ini, rupiah menjelma menjadi yang terbaik di Asia. Rupiah menjalani kisah Cinderella, dari bukan siapa-siapa berubah menjadi bintang. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 16:18 WIB: 

 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Peluang rupiah untuk bangkit memang besar, karena mata uang ini sudah cukup lama teraniaya. Sepekan kemarin, rupiah melemah 1,38% terhadap dolar AS dan menjadi mata uang terlemah di Asia. Sejak akhir Februari, depresiasi rupiah mencapai 1,6%. 

Pelemahan yang sudah cukup dalam ini membuka peluang terjadinya technical rebound. Rupiah yang sudah murah menjadi menarik di mata investor dan terjadilah aksi borong. 

Kemudian, masih dari dalam negeri, penguatan rupiah sepertinya juga tidak lepas dari campur tangan Bank Indonesia (BI). Nanang Hendarsah, Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter BI, mengatakan bank sentral terus menjaga likuiditas sehingga tidak terjadi keketatan di pasar. 


Dari sisi eksternal, dolar AS (berkebalikan dengan rupiah) justru sedang mengalami koreksi teknikal. Maklum, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama) sudah menguat 0,5% dalam sebulan terakhir. Selama sebulan ke belakang, indeks ini menguat 0,74% dan sejak awal tahun sudah melonjak 1,22%. 

 

Selain itu, hawa damai dagang AS-China juga sedikit banyak berkontribusi terhadap penguatan rupiah cs di Asia. Lawrence 'Larry' Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, mengungkapkan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China X Jinping kemungkinan akan bertemu pada akhir bulan ini atau April. Pertemuan tersebut menjadi arena pengesahan kesepakatan dagang AS-China yang menandai berakhirnya perang dagang. 

"Ini bersejarah. Kemungkinan pertemuan antara dua pemimpin akan terjadi akhir bulan ini, atau April, mungkin. Kami akan menyepakati tarif bea masuk yang lebih rendah, atau mungkin penghapusan bea masuk untuk kendaraan bermotor, komoditas, dan produk-produk pertanian," ungkap Kudlow, mengutip Reuters. 

Beijing pun turut menebar optimisme. Wan Shouwen, Wakil Menteri Perdagangan China, menegaskan pihaknya bekerja siang dan malam demi terciptanya kesepakatan dagang dengan AS. Bahkan China sudah mulai bicara soal menghapus pengenaan bea masuk. 

"Bea masuk menurunkan kepercayaan investor dan membuat korporasi menunda investasinya. Sekarang, kedua pihak bekerja keras untuk mencapai kesepakatan. Semua itu bertujuan untuk menghapus bea masuk sehingga perdagangan AS-China menjadi normal kembali," jelas Wang Shouwen, Wakil Menteri Perdagangan China, mengutip Reuters. 

China pun berupaya untuk memenuhi keingingan AS, salah satunya adalah reformasi kebijakan subsidi. Xiao Yaqing, Kepala Komisi Administrasi dan Pengawasan Aset Negara China, menyatakan Beijing sedang membereskan isu ini. 

"Bisa dibilang China tidak memiliki regulasi yang secara spesifik mengatur subsidi bagi perusahaan milik negara. Oleh karena itu, China sedang membersihkan dan menyusun standar untuk berbagai subsidi," ungkap Xiao, dikutip dari Reuters. 

Damai dagang menjadi sentimen positif bagi rupiah cs di Asia. Sebab dengan damai dagang, AS-China tidak lagi saling hambat perdagangan. Saat dua kekuatan ekonomi terbesar kembali berdagang dengan normal, maka rantai pasok global akan bergairah dan ada prospek untuk pertumbuhan ekonomi yang lebih baik.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular