
Banjir Kontrak Baru, Saham WTON Jadi Idola Broker
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
06 March 2019 16:20

Jakarta, CNBC Indonesia - Tensi politik yang meningkat jelang pemilihan presiden tak melelehkan prospek kinerja BUMN konstruksi dan anak usahanya, salah satunya PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON).
Bertolak belakang dengan anggapan umum, beberapa perusahaan BUMN konstruksi justru optimistis kontrak baru dalam jumlah besar akan dikantongi pada semester II-2019, seiring-sejalan dengan faktor musiman di industri tersebut dan melihat pada pemilu sebelumnya.
Berkaca pada Pemilu 2014, tercatat kontrak baru tahunan kontraktor pelat merah tumbuh 14% dan pada paruh pertama tahun tersebut mengalami kenaikan 40%.
Persentase itu masih tidak jauh dengan tren pertumbuhan kontrak baru pada periode 2014-2018 sebesar 44%.
Untuk WTON, ditambah dengan semangat sinergi BUMN dari Menteri BUMN Rini Soemarno, tahun ini emiten akan menangguk keuntungan dari bertambahnya jumlah proyek dari induk usahanya yaitu PT Wijaya Karya Tbk (WIKA).
"Manajemen perusahaan memprediksi kontribusi pendapatan dari Grup Wika akan naik menjadi sekitar 50% (dibanding 32% pada 2018 dan 25% pada 2017)," ujar analis PT Mandiri Sekuritas Edbert Surya dalam risetnya pekan lalu (26/3/19).
Meskipun porsi-nya besar, Edbert menilai kuatnya arus kas operasional WIKA dan rerata hari pelunasan piutang (receivable days) 180 hari masih membuat risiko WTON terukur (manageable).
Dengan menimbang faktor kontrak baru WTON yang solid Rp 7,7 triliun dan kinerja yang lebih baik daripada prediksi sepanjang 2018, kontrak baru emiten diprediksi mencapai Rp 8,5 triliun dengan prediksi pendapatan Rp 7,7 triliun dan laba Rp 525 miliar.
Kontrak baru WTON dari gabungan BUMN dan Grup Wika pada 2018 bahkan mencapai porsi 68%, menurut analis PT BCA Sekuritas Pandu Anugrah dan Indra Taurean dalam risetnya.
Proyek BUMN tersebut terutama dari PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan holding BUMN konstruksi PT Hutama Karya yang kerap menggelontorkan proyek transmisi dan jalan tol.
Keduanya juga memprediksi bahwa WTON dapat membukukan kenaikan kontrak baru sebesar 20% tahun ini menjadi hampir Rp 9 triliun, sama seperti target internal emiten.
Analis PT Danareksa Sekuritas Maria Renata menilai masuknya WTON ke binsis konstruksi pada semester II-2018 menjadi katalis positif kinerja dan bahkan sudah mampu memberi bukti pada persentase kontribusi 4,7% dari pendapatan tahun lalu.
Masuknya emiten ke bisnis konstruksi tersebut membuka peluang perusahaan membukukan pendapatan tambahan ke depannya, terutama setelah dimulainya proyek jalan tol Pettarani di Sulsel pada akhir 2018.
"Kami memprediksi pendapatan dari jasa dan konstruksi akan naik menjadi 13,2% pada 2019, naik tipis dari 12,4% pada 2018."
Status WTON yang terbebas dari proyek turnkey juga dinilai Maria sebagai faktor keunggulan emiten yang dipimpin Hadian Pramudita tersebut di antara perusahaan BUMN konsntruksi lain.
Proyek turnkey adalah proyek besar di mana beban pembangunan ditalangi lebih dahulu oleh kontraktor dan baru dibayar pemilik proyek ketika sudah rampung seluruh atau sebagian tahap proyeknya.
Proyek jenis tersebut kerap dikambinghitamkan pelaku pasar sebagai beban kinerja BUMN konstruksi karena harus mendanai sendiri atau mencari kredit bank, bahkan hingga arus kas-nya negatif.
Oleh karena itu, Maria menyoroti rasio utang terhadap ekuitas (debt to equity/DER) perseroan yang masih berada di level 0,6 kali per akhir 2018.
Level tersebut yang mencerminkan masih luasnya ruang WTON untuk menarik utang baru untuk mendanai ekspansi perseroan ke depannya.
Tak heran, setelah perseroan mengumumkan laporan keuangan dan menggelar pertemuan dengan pelaku pasar, tiga analis sekuritas yaitu Maria, Edbert, dan Pandu pun kompak menaikkan target harga (TP) dengan rentang 11,67%-20,68%.
Ketiganya menilai potensi kinerja perseroan yang menjanjikan dan diharapkan dapat tercermin dari kenaikan harga sahamnya di pasar hingga mendekati nilai wajarnya tersebut.
Pandu menyatakan risiko dan tantangan terbesar yang harus dihadapi WTON ke depannya adalah penundaan eksekusi proyek kunci.
Sore ini, saham perseroan di pasar berada pada Rp 555, sudah naik 5,71% dari posisi penutupan kemarin dan membentuk kapitalisasi pasarnya Rp 4,83 triliun.
Prognosa Kinerja Keuangan WTON
Sumber: BCA Sekuritas
Rekomendasi Sekuritas untuk WTON
Sumber: Diolah
Proyek Yang Dimenangkan oleh Kementerian PUPR 2019
Sumber: Mandiri Sekuritas
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article Hari ini Stagnan, ke Mana Arah Saham Wika Beton?
Bertolak belakang dengan anggapan umum, beberapa perusahaan BUMN konstruksi justru optimistis kontrak baru dalam jumlah besar akan dikantongi pada semester II-2019, seiring-sejalan dengan faktor musiman di industri tersebut dan melihat pada pemilu sebelumnya.
Persentase itu masih tidak jauh dengan tren pertumbuhan kontrak baru pada periode 2014-2018 sebesar 44%.
"Manajemen perusahaan memprediksi kontribusi pendapatan dari Grup Wika akan naik menjadi sekitar 50% (dibanding 32% pada 2018 dan 25% pada 2017)," ujar analis PT Mandiri Sekuritas Edbert Surya dalam risetnya pekan lalu (26/3/19).
Meskipun porsi-nya besar, Edbert menilai kuatnya arus kas operasional WIKA dan rerata hari pelunasan piutang (receivable days) 180 hari masih membuat risiko WTON terukur (manageable).
Dengan menimbang faktor kontrak baru WTON yang solid Rp 7,7 triliun dan kinerja yang lebih baik daripada prediksi sepanjang 2018, kontrak baru emiten diprediksi mencapai Rp 8,5 triliun dengan prediksi pendapatan Rp 7,7 triliun dan laba Rp 525 miliar.
Kontrak baru WTON dari gabungan BUMN dan Grup Wika pada 2018 bahkan mencapai porsi 68%, menurut analis PT BCA Sekuritas Pandu Anugrah dan Indra Taurean dalam risetnya.
Proyek BUMN tersebut terutama dari PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan holding BUMN konstruksi PT Hutama Karya yang kerap menggelontorkan proyek transmisi dan jalan tol.
Keduanya juga memprediksi bahwa WTON dapat membukukan kenaikan kontrak baru sebesar 20% tahun ini menjadi hampir Rp 9 triliun, sama seperti target internal emiten.
Analis PT Danareksa Sekuritas Maria Renata menilai masuknya WTON ke binsis konstruksi pada semester II-2018 menjadi katalis positif kinerja dan bahkan sudah mampu memberi bukti pada persentase kontribusi 4,7% dari pendapatan tahun lalu.
Masuknya emiten ke bisnis konstruksi tersebut membuka peluang perusahaan membukukan pendapatan tambahan ke depannya, terutama setelah dimulainya proyek jalan tol Pettarani di Sulsel pada akhir 2018.
"Kami memprediksi pendapatan dari jasa dan konstruksi akan naik menjadi 13,2% pada 2019, naik tipis dari 12,4% pada 2018."
Status WTON yang terbebas dari proyek turnkey juga dinilai Maria sebagai faktor keunggulan emiten yang dipimpin Hadian Pramudita tersebut di antara perusahaan BUMN konsntruksi lain.
Proyek turnkey adalah proyek besar di mana beban pembangunan ditalangi lebih dahulu oleh kontraktor dan baru dibayar pemilik proyek ketika sudah rampung seluruh atau sebagian tahap proyeknya.
Proyek jenis tersebut kerap dikambinghitamkan pelaku pasar sebagai beban kinerja BUMN konstruksi karena harus mendanai sendiri atau mencari kredit bank, bahkan hingga arus kas-nya negatif.
Oleh karena itu, Maria menyoroti rasio utang terhadap ekuitas (debt to equity/DER) perseroan yang masih berada di level 0,6 kali per akhir 2018.
Level tersebut yang mencerminkan masih luasnya ruang WTON untuk menarik utang baru untuk mendanai ekspansi perseroan ke depannya.
Tak heran, setelah perseroan mengumumkan laporan keuangan dan menggelar pertemuan dengan pelaku pasar, tiga analis sekuritas yaitu Maria, Edbert, dan Pandu pun kompak menaikkan target harga (TP) dengan rentang 11,67%-20,68%.
Ketiganya menilai potensi kinerja perseroan yang menjanjikan dan diharapkan dapat tercermin dari kenaikan harga sahamnya di pasar hingga mendekati nilai wajarnya tersebut.
Pandu menyatakan risiko dan tantangan terbesar yang harus dihadapi WTON ke depannya adalah penundaan eksekusi proyek kunci.
Sore ini, saham perseroan di pasar berada pada Rp 555, sudah naik 5,71% dari posisi penutupan kemarin dan membentuk kapitalisasi pasarnya Rp 4,83 triliun.
Prognosa Kinerja Keuangan WTON
Pos | 2018 | 2019F | 2020F |
Pendapatan | 6,931 | 7,972 | 9,348 |
EBITDA | 981 | 1,055 | 1,220 |
Laba bersih | 486 | 560 | 708 |
(Rp miliar) |
Rekomendasi Sekuritas untuk WTON
Sekuritas | Rekomendasi | TP lama | TP baru |
BCA Sekuritas | Buy/beli | Rp 550 | Rp 620 |
Danareksa Sekuritas | Buy/beli | Rp 600 | Rp 670 |
Mandiri Sekuritas | Buy/beli | Rp 580 | Rp 700 |
Proyek Yang Dimenangkan oleh Kementerian PUPR 2019
Proyek | Nilai (Rp miliar) | Lokasi |
Masjid Istiqlal | 578 | DKI Jakarta |
Irigation - Soralangun (MYC) | 280 | Jambi |
Jalan - Bengkulu | 263 | Bengkulu |
Flyover Bandara Ahmad Yani | 195 | Jawa Tengah |
Irigasi Lumpur - Porong | 155 | Jawa Tengah |
Integrated facilities - Skouw | 146 | Papua |
Integrated faciltiies - Entikong | 134 | Kalimantan Barat |
Integrated faciltiies - Motaain | 114 | NTT |
Bendungan - Pacitan | 110 | Jawa Timur |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article Hari ini Stagnan, ke Mana Arah Saham Wika Beton?
Most Popular