Cinderella Story A La Rupiah

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
11 March 2019 16:50
Sentimen Dalam dan Luar Negeri Mendukung Rupiah
Ilustrasi Rupiah (REUTERS/Willy Kurniawan)
Peluang rupiah untuk bangkit memang besar, karena mata uang ini sudah cukup lama teraniaya. Sepekan kemarin, rupiah melemah 1,38% terhadap dolar AS dan menjadi mata uang terlemah di Asia. Sejak akhir Februari, depresiasi rupiah mencapai 1,6%. 

Pelemahan yang sudah cukup dalam ini membuka peluang terjadinya technical rebound. Rupiah yang sudah murah menjadi menarik di mata investor dan terjadilah aksi borong. 

Kemudian, masih dari dalam negeri, penguatan rupiah sepertinya juga tidak lepas dari campur tangan Bank Indonesia (BI). Nanang Hendarsah, Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter BI, mengatakan bank sentral terus menjaga likuiditas sehingga tidak terjadi keketatan di pasar. 


Dari sisi eksternal, dolar AS (berkebalikan dengan rupiah) justru sedang mengalami koreksi teknikal. Maklum, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama) sudah menguat 0,5% dalam sebulan terakhir. Selama sebulan ke belakang, indeks ini menguat 0,74% dan sejak awal tahun sudah melonjak 1,22%. 

 

Selain itu, hawa damai dagang AS-China juga sedikit banyak berkontribusi terhadap penguatan rupiah cs di Asia. Lawrence 'Larry' Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, mengungkapkan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China X Jinping kemungkinan akan bertemu pada akhir bulan ini atau April. Pertemuan tersebut menjadi arena pengesahan kesepakatan dagang AS-China yang menandai berakhirnya perang dagang. 

"Ini bersejarah. Kemungkinan pertemuan antara dua pemimpin akan terjadi akhir bulan ini, atau April, mungkin. Kami akan menyepakati tarif bea masuk yang lebih rendah, atau mungkin penghapusan bea masuk untuk kendaraan bermotor, komoditas, dan produk-produk pertanian," ungkap Kudlow, mengutip Reuters. 

Beijing pun turut menebar optimisme. Wan Shouwen, Wakil Menteri Perdagangan China, menegaskan pihaknya bekerja siang dan malam demi terciptanya kesepakatan dagang dengan AS. Bahkan China sudah mulai bicara soal menghapus pengenaan bea masuk. 

"Bea masuk menurunkan kepercayaan investor dan membuat korporasi menunda investasinya. Sekarang, kedua pihak bekerja keras untuk mencapai kesepakatan. Semua itu bertujuan untuk menghapus bea masuk sehingga perdagangan AS-China menjadi normal kembali," jelas Wang Shouwen, Wakil Menteri Perdagangan China, mengutip Reuters. 

China pun berupaya untuk memenuhi keingingan AS, salah satunya adalah reformasi kebijakan subsidi. Xiao Yaqing, Kepala Komisi Administrasi dan Pengawasan Aset Negara China, menyatakan Beijing sedang membereskan isu ini. 

"Bisa dibilang China tidak memiliki regulasi yang secara spesifik mengatur subsidi bagi perusahaan milik negara. Oleh karena itu, China sedang membersihkan dan menyusun standar untuk berbagai subsidi," ungkap Xiao, dikutip dari Reuters. 

Damai dagang menjadi sentimen positif bagi rupiah cs di Asia. Sebab dengan damai dagang, AS-China tidak lagi saling hambat perdagangan. Saat dua kekuatan ekonomi terbesar kembali berdagang dengan normal, maka rantai pasok global akan bergairah dan ada prospek untuk pertumbuhan ekonomi yang lebih baik.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular