
Rupiah vs Mata Uang Asia: Menang 1, Kalah 9...
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
06 March 2019 15:13

Rupiah sepertinya mulai terserang ambil untung alias profit taking. Maklum, rupiah sudah menguat begitu tajam di hadapan kompatriotnya di Asia.
Terhadap yen, rupiah menguat 3,54% sejak awal tahun. Kemudian di hadapan won Korea Selatan, rupiah perkasa dengan apresiasi 2,87%. Juga melawan rupee India, rupiah menguat 2,95%.
Di Asia Tenggara, rupiah menguat 1,14% terhadap dolar Singapura sejak awal tahun. Lalu di hadapan peso Filipina, rupiah menguat 0,93%.
Investor sepertinya sudah banyak mengoleksi rupiah, sehingga mata uang Tanah Air rentan mengalami aksi jual saat keuntungan yang diperoleh dirasa cukup besar. Apalagi kalau ada 'pelatuk' untuk mencairkan keuntungan itu.
Salah satu pemicu tersebut, misalnya, adalah arah kebijakan moneter Bank Indonesia (BI). Dalam acara CNBC Indonesia Outlook 2019, Gubernur BI Perry Warjiyo membuka peluang untuk menurunkan BI 7 Day Reverse Repo Rate.
"Ke depan arah suku bunga akan lebih turun, kalau stabilitas ini kita jaga. Suku bunga sudah hampir mencapai puncaknya," kata Perry.
Prospek penurunan suku bunga acuan membuat berinvestasi di aset-aset berbasis rupiah menjadi kurang menarik, apalagi di instrumen berpendapatan tetap seperti obligasi. Kebetulan investor asing sudah cukup banyak mengoleksi obligasi pemerintah Indonesia.
Sejak awal tahun hingga 5 Maret, kepemilikan asing di obligasi pemerintah bertambah Rp 51,08 triliun. Jumlah yang besar ini bisa turun sewaktu-waktu ketika berinvestasi di Surat Berharga Negara (SBN) dirasa sudah tidak lagi menarik, salah satunya karena potensi penurunan suku bunga acuan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Terhadap yen, rupiah menguat 3,54% sejak awal tahun. Kemudian di hadapan won Korea Selatan, rupiah perkasa dengan apresiasi 2,87%. Juga melawan rupee India, rupiah menguat 2,95%.
Di Asia Tenggara, rupiah menguat 1,14% terhadap dolar Singapura sejak awal tahun. Lalu di hadapan peso Filipina, rupiah menguat 0,93%.
Salah satu pemicu tersebut, misalnya, adalah arah kebijakan moneter Bank Indonesia (BI). Dalam acara CNBC Indonesia Outlook 2019, Gubernur BI Perry Warjiyo membuka peluang untuk menurunkan BI 7 Day Reverse Repo Rate.
"Ke depan arah suku bunga akan lebih turun, kalau stabilitas ini kita jaga. Suku bunga sudah hampir mencapai puncaknya," kata Perry.
Prospek penurunan suku bunga acuan membuat berinvestasi di aset-aset berbasis rupiah menjadi kurang menarik, apalagi di instrumen berpendapatan tetap seperti obligasi. Kebetulan investor asing sudah cukup banyak mengoleksi obligasi pemerintah Indonesia.
Sejak awal tahun hingga 5 Maret, kepemilikan asing di obligasi pemerintah bertambah Rp 51,08 triliun. Jumlah yang besar ini bisa turun sewaktu-waktu ketika berinvestasi di Surat Berharga Negara (SBN) dirasa sudah tidak lagi menarik, salah satunya karena potensi penurunan suku bunga acuan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular