Mengulik Harta Duo Hartono di BCA, Orang Terkaya di Indonesia

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
08 March 2019 19:42
Mengulik Harta Duo Hartono di BCA, Orang Terkaya di Indonesia
Foto: Hartono (Detik/Rifkianto Nugroho)
Jakarta, CNBC Indonesia - Belum lama ini, Forbes merilis daftar terbaru jajaran orang terkaya di seluruh dunia atau Forbes World's Billionaires 2019. Sebanyak 21 orang taipan asal Indonesia masuk dalam jajaran orang terkaya versi Forbes tersebut.

Pada tahun 2019, Hartono bersaudara masih menjadi orang terkaya di tanah air. Robert Budi Hartono (posisi 1 Indonesia/54 dunia) tercatat memiliki kekayaan senilai US$ 18,6 miliar atau setara dengan Rp 266,07 triliun jika dihitung menggunakan kurs saat ini (US$ 1: Rp 14.305), sementara kakaknya Michael "Bambang" Hartono (2 Indonesia/56 dunia) memiliki pundi-pundi kekayaan senilai US$ 18,5 miliar atau setara dengan Rp 264,64 triliun.

Forbes menyebut bahwa lebih dari dua-pertiga kekayaan Hartono bersaudara datang dari kepemilikan mereka atas PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Padahal, bisnis Hartono bersaudara tak hanya di sektor perbankan. Keduanya pertama kali menjadi kaya raya justru melalui raksasa produsen rokok di Indonesia yakni PT Djarum.

Hartono bersaudara menguasai saham BBCA melalui PT Dwimuria Investama Andalan. Dwimuria tercatat memiliki sebanyak 54,94% dari total saham BBCA yang beredar sejumlah 24,66 miliar unit (per akhir 2018).

"Pemegang Saham PT Dwimuria Investama Andalan adalah Sdr. Robert Budi Hartono dan Sdr. Bambang Hartono, sehingga pemegang saham pengendali terakhir BCA adalah Sdr. Robert Budi Hartono dan Sdr. Bambang Hartono," demikian tertulis di halaman resmi perusahaan.

Kalau dilihat dari sisi aset, BBCA jelas bukan yang terbesar di Indonesia. Namun menariknya, valuasi BBCA justru merupakan yang termahal. Inilah yang membuat Hartono bersaudara bisa terus bertengger di posisi teratas dari deretan orang terkaya di tanah air.

Dilansir dari Reuters, per tahun 2018 BBCA memiliki total aset senilai Rp 824,8 triliun atau yang terbesar ketiga di Indonesia setelah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 1.296,9 triliun) dan PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 1.202,3 triliun).

Di posisi 4 dan 5 secara berturut-turut, terdapat PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 808,6 triliun) dan PT Bank CIMB Niaga Tbk/BNGA (Rp 266,8 triliun). Jika diperhatikan, seluruhnya merupakan bank yang masuk dalam kategori BUKU 4 (bank dengan modal inti di atas Rp 30 triliun).

Secara valuasi, BBCA memiliki kapitalisasi pasar senilai Rp 670,62 triliun per akhir perdagangan hari ini, seperti dilansir dari RTI. Jika dibandingkan dengan BBRI yang memiliki aset lebih besar Rp 472,1 triliun, kapitalisasi pasar BBCA justru lebih besar Rp 195,74 triliun. Hal ini menunjukkan betapa BBCA begitu dicintai oleh investornya.

Tingginya apresiasi investor atas saham BBCA ditunjukkan oleh tingginya nilai Price-Earnings Ratio (P/E Ratio). Sebagai informasi, P/E Ratio merupakan sebuah indikator yang lazim digunakan untuk mengukur valuasi dari sebuah saham. P/E Ratio didapatkan dengan cara membagi harga saham dengan laba bersih per unit saham.

P/E Ratio yang tinggi menunjukkan tingginya valuasi yang diberikan investor atas sebuah saham, sementara P/E Ratio yang rendah menunjukkan rendahnya valuasi yang diberikan investor atas sebuah saham.

Melansir RTI, P/E Ratio dari saham BBCA per akhir perdagangan hari ini adalah sebesar 25,93x, lebih tinggi dibandingkan BBRI (14,69x), BMRI (12,87x), BBNI (10,78x), dan BNGA (8,56x).

Manajemen BBCA memang superior dalam menjalankan perusahaan sehingga wajar jika sahamnya mendapatkan valuasi yang begitu tinggi dari investor. Secara penyaluran kredit, BBCA bisa dibilang begitu agresif.

Sepanjang tahun lalu, penyaluran kredit BBCA tumbuh sebesar 15,1% menjadi Rp 538,1 triliun. Pertumbuhan tersebut merupakan yang terbesar kedua jika disandingkan dengan 4 emiten bank BUKU 4 lainnya.
Penyaluran kredit yang begitu kencang diikuti oleh analisis yang baik juga. Buktinya, rasio kredit bermasalah/Non-Performing Loan (NPL) dari BBCA merupakan yang paling rendah.
Kedepannya, harga saham BBCA bisa terus melesat dan menambah pundi-pundi kekayaan Hartono bersaudara. Pasalnya, BBCA merupakan yang paling kebal dalam menghadapi masalah penurunan marjin bunga bersih/Net Interest Margin (NIM).

Sepanjang tahun 2018, dari seluruh bank yang masuk dalam kategori BUKU 4, penurunan NIM dari BBCA merupakan yang paling tipis. Sepanjang tahun lalu, NIM dari BBCA hanya turun sebesar 6 bps menjadi 6,13%, dari yang sebelumnya 6,19% pada tahun 2017.

Jika dibandingkan dengan BBRI dan BNGA yang NIM-nya masing-masing terpangkas sebesar 48 bps, penurunan NIM BBCA bisa dibilang sangat-sangat tipis. Ditambah dengan penyaluran kredit yang kencang dan NPL yang rendah, jangan heran bila di tahun-tahun mendatang Hartono bersaudara masih bertengger di posisi teratas dari deretan orang terkaya di tanah air.

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular